Masjid Dome of Rock Bercahaya Saat Salju Turun di Palestina
Kubah Masjid Dome of Rock di Kompleks Masjid Al-Aqsha Palestina terlihat memantulkan cahaya saat hujan turun di Palestina, Rabu (16/1). Foto: rol
MUSTANIR.COM, TEPI BARAT — Ada pemandangan berbeda di Kompleks Masjid Al-Aqsha, Palestina, pada Rabu (16/1). Saat hujan turun di Palestina, Kubah Masjid Quba Emas di Kompleks Al-Aqsha, Palestina, cahaya dari sorotan lampu berpendar saat air hujan turun. Kubah masjid itu pun memantulkan cahaya putih.
“BERCAHAYA SEPERTI INIKAH SAAT TERJADI MU’JIZAT ISRA MI’RAJ, Quba Emas malam ini, Keberkahan turun ditanah yang diberkahi, Hujan turun berpusat pada Quba as-sakhra. 16 Januari 2019,” tulis Abdillah Onim atau yang akrab disapa Bang Onim, relawan Indonesia yang menetap di Palestina, dalam akun Instagramnya.
Bang Onim, relawan yang pernah merasakan penjara Israel itu mengunggah tiga video Masjid Quba Emas atau Masjid Dome of the Rock. Satu dari tiga video itu memperlihatkan saat hujan salju turun memutihkan Masjid Quba Emas dan kompleks Masjid Al-Aqsha.
“PERPADUAN CAHAYA LAMPU QUBA EMAS DIHIASI SALJU SEGAR malam ini, Keberkahan turun ditanah yang diberkahi, turun Salju berpusat pada Quba as-sakhra kompleks Masjid Alaqsa. 16 Januari 2019. Indahnya ciptaan Mu ya ALLAH, Sedang turun Salju di Palestina terutama disekitar kompleks Masjid Alaqsa, pusat terbukanya pintu antara langit dan bumi (Mu’jizat Isra Mi’raj. 16 Januari 2019,” tulis Bang Onim.
Masjid Qubbat as-Sakhrah atau Masjid Kubah Batu adalah sebuah bangunan yang terletak di tengah-tengah kompleks Al-Haram asy-Syarif, Masjid Al-Aqsa, di Kota Yerusalem. Nama lain dari Qubbat As-Sakhrah (Kubah Batu) adalah Dome of the Rock.
Masjid ini biasanya disebut juga dengan Masjid Umar. Pembangunan masjid ini dimulai ketika Yerusalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin Khattab.
Terletak di Baitul Muqaddis, Qubbat As-Sakhrah adalah seni bangunan agung Islam pertama yang didirikan antara tahun 685 M hingga 691 M oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Kerajaan Ummaiyyah. Kubah ini dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam. Inilah masjid pertama yang menggunakan kubah dalam sejarah arsitektur Islam.
Interior Masjid Kubah Batu dihiasi dengan arabesk–hiasan berbentuk geometris, tanaman rambatan, dan ornamen kaligrafi. Unsur hiasan ini sempat menjadi ciri khas arsitektur Islam sejak abad ke-7 M. Hingga kini, kaligrafi masih menjadi ornamen yang menghiasi interior bangunan sebuah masjid.
Pembangunan masjid berkubah ini sepenuhnya dikerjakan dua orang Muslim dari Palestina, yaitu Raja’ bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Jerusalem. Pembangunan kubah diprakarsai oleh Khalifah Abdul bin Marwan yang terdiri atas tiga tingkatan.
Tingkatan pertama dan kedua tingginya mencapai 35,3 meter. Secara keseluruhan, tinggi masjid itu mencapai 39,3 meter. Ruang di dalamnya terdiri atas tiga koridor yang sejajar melingkari batu (sakhrah). Koridor bagian dalam merupakan lantai tawaf yang langsung mengelilingi batu, seperti tempat tawaf di Masjidil Haram.
Dipenuhi ukiran-ukiran model Bizantium, di dalamnya terdapat mihrab-mihrab besar. Jumlahnya 13 buah dan masing-masing mihrab terdiri atas 104 mihrab kecil. Untuk memasukinya, ada empat pintu gerbang besar yang masing-masing dilengkapi atap.
Di dalam masjid, terdapat batu atau sakhrah berukuran 56×42 kaki. Di bawah sakhrah, terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5×4,5 meter dan tingginya 1,5 meter. Sebagaimana ukiran-ukiran di dalam masjid, bentuk kubahnya juga banyak dipengaruhi arsitektur Bizantium.
Sejarawan Al-Maqdisi menuturkan bahwa biaya pembangunan masjid itu mencapai 100 ribu koin emas dinar. Pada atap gua, terdapat lubang seluas satu meter. Batu itu disebut sakhrah muqadassah (batu suci). Di batu itulah, Nabi Muhammad SAW melakukan Mi’raj. Sebagai saksi peristiwa tersebut, dibangunlah Kubah Sakhrah di atasnya. Menurut literatur Islam, nilai kesucian sakhrah sama dengan hajar aswad (batu hitam). []
Sumber: republika.co.id