(abc.net.au)

Herd Immunity, Bolehkah Menurut Syari’ah Islam?

MUSTANIR.net – Untuk sampai pada kesimpulan hukum herd immunity, berikut saya copas beberapa bagian dari 2 tulisan; yang pertama pro dengan kebijakan herd immunity, dan ke dua kontra dengannya. Tulisan pertama oleh Rendy Saputra, dan tulisan ke dua oleh Mila Anasanti.

Rendy Saputra:

Virus yang menjangkiti tubuh akan diserang oleh antibodi ini. Inilah tafakur mendalam kita hari ini, antibodi kita menyusun bahan baku serangan untuk virus Covid-19. Khusus untuk si dia saja.

Maka muncul angka 14 harian, atau kurang, di mana antibodi kita menyusun serangan ke Covid. Hingga antibodi yang khusus dibentuk untuk covid terbentuk. Maka setelah terbentuk antibodi alami Covid, tubuh kita kebal Covid. Secara teori, tidak lagi bisa dijangkiti Covid-19. Mudah-mudahan teorinya bener. 

Nah, ketika sudah cukup banyak masyarakat yang terjangkiti Covid-19, akan terbentuk ‘sekawanan’ manusia yang sudah kebal Covid-19. Dan di saat itulah terbentuk namanya kekebalan kawanan: herd immunityTeori herd community ini berat untuk disampaikan. Secara ilmiah, 60%-70% masyarakat akan terjangkit. Dan kemudian mayoritas yang bertahan akan membentuk antibodi alami. 

Di Wuhan, mungkin gak butuh sampai 60-70 persen. Karena mereka total lockdown. Mereka sampai semprot kota pake disinfektan 2 hari sekali. memang targetnya bunuh virus. Bisa jadi juga mereka sudah nemu vaksin. Sudah di-shot ke sebagian besar populasi. Itu juga bikin herd immunity.

Italia juga nampak cara memeranginya sama. Total lockdown. 

Namun lihatlah Iran, mereka nampaknya pake teori ini, biarkan semua terpapar pada akhirnya. Mereka gak punya kapasitas untuk lockdown. Yang ada tinggal gali kuburan massal di Qom. Ini fakta. Nampak Iran sudah memahami tracknya. Berharap herd immunity. 

Qultu:

Herd immunity inilah –mudah-mudahan tidak jadi– yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia secara resmi sebagai alternatif untuk menghadapi virus Corona. Kita lanjut ke tulisan ke dua, kontra herd immunity.

Mila Anasanti:

Sebelum ide berbahaya ini menyebar di media massa Indonesia, ide ini sempat santer akan diterapkan oleh pemerintahan Inggris: www.theguardian.com/…/herd-immunity-will-the-uks-co… 

Tapi ide berbahaya ini nampaknya sudah diam-diam diterapkan di Indonesia, sejak awal virus Corona masuk ke negara kita. Menkes saat itu mengatakan virus ini ‘hanya’ self limiting disease seolah seperti common cold yang banyak menjangkiti kita sepanjang tahun tapi tidak membahayakan. 

Lalu muncullah dokter hewan mengaku virolog atau pakar virus yang diwawancarai media massa dan artis yang kemudian viral, menganjurkan agar virus Corona ini tidak perlu ditakuti dan dibiarkan saja menyebar menginfeksi masyarakat luas. Alasannya agar terbentuk herd immunity alami (kekebalan kelompok), dengan asumsi data global fatality rate virus ini rendah ‘hanya’ 3%. Mohon maaf, ini pernyataan yang sangat berbahaya, seolah tidak paham statistik paling dasar sekalipun.

Beberapa fakta yang harus diperhatikan untuk menyanggah pernyataan ini:

1. Herd immunity butuh mayoritas masyarakat terinfeksi. Untuk measles saja, WHO mengestimasi butuh 93-95% untuk imun. Sedangkan para ahli memprediksi untuk corona virus yang persebarannya tidak secepat measles butuh 70% imun:

https://theconversation.com/coronavirus-can-herd-immunity-r…

Taruh kata, untuk Corona virus di negara kita butuh terbentuk minimal 60% dari populasi masyarakat yang imun. Artinya, jika ada 270 juta masyarakat Indonesia, untuk terbentuk herd immunity butuh 60% x 270 juta = 162 juta jiwa minimal harus terinfeksi virus ini. Dari 162 juta jiwa, berarti ada 3% yang meninggal, yaitu sekitar 3% x 162 juta = 4.860.000 orang alias hampir 5 juta orang ‘harus dikorbankan’ untuk meninggal! 

Jadi jangan cuma lihat angka 3% saja!

2. Perhitungan fatality rate sebenarnya bisa berubah tergantung sikon, bisa lebih besar di beberapa daerah. Apalagi di Wuhan dan Italy yang ketika awal wabah fatality ratenya lebih dari 8% (sama dengan kondisi di Indonesia saat ini). Bahkan Wuhan saja di bulan February fatality ratenya mencapai 12,2%!

Jadi jangan hanya melihat fatality rate yang dipandang hanya 3% saja, tapi lihat kecepatan persebarannya yang jika dibiarkan bisa menginfeksi hampir seluruh populasi. Maka angka 3% dari jumlah yang banyak tetaplah banyak.

