
Gaza Under Hamas
MUSTANIR.net – Butuh empat tahun, sepanjang 2009-2012, bagi Björn Brenner untuk menulis buku Gaza Under Hamas: From Islamic Democracy to Islamist Governance. Dosen di Swedish Defence University dan peneliti pada Institut Français du Proche-Orient (Amman, Yordania) ini bertemu langsung dengan para petinggi Hamas plus faksi-faksi lain kelompok perjuangan Palestina di, khususnya, Gaza.
Salah satu yang menarik dan relevan dibaca dari buku ini adalah soal keberadaan salafi-jihadis di Gaza dan seteru yang ada dengan Hamas. Dibahas juga dalam buku ini bagaimana peranan Arab Saudi.
Gerakan salafi memang banyak faksi, kiblat, maupun induk proksi. Termasuk di negeri ini. Kalangan salafi-jihadis di tanah air, sepanjang pengetahuan saya, condong untuk mendukung perlawanan Hamas dan faksi-faksi lainnya dalam eskalasi.
Lain halnya—dan berseberangan—dengan salafi faksi tahdzir wal cap ‘dakwah manhaj sunnah’ (kubu ini pun ada beberapa sub-faksi), di negeri kita yang vokal kontra Hamas juga salafi-jihadis (yang disebutnya ‘neo-khawarij’). Di buku Brenner memang kategori yang saya sebut terakhir itu tidak dibahas, karena aktor yang muncul berhadapan dengan Hamas memang berbeda.
Sebagian pejuang Hamas, tulis Brenner, pada perkembangannya juga memilih jalan perlawanan, alih-alih menerima demokrasi ataupun perjuangan lewat parlemen.
Nama-nama yang disebut di buku ini Nizar al-Rayan (alumnus kampus Arab Saudi yang dikenal sebagai sosok karismatik, yang tulus membagi waktunya antara memimpin Brigade Qassam dan menjadi profesor di Universitas Islam di Gaza); Mohammed Talib (komandan muda Brigade Qassam Brigades), dan Khaled Banat (instruktur legendaris Brigade Qassam, spesialis bahan peledak).
Tentu saja dinamika perjuangan ketiga tokoh ini penting dibaca dan menjadi inspirasi. Namun, poin utamanya: mereka bisa bahu-membahu walau sudah berbeda kelompok. Ini kontras dengan suara-suara oknum penyeru manhaj sunnah di negeri ini yang begitu kesumat dari skrip wacana dan teks narasinya saban ada eskalasi yang memunculkan nama Hamas.
Buku ini tentu bukan buat rujukan ilmiah ala anasir kalangan penyeru manhaj sunnah itu. Namun, saya percaya, mereka masih meluangkan waktu untuk objektif menilai. Yakni tatkala mereka masih mengaku sebagai pengikut Rasulullah: untuk mau jujur berkata dengan kata hati. []
Sumber: Yusuf Maulana