Dakwah Tidak Melulu Dengan Ceramah
Oleh
Syaikh Abdul Muhsin al-Qasim
Allâh Azza wa Jalla telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar kepada seluruh umat manusia. Risalah yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa ini akan kekal sampai hari kiamat. Risalah ini diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla agar menjadi petunjuk bagi seluruh makhluk demi menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [al-Anbiyâ’/21:107]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan risalah Rabbnya dan memerintahkan kaum Muslimin untuk berjalan di atas manhajnya. Dakwah membimbing umatnya agar beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dan berjalan diatas syari’at Allâh Azza wa Jalla adalah misi para Rasul. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Beribadahlah kalian kepada Allâh (saja), dan jauhilah thaghut itu” [an-Nahl/16:36]
Itu pulalah misi yang diembankan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana Firman Allâh Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ﴿٤٥﴾ وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
Hai nabi ! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allâh dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. [al-Ahzâb/33: 45-46]
Perintah berdakwah dan terus-menerus berdakwah ini diulang beberapa kali dalam al-Qur’an. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُسْتَقِيمٍ
Dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. [al-Hajj/22:67]
Juga firman-Nya :
قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا أُشْرِكَ بِهِ ۚ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ
Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk beribadah kepada Allâh dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali” [ar-Ra’d/13:36]
Misi dakwah yaitu menyampaikan petunjuk Allâh Azza wa Jalla kepada manusia juga merupakan wasiat para Nabi dan Rasul kepada para pengikutnya, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu :
إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ
Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah untuk bersyahadat (bersaksi ) bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allâh dan bahwasanya Aku (Muhammad) adalah utusan Allâh. [Muttafaq ‘alaih]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga telah memerintahkan kepada seluruh manusia secara umum untuk melaksanakan misi tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan [Ali Imrân/3:104]
.
Oleh Dan setiap pengikut Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah selayaknya untuk mencontoh Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengajak kepada keimanan dan tauhid serta mengajak untuk mengamalkan syari’at Allâh Azza wa Jalla . Dan hal yang terbaik dalam memanfaatkan umur kita adalah dengan mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dan beribadah dengan mengikuti petunjuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dalam berdakwah mengajak manusia kepada agama Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan dalam mengerjakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla serta menolong mereka dalam menlakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat.
BAHAN RENUNGAN
Dari uraian di atas, kita ketahui betapa mulia dan pentingnya dakwah. Namun terkadang, ada kendala dalam melaksanakannya. Berikut ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan renungan bagi kita sehingga terpacu untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan kita.
Pertama : Amalan terbaik dan tertinggi di sisi Allâh adalah berusaha untuk membimbing manusia dari kegelapan menuju kepada petunjuk Allâh Azza wa Jalla . Oleh Karen itu, ucapan seorang da’i yang berdakwah dijalan Allâh Azza wa Jalla adalah perkataan terbaik di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allâh, mengerjakan amal yang shaleh, dan mengatakan, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” [Fusshilat/41:33]
Setiap amal yang dilakukan oleh orang yang mendapat petunjuk melalui seorang da’i maka si da’i senantiasa mendapat bagian pahala darinya tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya sedikitpun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya [HR.Muslim]
Juga sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِم شَيْئًا
Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang tersebut. [HR. Muslim]
Apa yang dipetik oleh seorang da’i dari dakwahnya lebih baik daripada perhiasan dunia, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ
Demi Allâh ! Allâh Azza wa Jalla memberikan petunjuk (hidayah) kepada seorang laki-laki dengan perantaraanmu lebih baik bagimu daripada kamu mendapatkan unta merah (barang yang sangat berharga ). [HR. Bukhari dan Muslim]
Kedua : Kefasihan dan kepandaian mengolah kata-kata bukanlah syarat dalam berdakwah di jalan Allâh Azza wa Jalla . Nabi Musa Alaihssallam mengalami kesulitan dalam memberi penjelasan kepada umatnya, sehingga beliau Alaihissallam berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla dengan perkataannya :
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي ﴿٢٧﴾ يَفْقَهُوا قَوْلِي
Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku [Thâha/20:27-28]
Sementara Fir’aun jauh lebih fasih dalam berbicara dibandingkan Musa Alaihissallam, sebagaimana diceritakan oleh Allâh Azza wa Jalla :
أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَٰذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ
Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? [az-Zukhruf/43:52]
Meski demikian, kondisi ini tidak menjadi penghalang bagi Musa Alaihissallam untuk menyampaikan risalah Rabbnya, sehingga pengikut Nabi Musa Alaihissallam merupakan ummat terbesar kedua setelah ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Oleh karena itu, sampaikanlah ilmu yang telah kamu miliki ! Adapun kemampuan mengolah kata-kata, maka sesuai dengan kemampuanmu. Janganlah rasa malumu menjadi penghalang untuk menyampaikan kebaikan kepada orang lain, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. [al-Mu’minûn/23:62])
Ketiga : Diantara tanda kasih sayang Allâh Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya adalah cara berdakwah di jalan Allâh itu tidak hanya terbatas pada pemberian nasehat di atas mimbar atau pada perayaan-perayaan tertentu saja. Seseorang yang mengingkari perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang lain secara sembunyi atau rahasia itu termasuk dakwah. Orang tua yang menasehati anaknya juga dakwah yang bisa mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla . Membiayai suatu amal kebaikan serta mendukung orang lain untuk berdakwah adalah dakwah juga. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang professinya adalah kader-kader da’i yang mendakwahi manusia ke jalan Allâh, baik dengan harta, pena maupun dengan lisan.
Empat : Dalam mendakwahi keluarga, orang-orang di sekitarmu dan para hamba Allâh seluruhnya hendaklah kita menempuh cara yang pernah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul dalam berdakwah. Awal dakwah mereka adalah dakwah menuju aqidah yang lurus. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasanya , “Tidak ada ilah (yang haq) kecuali Aku, oleh karena itu beribadahlah kalian kepada-Ku”. [al-Anbiyâ’/21:25]
Berdakwahlah kepada orang lain dengan cara yang sesuai dengan aturan-aturan syari’at. Janganlah kamu nodai dakwahmu dengan perbuatan maksiat, sekalipun terbayang dalam benakmu bahwa perbuatan maksiat itu bisa menarik perhatian banyak orang. Karena agama ini adalah agama yang agung yang tertolong dengan pertolongan Allâh Azza wa Jalla . Janganlah kamu bersikap pura-pura menyetujui perbuatan maksiat orang yang kamu dakwahi saat berdakwah, karena itu adalah yang diinginkan oleh sebagian pelaku maksiat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” [al-Qalam/68:9]
Kaum Muslimin wajib untuk selalu bahu-membahu dan tolong-menolong serta menghindari perpecahan dan perselisihan. Karena perpecahan dan perselisihan hanya melahirkan kedengkian dan permusuhan, sementara musuh-musuh Islam tertawa gembira. Di mata non-muslim, kaum Muslimin adalah gambaran nyata agama Islam itu sendiri. Prilaku kaum Muslimin bisa menjadi daya tarik minat orang untuk memeluk Islam atau sebaliknya, membuat lari dan benci terhadap Islam. Karena orang yang kita dakwahi tentu tidak mau memeluk agama yang berisi kebencian, permusuhan, perpecahan serta merusak akal. Oleh karena itu, hendaknya kaum Muslimin bersatu dalam aqidah Islam yang benar yang bersumber dari al-Qur’ân dan sunah. Itulah sumber kebaikan dan kebahagiaan, sementara perpecahan dan perselisihan adalah pangkal kekalahan dan awal kehinaan. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا
Dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. [al-Anfâl/8:46]
Kelima : Telah berlaku sunatullah bahwa pelaku maksiat itu lebih banyak jumlahnya dibanding orang-orang yang taat, sebagaimana firman-Nya :
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang Fasik [al-Mâidah/5:49]
Juga firman-Nya :
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman [Hûd/11:17]
Juga dalam Surat al-An’âm/6:116 :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh
Oleh karena itu, janganlah kita pesimis dalam mendakwahi manusia kepada petunjuk (hidayah), meskipun banyak yang berpaling dari petunjuk tersebut. Janganlah berputus-asa dalam menempuh jalan dakwahmu, meskipun kebathilan itu bertambah kuat. Fudhail bin ‘Iyâdh rahimahullah berkata, ”Janganlah kalian tertipu oleh kebathilan walaupun banyak orang yang celaka karenanya, dan janganlah takut memilih jalan kebenaran walaupun sedikit yang menempuhnya.”
Tegarlah diatas kebenaran karena kamu berada pada jalan yang lurus. Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, “Engkau adalah umat, walaupun kamu seorang diri.”
Keenam : Jangan kamu lihat keberhasilan dakwahmu dengan banyaknya pengikutmu, karena terbukanya hati seseorang adalah perkara yang ghaib, sementara usahamu hanya sebatas menyampaikan penjelasan dan berdakwah. Tugasmu bukan untuk memberi hidayah dan membuka hati. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan [al-Mâidah/5:99]
Tugasmu hanyalah menjelaskan dan Rabblah yang memberi petunjuk :
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ
Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allâh-lah yang melempar [al-Anfâl/8:17]
Betapapun usaha Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk mengislamkan pamannya Abu Thalib, akan tetapi keinginannya tidak tercapai. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allâh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya [al-Qashash/28:56]
Dan diantara para Nabi-Nabi ada yang bersungguh-sungguh dalam mendakwahi kaumnya selama bertahun-tahun, namun mereka tidak mendapat respon. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Telah diperlihatkan kepadaku umat-umat yang terdahulu , maka aku melihat seorang Nabi bersama beberapa orang pengikutnya , dan seorang Nabi bersama seorang dan dua orang pengikutnya , dan ada Nabi yang sama sekali tidak punya pengikut [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Bekalilah dirimu dengan ilmu dan tempuhlah dengan jalan hikmah dan peringatan yang baik dalam menjalankan misi dakwahmu !
