Sekularisme Mengerdilkan Fungsi Masjid

MUSTANIR.net – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa masjid maupun rumah ibadah lainnya harus bebas dari kepentingan partai politik (parpol) dan lainnya. Ini disampaikannya usai adanya pengibaran bendera salah satu parpol di masjid wilayah Cirebon yang menuai kritik masyarakat.

“Saya pikir itu sudah ada aturannya ya, bahwa tidak boleh kampanye di kantor pemerintah, di tempat-tempat ibadah, dan di tempat pendidikan. Itu saya kira sudah ada (aturannya),” ujar Ma’ruf dalam keterangan persnya (Bogor, Sabtu, 7-1-2023).

Oleh karenanya, seluruh parpol peserta pemilu harus menaati UU 7/2017 tentang Pemilu yang di dalamnya menjelaskan bahwa pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan untuk berkampanye. (Republika).

Propaganda Sekularisme

Sekularisme telah menyempitkan fungsi masjid sebatas tempat ibadah privat atau mahdhah semata, seperti halnya fungsi gereja sebagai asal mula pemahaman yang memisahkan peran agama dari kehidupan.

Sekularisme membatasi tempat ibadah hanya untuk mengatur urusan privat manusia dengan penciptanya. Sementara itu, di ruang publik, peran agama dihilangkan atau dijadikan sebagai spirit dan formalitas belaka. Diakui atau tidak, bagi negara demokrasi, dalam pemilihan wakil-wakil legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, secara otomatis mereka telah menjadikan sekularisme sebagai “way of life”.

Lebih menyedihkan lagi, propaganda sekularisme ini juga disampaikan oleh para tokoh Islam atau pejabat Islam yang nota bene dianggap sebagai representasi suara kaum muslim. Tentu pendapat atau pernyataan mereka akan berpengaruh signifikan bagi masyarakat dan pengikutnya. Terlebih pada tahun-tahun politik yang makin memanas menjelang pemilu, mereka sering menyampaikan berbagai pandangan yang justru kontradiktif dengan akidah Islam.

Ketika mereka mempropagandakan sekularisme, misalnya, sama saja mereka sedang mengerdilkan dan memenjarakan Islam dalam ranah ibadah semata. Padahal, Islam adalah sebuah ideologi atau way of life yang mengatur urusan ibadah privat sekaligus urusan masyarakat dan negara. Dengan kata lain, akidah Islam adalah akidah ruhiah dan siyasah.

Dampak Politik ala Demokrasi

Perspektif bahwa masjid dibatasi untuk urusan ibadah mahdhah ini merupakan upaya para penjajah melalui kaki tangannya untuk mengerdilkan ideologi Islam. Mereka berupaya memunculkan pemahaman yang salah di tengah umat tentang makna politik dan masjid. Bagi mereka, masjid adalah tempat “suci” sehingga tidak boleh ada aktivitas politik.

Padahal, politik yang kotor adalah cerminan dari politik demokrasi. Kekhawatiran berpecah belahnya umat akibat masjid dijadikan tempat berpolitik muncul karena lemahnya pemahaman umat akan politik itu sendiri. Politik dalam demokrasi hanya terbatas pada politik praktis, sebagaimana diamalkan oleh parpol saat ini.

Ancaman berpecah belahnya umat juga muncul ketika partai Islam turut terjebak pragmatisme. Mereka lebih mengedepankan kepentingan kelompok, bukan kepentingan umat secara keseluruhan. Hal ini niscaya dalam sistem politik demokrasi yang menjadikan kebebasan sebagai ruh-nya dan kemanfaatan sebagai tolok ukurnya.

Bahkan, demokrasi tidak bisa membuktikan slogannya sendiri, “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” atau “suara rakyat adalah suara Tuhan”. Praktik-praktik oligarki yang ada saat ini, kemudian maraknya kasus korupsi dan penyelewengan kekuasaan, merupakan fakta yang tidak bisa dibantah.

Masjid sebagai Pusat Kegiatan Umat Islam

Sebagai sebuah ideologi, Islam termanifestasi pada penerapan Islam dalam ranah politik. Bahkan, sebagian besar hukum Islam mengatur masalah politik atau hubungan antara manusia dan manusia lainnya. Oleh karenanya, ketika politik Islam dijauhkan dari masjid, ini adalah upaya untuk menjauhkan umat dari politik Islam yang sebenarnya.

Hal ini berbeda dengan fungsi masjid sebagaimana Rasulullah ﷺ. contohkan. Pada masa itu, masjid menjadi pusat berbagai kegiatan, mulai dari ibadah, pendidikan, hingga urusan politik kenegaraan.

Di dalamnya dibahas berbagai macam problematik umat, baik individu dengan dirinya sendiri, dengan Tuhannya, maupun terkait dengan orang lain (muamalah). Di sinilah letak kekomprehensifan Islam sebagai akidah yang paripurna yang bisa menyelesaikan seluruh urusan individu, masyarakat, hingga negara.

Khatimah

Hingga kini, umat Islam terus diarahkan untuk menyimpang dari politik Islam yang sesungguhnya. Umat disuguhkan dengan konsep politik demokrasi yang sejatinya sudah sangat jelas keburukannya dan berdampak merusak yang luar biasa.

Walhasil, upaya untuk menjauhkan masjid dari politik Islam adalah bentuk ketakutan dari penjajah akan kembalinya pemahaman umat terhadap Islam sebagai ideologi yang merupakan titik awal kesadaran untuk melanjutkan kehidupan Islam. []

Sumber: Novita Sari Gunawan

About Author

1 thought on “Sekularisme Mengerdilkan Fungsi Masjid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories