Perbaikan Penulisan Alquran Oleh Kemenag tak Pengaruhi Makna

Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Al-Qur’an yang digelar Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) di Bogor, 25-27 September 2018. foto: rol

MUSTANIR.COM, JAKARTA — Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengapresiasi rencana Kementerian Agama (Kemenag) untuk memperbaiki penulisan beberapa kata dalam Alquran. Menurut dia, perbaikan untuk penyempurnaan perlu dilakukan agar masyarakat menjadi lebih paham dan memaknai Alquran dengan lebih baik.

“Agar masyarakat bisa lebih paham dan mengerti lebih baik terhadap Alquran ini,” ujar Yunahar kepada Republika, Jumat (28/9).

Dalam sistem penulisan Alquran, ia menjelaskan Indonesia mengikuti teori milik al-Utsmani. Sistem penulisan ini memang tidak sama persis dengan penulisan bahasa Arab sehari-hari. Salah satunya dalam penulisan huruf alif.

“Kalau penulisan Alquran di Indonesia masih ada yang ditulis mengikuti kaidah penulisan bahasa Arab biasa dan mau diperbaiki mengikuti sistem Utsmani, ya sah saja. Bagus,” katanya menambahkan.

Cara penulisan milik Utsman ini dianggap sudah baku. Sebab, pada zamannya penulisan ini disiapkan oleh tim tersendiri. Patokan penulisannya pun sudah jelas.

Namun, ke depan, menurut dia, diperlukan beberapa perubahan dan tambahan seperti tanda baca titik dan koma. Tanda baca fatah, kasrah, dan damah ini tidak pernah muncul sebelumnya saat Utsman masih hidup.

Sebelumnya, Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Alquran yang digelar Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag menyepakati adanya perbaikan penulisan 186 kata dalam Alquran. Penulisan 186 kata tersebut akan disesuaikan dengan kaidah rasm (tulisan) Utsmani.

“Sudah diinventarisasi, ada kurang lebih 186 kata yang akan diperbaiki penulisannya. Penulisannya itu seperti perlu tambah alif atau tidak, bacaannya sama,” ujar Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi, Kamis (27/9) lalu setelah mukernas yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat.

Sejak tahun 2016, lanjut dia, LPMQ telah mengkaji, mengembangkan, dan menyempurnakan terjemahan Alquran Kemenag. Kemudian, hasil-hasil pengembangan itu dikaji lagi dalam mukernas tersebut sehingga menghasilkan beberapa kesepakatan.

“Ada banyak masukan dan kritikan, dan pada akhirnya mereka menyetujui secara umum hasil-hasil perubahan itu (terjemahan Alquran),” kata Muchlis.

Mantan rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Ahsin Sakho Muhammad menyebut, perubahan yang dilakukan ini sesuai dengan panutan mushaf standar Indonesia. Di Indonesia penulisan Alquran berkiblat pada mushaf atau kaidah rasm Utsmani.

Penyempurnaan tulisan ini mengikuti satu riwayat yang dari dahulu memang sudah dikenal di Indonesia. Ia pun menjamin, meski terjadi perubahan, hal ini tidak akan memengaruhi pemaknaan dan kebenaran dari tulisan yang ada.

Menurut Ahsin, fungsi dari perubahan penulisan ini dirasa perlu untuk dibicarakan dan dirapatkan agar ada legalitas dalam melakukan perubahan.

“Para ahli dan pakar mushaf al-Utsmani dari Yordania, Pakistan, dan Mesir, juga Arab Saudi pun (yang hadir dalam Mukernas Ulama Alquran) sepakat bahwa perlu dilakukan perubahan penulisan dalam Alquran yang beredar di Indonesia,” katanya.

Setelah ini, para anggota LPMQ akan melakukan pertemuan dan rapat kecil untuk membahas perubahan penulisan. Jika sudah selesai, master atau contoh utama isi Alquran akan disebarkan ke setiap penerbit dan percetakan untuk diperbarui.

“Harapannya dengan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan, mushaf standar Indonesia ini dipercaya di dunia Arab. Bahwa mushaf kita sudah sesuai dan diterima secara internasional. Para penerbit dan pembaca pun terbiasa dengan mushaf kita sendiri,” ucap Ahsin.

Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis mengatakan, ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian ulama Alquran ke depan agar Alquran bisa dimaknai lebih mendalam dan menjadi landasan dalam berperilaku kehidupan.

“Jadi, tiga hal yang perlu menjadi perhatian ulama Alquran yaitu bagaimana tafsir Alquran bisa direalisasikan dalam kehidupan ini, Alquran bisa dimaknai lebih mendalam, dan Aquran bisa menjawab tantangan zaman,” ujar KH Cholil, Kamis (27/9).
(republika.co.id/29/9/18)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories