Perjuangan HTI Sangat Berkelas

Perjuangan HTI Sangat Berkelas

MUSTANIR.COM – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kembali menjadi sorotan dan perbincangan publik. Isu paling hangat adalah berkaitan dengan gagasan Khilafah yang selalu disuarakan oleh HTI. Bagi pihak yang salah faham terhadap HTI, mereka kemudian membenturkannya dengan eksistensi dari pilar-pilar penting negara Indonesia. HTI dianggap sangat berbahaya karena akan mengganggu sesuatu yang dinilai sangat penting di republik ini, yakni Pancasila.

Buntutnya HTI mendapat banyak intimidasi dari pihak-pihak yang salah faham. Contohnya adalah banyaknya kasus pembubaran kegiatan-kegiatan HTI dan anggota-anggotanya. Meski secara hukum masih bisa diperdebatkan, oknum-oknum yang salah faham ini terus melakukan tindakan brutal tersebut.

Bahkan ada sebagian dari mereka yang menghendaki pembubaran HTI sebagai sebuah organisasi, hingga kemudian menjadi salah satu kajian dari Kemenkunham. Menurut hemat saya ini sudah terlalu berlebihan. Sebab secara terbuka pihak HTI, baik melaui Juru Bicara-nya maupun media resmi-nya sudah menjelaskan secara gamblang bagaimana sebenarnya arah perjuangan mereka dan hubungannya dengan Pancasila.

Terlebih, jika dicermati HTI sangat sedikit diberikan panggung untuk dialog bersama. Karena alih-alih diberikan kesempatan secara terbuka untuk menjelaskan duduk persoalannya. Justeru acara-acara HTI yang notabene adalah baik dalam rangka perbaikan negeri diintimidasi, diteror dan bahkan dibubarkan. Maka sesungguhnya ada ketidakadilan yang sedang dijalankan oleh sebagian pihak dan bahkan pengampu kebijakan di negeri ini terhadap HTI.

Dengan demikian, sebagai warga negara saya sangat prihatin dengan kondisi Indonesia. Masyarakat sepertinya digiring untuk menjalankan kepentingan-kepentingan tertentu dengan mengorbankan pihak lain sebagai tumbalnya. Pasti ada permainan besar dibalik semua cerita-cerita tersebut. Entahlah akan sampai kapan kepentingan besar ini bermain memainkan adu domba dan pecah belah dengan dalih-dalih kosong seperti Anti Pancasila, Anti NKRI, radikalisme, makar dan intoleran. Sebab pada faktanya isu-isu tersebut hanya menjadi tameng bagi sebagian kepentingan yang bukan berpihak kepada rakyat. Sehingga sangat disayangkan jika aparat yang semestinya melayani rakyat ikut terseret dalam jebakan tersebut.

HTI Menjadi Harapan

Saya melihat bahwa HTI adalah cahaya bagi rakyat ditengah gelapnya hidup di Indonesia. Indonesia sedang dalam masalah yang begitu rupa. Hampir semua lini kehidupan di Indonesia semuanya berisi tumpukan masalah yang belum selesai. Baik dalam masalah ekonomi, politik, hukum, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.

Di sinilah kemudian saya memandang HTI menjadi harapan karena berani menawarkan solusi tuntas. HTI ingin agar masalah-masalah di Indonesia khususnya dan umat Islam pada umumnya bisa terselesaikan. Saya melihat dengan hati dan akal pikiran bahwa HTI hadir membawa gagasan yang jernih sebagai penyelesaian atas segenap problem yang ada.

HTI Berjuang dengan Kualitas Berkelas

Setelah bertahun-tahun berinteraksi bersama HTI saya mempunyai pandangan bahwa perjuangan yang dilakukan HTI sangatlah berkelas atau luar biasa. Paling tidak ada tiga hal dalam rangka menguatkan pandangan saya ini.

Pertama adalah visi besar HTI yang sangat luar biasa. HTI adalah sebuah partai politik yang unik dengan Islam sebagai acuan pokoknya. Tujuannya adalah menjadikan Islam diterapkan secara penuh dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat dan bernegara. HTI ingin kehidupan Islam yang dulu pernah ada bisa terwujud kembali di masa sekarang. Sebab nyatanya penerapan Islam secara menyeluruh adalah kewajiban.

Dalam rangka menerapkan Islam secara menyeluruh inilah dibutuhkan sebuah entitas politik yang disebut dengan Khilafah. Khilafah bukanlah gagasan baru sebagaimana banyak kalangan berpendapat. Justeru sebaliknya, Khilafah adalah ajaran yang murni datang dari Islam. Sebagai bukti sederhana, saya akan kutipkan pernyataan dari cendekiawan (ulama) muslim zaman dulu.

Seorang cendekiawan muslim bernama Imam Ibnu Hazm (w. 456 H) pernah mengatakan,”Telah sepakat semua Ahlus Sunnah, semua Murji`ah, semua Syi’ah, dan semua Khawarij atas wajibnya Imamah (Khilafah)…” (Ibnu Hazm, Al Fashlu fi Al Milal wal Ahwa` wan Nihal,  Juz 4 hlm. 87). Beliau menyampaikan dalam kesempatan lain bahwa,”Mereka (ulama) telah sepakat bahwa Imamah (Khilafah) itu fardhu dan bahwa tidak boleh tidak harus ada seorang Imam (Khalifah), kecuali An Najadat…” (Ibnu Hazm, Maratibul Ijma’, hlm. 207)

Sehingga sangat jelas bahwa apa yang selalu HTI suarakan mempunyai landasan yuridis Islam begitu kuat. Apa yang selama ini didengar jika isu Khilafah ini hal baru adalah omong kosong tanpa argumen. Inilah visi yang sangat berkelas dengan tawaran solusi luar biasa. Sebab dalam penerapan Islam, akan dijumpai seperangkat aturan yang akan menjawab kebutuhan-kebutuhan dalam penyelenggaraan sebuah negara. Problem ekonomi, politik, hukum dan lainnya akan sangat mungkin teratasi.

