
Alasan Dakwah Berjama’ah Tidak dengan Kekerasan
MUSTANIR.net – Pada tahun ke 13 kenabian Rasulullah ﷺ, di musim Haji, datang kembali 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita dari Yatsrib (Madinah) untuk melakukan baiat ‘aqabah yang ke dua, setelah tahun sebelumnya terjadi baiat ‘aqabah pertama yang dilakukan oleh 12 orang dari penduduk Yatsrib tersebut.
Setelah selesai melakukan baiat aqabah yang ke dua, Rasulullah ﷺ berkata kepada mereka:
ارفضوا إلى رحالكم
“Sekarang, pergilah ke tempat kalian masing-masing.”
Mendengar perintah dari Rasulullah ﷺ tersebut, kemudian seorang tokoh kota Madinah yang bernama ‘Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berkata kepada Rasulullah ﷺ:
والله الذي بعثك بالحق إن شئت لنميلن على أهل منى غدا بأسيافنا
“Demi Allah, Dzat yang telah mengutusmu dengan haq (membawa kebenaran), jika kamu berkehendak, maka besok kami akan benar-benar menghancurkan penduduk Mina dengan pedang-pedang kami.”
Mendengar pernyataan dari tokoh kaum Madinah tersebut, Rasulullah ﷺ kemudian berkata:
لم نؤمر بذلك ، ولكن ارجعوا إلى رحالكم
“Kami belum diperintahkan untuk itu. Akan tetapi, kembalilah kalian ke tempat masing-masing.”
Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya di kota Makkah hanya dibatasi dengan dakwah secara lisan, dan tidak melakukan kegiatan apapun yang bersifat fisik (kekerasan), kecuali setelah tegak daulah Islam di Madinah.
Terbukti dari respon Rasulullah ﷺ terhadap keinginan dari kaum Anshar untuk berperang dari kaum kafir Quraisy, beliau mengatakan “Kami belum diperintahkan untuk itu”, beliau tidak mengatakan “Kami belum siap”.
Inilah yang menjadi alasan mendasar kenapa para pengemban dakwah Islam ideologis yang bertujuan untuk memulai kembali kehidupan Islam (لاستئناف الحياة الإسلامية) tidak akan pernah melakukan kekerasan dalam bentuk apapun di dalam thariqah dakwahnya.
Karena semata-mata mengikuti bagaimana thariqah dakwah Rasulullah ﷺ dalam menegakkan daulah Islam di Madinah. Dan mengikuti thariqah dakwah Rasulullah ﷺ adalah suatu kewajiban.
Sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab: 21)
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’.”(QS Ali Imran: 31)
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr: 7)
Wallahu a’lam bisshowab. []
Sumber: Adi Victoria