MUSTANIR.net – Ideologi adalah ‘aqiidah ‘aqliyah (keyakinan yang dihasilkan melalui proses berpikir) yang memancarkan nizhaam (sistem/peraturan).

Dari definisi tersebut maka sesungguhnya ideologi yang ada di tengah-tengah manusia saat ini  hanya ada tiga: Islam, socialism-communism dan capitalism-liberalism. Hanya tiga inilah yang memiliki pemikiran dasar dan seperangkat aturan untuk melaksanakan, menjaga dan mengemban ideologinya masing-masing.

Ada pun Pancasila tidaklah tepat jika dikatakan sebagai sebuah ideologi karena tidak memiliki karakteristik sebagaimana tiga ideologi tadi. Menarik juga apa yang pernah dinyatakan oleh Dr. H Tarmizi Taher yang menyatakan bahwa Pancasila bukanlah ideologi, namun merupakan falsafah bangsa. Menurut dia, ideologi berkaitan erat dengan persoalan akidah. Ada pun falsafah boleh diambil, boleh pula tidak diambil.

Pernyataan mantan Menag era Orde Baru tersebut menunjukkan ketidaksakralan Pancasila, sekaligus membuktikan bahwa Pancasila tidaklah baku, bukanlah sesuatu yang final. Bahkan ada wacana di DPR untuk mereduksi Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila oleh Fraksi PDI-P. Jadi, apa benar Pancasila sudah final?

Inilah kenyataan yang semakin vulgar diperlihatkan. Kekuasaan yang mengatasnamakan kedaulatan rakyat saat ini memang hanya sekadar memuluskan kepentingan rezim semata. Jika mereka menghendaki, apa pun yang digembar-gemborkan sudah final, baku, ajeg dan sejenisnya, bisa saja mereka ganti, ubah dan jilat sendiri. Semoga umat tidak mudah lupa.

Pancasila dalam Pandangan Islam

Menyaksikan dinamika politik negeri ini, sekaligus memperhatikan rekam jejak sejarah bangsa ini saat berdialektika dengan Pancasila, maka kita semakin mafhum bahwa Pancasila yang dipropagandakan sebagai hasil kesepakatan di antara para founding father, khususnya buah perjuangan para ulama dan tokoh-tokoh Islam, ternyata tidak memiliki dasar argumentasi yang kokoh.

Demikian pula saat kita dicekoki dengan opini bahwa Pancasila itu digali dari khazanah budaya bangsa, ternyata jauh panggang dari api. Pancasila justru merupakan ide trans-national yang diusung oleh para bapak bangsa yang terdidik dalam sistem pendidikan kolonial, bahkan tidak terpisahkan dari pengaruh khomsah qonun Vrijmetselarij Belanda.

Begitu pula saat diopinikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara, tetapi juga merupakan ideologi bangsa, bahkan digembar-gemborkan sudah final, baku dan tak tergantikan. Pada faktanya mereka yang paling getol mengidentikan diri sebagai Pancasilais, “Saya Indonesia, saya Pancasila,” justru yang mewacanakan mengubah Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila. Bahkan mereka pula yang kerap tersandung berbagai kasus korupsi di negeri ini.

Oleh karena itu, jangan salahkan umat Islam jika akhirnya pemilik aset terbesar negeri ini tidak lagi memercayai Pancasila, dan berpaling pada ajaran hakikinya sendiri, yakni Islam dan syariahnya yang memberikan jaminan hidup yang tidak dapat diberikan pseudo ideologi seperti Pancasila.

WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. []

Sumber: Al-Waie

About Author

Categories