Menikah Menghambat Dakwah?
Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Ustadzah Zulia yang dirahmati Allah, Saya seorang aktivis gerakan dakwah, tinggal di Yogya dan sudah mengajar. Benarkah aktifis dakwah kalau sudah menikah semangat dakwahnya menjadi berkurang? Bagaimana mengantisipasinya? Sementara keinginan saya untuk menikah semakin besar, tak jarang antara akal dan naluri terus berbenturan. Minta sarannya ya.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
TA
Yogya
Wa’alaikumussalam Wr.Wb.
TA yang baik,
Dakwah memang menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Sesungguhnya misi utama Rasulullah SAW adalah berdakwah, yakni mengajak semua manusia kepada jalan yang benar. Berkat dakwah yang terus dilancarkkan tanpa henti, Islam bisa tersebar ke seluruh dunia, dipeluk, dipahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan bangsa. Salah satu inti ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, dan menjadi ciri seorang muslim adalah kepe-duliaannya terhadap dakwah. Dakwah juga merupakan wujud kasih sayang dan kepedulian seorang muslim terhadap muslim lainnya, bahkan sesama manusia. Sementara menikah adalah menjalankan sunnah Nabi, sesuai dengan fitrah manusia. Hikmah yang dapat diambil jika sunnah Nabi ini dijalankan adalah munculnya ketentraman jiwa. Dengan pernikahan akan tumbuhlah kecintaan, kasih sayang, dan kesatuan antara pasangan suami isteri. Dengan pernikahan, keturunan umat manusia akan tetap berlangsung semakin banyak dan berke-sinambungan.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda (kekuasananNya) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum:21).
TA yang baik,
Tugas utama wanita adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Walau dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim maka setelah menikah pelaksanaannya harus diatur dengan melihat skala prioritas. Ketika dihadapkan pada beberapa aktivitas rumah tangga yang semuanya wajib, maka aktivitas yang paling urgen itulah yang didahulukan.
Rasulullah SAW bersabda:
”Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya”. (HR. Muslim)
Semangat atau ghirah dakwah memang harus selalu terjaga dalam kondisi apapun, sebelum atau sesudah menikah. Di sinilah pentingnya kerjasama dengan suami dan menjalani kehidupan dakwah berjamaah. Ketika semangat mulai menurun maka masing-masing harus bisa mengingatkan dan memberikan dorongan. Ghirah dakwah akan menurun biasanya jika mulai muncul persoalan. Langkah awal yang mesti dilakukan adalah sama-sama berkomitmen bahwa keluarga yang akan dibentuk merupakan sebuah keluarga dakwah, sehingga suami istri harus memiliki cita-cita untuk menerapkan ideologi Islam. Untuk menjaga agar semangat dakwah terus menyala, ingatlah selalu pahala yang dijanjikan Allah SWT untuk para pengemban dakwah. Perhatikan dan pelajari perjuangan para pengemban dakwah di masa lalu, Rasulullah SAW dan para sahabat. Bagaimana mereka dapat selalu istiqamah dalam menegakkan kebenaran, walaupun rintangan terus menghadang. Jadikan mereka sebagai teladan sekaligus motivator agar semangat dakwah terus menyala. Perkuat perasaan Islam (nafsiyah Islamiyah), dengan melaksanakan shalat ber-jama’ah, shaum sunnah, qiyamul lail dan tadarus qur’an bersama-sama.