Ketujuh : Janganlah engkau merasa berat untuk berdakwah di segala waktu dan kondisi. Terkadang, satu ucapan akan mendatangkan kebahagiaan bagimu sepanjang masa. Lihat, Nabi Nuh Alaihissallam menyeru umatnya siang dan malam, baik secara sembunyi–sembunyi dan terang-terangan. Nabi Yusuf Alaihissallam meskipun berada dalam penjara, beliau menyeru kepada tauhid. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allâh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” [Yûsuf/12:39]
Orang yang telah memperoleh cahaya hidayah berkewajiban untuk membimbing orang lain dengan cahaya hidayahnya. Hendaklah para ayah menjadi seorang da’i di rumahnya dengan memperbaiki keluarga !Dan hendaklah para istri menunaikan kewajibannya dalam mendidik anak-anak ! Ciptakanlah suasana kondusif yang mendukung untuk senantiasa taat kepada Allâh Azza wa Jalla ! Jauhkanlah mereka dari segala yang mengundang murka Allâh Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيْحَةٍ , إِلاَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Tidaklah seorang hamba yang diberi tanggung jawab kepemimpinan, kemudian dia tidak pernah memeliharanya dengan nasehat, kecuali diharamkan bagi masuk surga. [Muttafaq ‘alaih]
Kedelapan: Di antara tanda kejujuran dan kesungguhan seorang da’i adalah ia mendo’akan hidayah bagi orang yang didakwahinya tanpa sepengetahuan orang tersebut. Betapa banyak doa-doa yang dipanjatkan di akhir malam menjadi penyebab berubahnya keadaan kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, perbanyaklah do’a buat mereka yang masih bergelimang dengan dosa maksiat Supaya mendapat hidayah !
al-Muzâni rahimahullah berkata, “Tidaklah Abu Bakar Radhiyallahu anhu itu lebih unggul daripada Sahabat-Sahabat Rasûlullâh yang lain dengan sebab shalat dan puasanya. Namun beliau Radhiyallahu anhu unggul dengan sebab apa yang ada dalam hatinya. Dalam hati beliau Radhiyallahu anhu ada rasa cinta kepada Allâh dan suka memberi nasehat kepada orang lain.”
Kesembilan : Perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain dapat menarik simpati hati orang lain kepada kita, demikian perkataan serta akhlak yang baik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang da’i yang tercermin dalam akhlak dan pergaulannya. Dahulu ada seorang pemuda yahudi yang menjadi pembantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada suatu hari, dia sakit, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dan duduk di dekat kepalanya, seraya berkata, yang artinya, “Masuk Islamlah kamu !’ Si pemuda tadi menoleh ke ayahnya. (Melihatnya) sang ayahnya berkata, “Taatilah Abul Qâsim (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) ! Lalu pemuda tersebut masuk Islam. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamkeluar dan berkata, “Alhamdulillah (segala puji hanya milik Allâh) Yang telah menyelamatkannya dari api neraka .” [HR. al-Bukhari]
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berusaha maksimal dalam memenuhi kebutuhan kaum Muslimin.”
Sejarah membuktikan telah banyak daerah yang ditaklukkan dengan perkataan dan perlakuan yang baik .
Kesepuluh : Ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla merupakan cahaya yang terpancar dalam dada yang dapat menggerakkan hati untuk menyambut panggilan dakwah. Oleh karena itu, wahai para da’i, perbanyaklah beribadah dan merendahkan diri di hadapan Allâh Azza wa Jalla . Sebab, hal tersebut akan menjadi sarana pertolongan untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dan hendaknya para da’i memperbanyak dzikir dan membaca al-Qur’an serta shalat malam. Jika hati itu bersih, maka akan memancarkan pengaruh yang baik, dan sebaliknya apabila hati itu kotor, maka akan mendatangkan pengaruh yang buruk. Dukunglah do’amu dengan merendahkan diri di hadapan Allâh Azza wa Jalla supaya apa yang kamu lakukan diberkahi oleh Allâh Azza wa Jalla .
Semoga Allâh Azza wa Jalla meluruskan langkahmu dan janganlah kamu hanya bersandar pada sebab-sebab (usaha-usaha) yang nampak saja , dan perbanyaklah memuji Allâh Azza wa Jalla yang telah memilihmu dari sekian banyak manusia untuk menegakkan dakwah para rasul ini , dan menjadikanmu sebagai kunci hidayah bagi makhluk-Nya, sedangkan orang lain tidak bisa sepertimu.
(Diangkat dari al-Khuthabul Minbariyyah, Syaikh Abdul Muhsin al-Qasim hafizhahullah, Imam dan Khatib Masjid Nabawi Madinah, hlm. 146-151)