Hilangnya Nyawa Manusia Lebih Berharga Daripada Hilangnya Dunia
MUSTANIR.net – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengatasi penyebaran Covid-19 sudah mulai diberlakukan. DKI Jakarta menjadi daerah pertama yang mulai menerapkan peraturan tersebut disusul dengan wilayah lainnya.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pemerintah bakal mengambil langkah selanjutnya setelah mengevaluasi pelaksanaan PSBB. Kebijakan akan diputuskan dengan berbagai pertimbangan, misalnya data jumlah korban meninggal akibat corona. (kumparan, 14/04/2020)
Namun ternyata ucapan Luhut tentang data jumlah korban membuat murka banyak pihak. Bagaimana tidak, Luhut membandingkan jumlah korban meninggal di Indonesia dengan Amerika Serikat.
“Buat saya juga jadi tanda tanya sih, kenapa jumlah meninggal sampai hari ini, maaf sekali lagi, itu kita angkanya enggak sampai 500 padahal penduduk kita ini kan 270 juta, infected 4.000-an lebih katakan kali sepuluh 50.000,” kata Luhut saat konferensi pers secara virtual, Selasa (14/4).
Sungguh sadis dan menyayat hati, seolah-olah nyawa para korban yang meninggal karena wabah bukanlah nyawa manusia. Ungkapan tersebut seperti hal sepele yang dianggap sebuah perkara biasa oleh para penguasa, karena yang menjadi korbannya bukanlah dari kalangan keluarga mereka.
Pernyataan Luhut menampakkan kepada rakyat bahwa pemerintah memang tidak serius menangani wabah. Karena tidak ada kebijakan tegas yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus dan mengurangi korban meninggal yang meningkat setiap harinya. Data per Rabu, 15 April 20 orang sudah dinyatakan sembuh dari Covid 19. Sementara kasus positif bertambah 297 orang, sehingga total kasus positif di Indonesia menjadi 5.136 orang, Meningal 469 orang.
Tak dapat dipungkiri memang pemikiran licik dan picik para aktor di sistem kapitalisme, semua perkara disandarkan pada angka. Termasuk nyawa manusia yang dianggap tidak berharga. Seperti manusia yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan. Jika permasalahan yang terjadi tidak merugikan pribadinya maka tidak menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan. Sungguh kejam!
Jika dalam sistem kapitalisme nyawa manusia dianggap tidak berharga, maka sungguh sangat jauh berbeda dengan Islam yang sangat memuliakan nyawa manusia. Di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia.
Dari al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Tirmidzi 1455, dan dishahihkan al-Albani)
Jika kehilangan satu nyawa saja lebih berharga daripada kehilangan dunia, bagaimana keadaan kita hari ini yang sudah banyak nyawa yang hilang melayang akibat kegagapan penguasa meriayah rakyat?
Hari ini boleh saja para penguasa berdalih dan memberikan keterangan apapun tentang peristiwa yang terjadi tanpa merasa berdosa dan bersalah. Namun semua disaksikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala karena “Allah tidak pernah melupakan tindakan orang dzalim.”
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’[4] : 39)
Allah Ta’ala Maha Adil. Segala perbuatan pasti akan berbuah balasan yang setimpal. Kalau pun tidak dibalas di dunia, pasti Allah akan menyediakan balasan yang sebanding dengannya di akhirat nantinya. []
Sumber: Vega Rahmatika Fahra, SH