Bandingkan dengan MERS dan SARS yang fatality ratenya lebih tinggi 34% dan 10%, tapi ‘hanya’ mengakibatkan 858 dan 774 orang saja yang meninggal dunia, karena persebaran virusnya yang tidak secepat SARS-cov2 ini. Korban meninggal virus corona kali ini jauh lebih tinggi dari gabungan korban MERS dan SARS.

3. Kemungkinan virus corona punya kemungkinan bermutasi menjadi lebih ganas. 

4. Prosentase yang parah hingga komplikasi mencapai 20%. Dan dokter hewan tersebut melupakan fakta lain yang tidak kalah penting yang tidak pernah dia sebut, meski fatality rate kisaran 3% tapi prosentase komplikasi hingga kerusakan organ yang butuh dirawat intensif dengan bantuan alat modern sekitar 20%.

Artinya 20% x 162juta jiwa = 32,4 ratus ribu orang perlu dirawat di RS. Jumlah ini tidak akan sanggup dipenuhi oleh fasilitas medis di Indo. Apalagi dengan beban hutang BPJS yang membengkak!

Tentu saran ini sangat tidak masuk akal, bahkan di Inggris sendiri saat bahasan social distancing hingga lockdown ditunda, beberapa professor dan akademi dari universitas di Inggris melakukan petisi online menolak kebijakan ini dan menekan pemerintah untuk segera bertindak. 

Bahkan 501 saintis menandatangi petisi untuk mendesak pemerintah melakukan social distancing di Inggris ketika isu pembiaran wabah demi herd immunity alami bergulir.

Salah satu kampus terkemuka di Inggrispun membuat simulasi beban RS dalam menampung pasien virus corona jika persebaran virus dibiarkan begitu saja, hasilnya RS akan kewalahan menampung pasien (Lihat gambar grafik perbandingan antara beban RS ketika lockdown dan dibiarkan begitu saja) [2].

Bayangkan, ini negara dengan salah satu fasilitas kesehatan di dunia! Pada akhirnya Inggrispun mempertimbangkan masukan dari para ilmuwan di negerinya. Sehingga pada hari ini saya tidak hanya harus menikmati ‘social distancing’ tapi lockdown di London, kota dengan pusat perputaran ekonomi paling cepat di Inggris Pemerintah Inggris dengan berat hati memberlakukan lockdown dengan kalkulasi kerugian ekonomi yang sebegitu besar masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kerugian pemerintah jika harus overload pasien apabila wabah Covid 19 dibiarkan.

5. Sampai sekarang belum bisa dipastikan apakah seseorang bisa terinfeksi virus corona lebih dari sekali.

Sejumlah laporan kasus di Wuhan, beberapa pasien yang pernah terinfeksi corona dan dinyatakan sembuh, beberapa waktu kemudian tetap bisa terinfeksi. www.theguardian.com/…/the-big-question-over-coronav…

Bahkan sejumlah laporan di Italy, dan USA menyatakan pasien yang terinfeksi virus corona dan butuh perawatan intensif di RS tidak hanya yang tua, tapi 20% justru mereka di rentang usia produkstif 20-44 tahun. www.statnews.com/…/coronavirus-new-age-analysis-of…/

Dari 2 tulisan di atas, saya dapat menyimpulkan:

1. Dalam kasus kekinian, Covid 19, menurut saya herd immunity tidak dapat dibenarkan dalam pandangan fiqh Islam. Oleh sebab itu, tidak boleh diambil oleh pemerintah. Karena itu sama saja membahayakan ribuan bahkan jutaan nyawa. Jangankan jutaan nyawa, membahayakan satu nyawa saja tidak boleh dalam Islam!

2. Herd immunity, menurut saya bisa terjadi apabila memang terjadi dalam kondisi manusia sudah tidak dapat lagi berusaha; sehingga sudah terkategorikan terpaksa (mukrah), sehingga tidak terbebani taklif lagi, seperti masa lalu, yakni saat manusia memang belum menemukan cara menangkal/mencegahnya setelah berusaha keras.

3. Apalagi, ini masih dalam tataran teori; apakah herd immunity berhasil apa tidak pada kasus Corona?

4. Jika pada kasus campak saja sebelum tahun 60-an masih sangat bahaya, padahal sudah terjadi herd immunity pada sebagian masyarakat, lalu bagaimana dengan kasus Corona ini?

5. Apalagi ada kasus di Wuhan, pasien sembuh tertular lagi dan lebih parah, sehingga mati.

6. Setiap negara, dalam mengambil kebijakan, tentu sangat tergantung pada ideologinya. Kebijakan mengambil herd immunity sebagai solusi atasi wabah Corona ini adalah cerminan asli dari ideologi kapitalisme, di mana negara tidak mau menanggung beban rakyatnya!

Wallah a’lam.

اللهم اكشف عنا هذا البلاء والوباء. اللهم اكشف عنا هذه البلية وادفعها بيدك القوية إنك على كل شيء قدير.

Sumber: Utsman Zahid As-Sidany

About Author

Categories