Kedua adalah metode perjuangan dari HTI yang konsisten dan begitu berkelas. HTI berjuang dengan metode tertentu yang memiliki esensi pemikiran, politik dan tidak menggunakan kekerasan. Dan kemudian dijabarkan menjadi tiga tahapan dalam berjuang. Tahap pertama adalah tahap pembentukan gerakan, dimana saat itu ditemukan benih gerakan dan terbentuk kelompok binaan awal setelah memahami konsep dan metode dakwah HTI.

Tahap kedua adalah tahap berinteraksi dengan masyarakat, agar umat turut memikul kewajiban menerapkan Islam serta menjadikannya sebagai masalah utama dalam hidupnya. Pada tahapan ini HTI melakukan aktivitas pembinaan  intensif bagi kader-kadernya, pembinaan umum bagi masyarakat, ash-shira’ul Fikri (pergolakan pemikiran), al-kifaahus siyasi (perjuangan politik).

Pergolakan pemikiran dilakukan dalam rangka menentang ideologi, peraturan-peraturan dan ide-ide kufur, selain untuk menentang aqidah yang rusak, ide-ide yang sesat dan pemahaman-pemahaman yang rancu. Aktivitas ini dilakukan dengan cara menjelaskan kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksi ide-ide tersebut dengan Islam, untuk memurnikan dan menyelamatkan masyarakat dari ide-ide yang sesat itu, serta dari pengaruh dan dampak buruknya.

Bentuk-bentuk perjuanan politik yang dilakukan HTI adalah dengan berjuang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai atau mendominasi negeri-negeri Islam; berjuang menghadapi segala bentuk penjajahan, baik penjajahan pemikiran, politik, ekonomi, maupun militer. Mengungkap strategi yang mereka rancang, membongkar persekongkolan mereka, demi untuk menyelamatkan umat dari kekuasaan mereka dan membebaskannya dari seluruh pengaruh dominasi mereka.

Kemudian menentang para penguasa di negara-negara Arab maupun negeri-negeri Islam lainnya; mengungkapkan (rencana) kejahatan mereka; menyampaikan nasihat dan kritik kepada mereka. Dan berusaha untuk meluruskan mereka setiap kali mereka merampas hak-hak rakyat atau pada saat mereka melalaikan kewajibannya terhadap umat, atau pada saat mengabaikan salah satu urusan mereka. Disamping berusaha untuk menggulingkan sistem pemerintahan mereka, yang menerapkan perundang-undangan dan hukum-hukum kufur, yaitu dengan tujuan menegakkan dan menerapkan hukum Islam untuk menggantikan hukum-hukum kufur tersebut.

Ketiga mengapa HTI begitu berkelas dalam perjuangannya adalah karena kegigihan, kesabaran dan konsistensi HTI dalam berjuang. Meski HTI mendapat banyak sekali tekanan, dan bahkan sampai pada intimidasi fisik. HTI tidak pernah berhenti atau tetap istiqomah menyuarakan gagasan-gagasannya dalam setiap kegiatannya. HTI selalu berusaha membangun kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa semua masalah di dalam negeri ini bisa untuk diselesaikan.

Saya jadi teringat dengan apa yang dihadapi oleh Nabi Muhammad ﷺ beserta para pengikutnya ketika dulu membawa risalah Islam. Dalam sebuah perjumpaan seorang bernama Waraqah berkata kepada Rasulullah ﷺ :

“Demi Dzat yang menguasai jiwaku, sungguh kamu benar-benar Nabi bagi umat ini. Telah datang kepadamu an-Namus al-Akbar (Jibril) yang (dulu juga) datang kepada Musa. (Setelah ini), kamu akan benar-benar didustakan, disakiti, diusir dan diperangi. Dan seandainya aku mendapatkan hati itu, niscaya aku akan sungguh-sungguh menolong (agama) Allah dengan mengajari mereka.” Lalu Waraqah mencium ubun-ubun Rasulullah , kemudian Rasulullah pulang ke rumahnya.

Prof. DR. Muh. Rawwas Qol’ahji mengomentari riwayat tersebut dengan mengatakan, “Sunatullah bagi para Nabi dan para pengemban dakwah adalah bahwa mereka akan selalu dihadapkan dengan berbagai penyiksaan, sehingga seorang pembohong dan pendusta tidak akan memasuki medan dakwah, sebab bendera dakwah tidak akan diemban, kecuali oleh orang yang ikhlas. Seandainya dakwah itu dibiarkan diemban oleh sembarang orang, niscaya banyak orang yang mengaku menjadi Nabi, dan risalah kenabian diemban oleh mereka yang sebenarnya tidak beriman. Namun, semua orang tahu bahwa jalan dakwah dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Sehingga tidak mungkin memasukinya, kecuali orang yang ikhlas, jujur dan terpercaya.”

Meski HTI bukanlah kumpulan orang yang secara langsung berjuang bersama Nabi Muhammad ﷺ dan bukan berisi manusia-manusia sempurna. Namun, HTI selalu menyandarkan setiap jengkal perjuangannya berdasarkan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad ﷺ. Sehingga wajar, jika HTI begitu sabar, gigih dan konsisten dalam perjuangannya. Dan bagi saya semua itu menunjukkan jika HTI adalah sebuah organisasi yang sangat berkelas. []

Lutfi Sarif Hidayat, SEI
Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories