Akhirnya Warga Gaza Bisa ‘Nikmati’ Air Bersih
Akhirnya Warga Gaza Bisa ‘Nikmati’ Air Bersih
Sejak 8 tahun hingga kini, wilayah Gaza masih saja dalam situasi diblokade oleh Israel, krisis kemanusiaan seakan menjadi keakraban realita yang mau tidak mau harus dialami oleh warga Gaza.
Pintu perbatasan antara Gaza-Mesir sudah hamper seratus hari tak kunjung dibuka. Ratusan terowongan yang menjadi urat nadi pun sudah dihancurkan tanpa sisa, hal ini berimbas pada bantuan kemanusiaan minim masuk ke wilayah Gaza.
Menurut pihak kementraian kesehatan Palestina di Gaza, ribuan pasien yang semestinya sudah dirujuk ke Rumah Sakit di Mesir, terpaksa mereka harus di suruh pulang ke masing-masing rumah mereka. “Parahnya, apapun jenis penyakit baik itu kanker atau penyakit akut terpaksa hanya mengkonsumsi paracetamol saja,” ujar Abdillah Onim, aktivis Indonesia dan jurnalis di Gaza, Palestina.
Air dan Warga Gaza
Sumber air juga merupakan kebutuhan pokok bagi warga Gaza. Naasnya, kebutuhan vital itu pun tak luput dari sasaran sabotase pihak Israel. Tak hanya dicuri, Israel pun membuang limbah kotor ke saluran bawah tanah Gaza.
Menurut pihak otoritas perairan Palestina di Gaza, sebanyak 96 persen air di Gaza tidak layak minum, tidak layak konsumsi karena sudah tercemar, beracun.
“Jika kita berada di Kota Gaza dan membuka kran, maka akan keluar air berwarna keruh dan kecoklatan seperti besi karatan,” ujar Onim.
Kendati demikian, tidak semua warga Gaza dapat memperoleh air untuk keperluan mandi, cuci piring dan keperluan air selain dikonsumsi atau diminum. Tak sedikit dari warga Gaza yang hidup di bawah garis kemiskinan yang dengan terpaksa, tidak ada pilihan lain terpaksa mereka mengkonsumsi air yang telah tercemar.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bagi warga Gaza bagian utara, NGO Indonesia yaitu Aksi Cepat Tanggap Indonesia (ACT Indonesia), mengadakan program kemanusiaan jangka panjang yaitu Pusat Sumur Bor dan Pengairan.
“Alhamdulillah, kemarin Sabtu 25 April 2015 sudah diresmikan Sumur Bor dan Pengairan tersebut, saya pun mendapat undangan dari NGO lokal yang memang bekerja sama dengan ACT yaitu Palestinian Welfare House (Baitul Khoir Palestina),” jelas Onim.
Acara peresmian itu dihadiri oleh pejabat Pemerintah Palestina di Gaza seperti Walikota Jabalia Gaza Utara, pihak otoritas pengairan Palestina, anggota Parlemen Palestina, para tokoh agama serta para masyaikh.
Dalam sambutannya, Walikota Jabalia, Esam Jouda menyampaikan bahwa program ini sangatlah bermanfaat bagi warga Jabalia dan Gaza utara, karena seperti diketahui pihak Walikota pun kewalahan menangani krisis air bagi warga Gaza Utara.
“Program ini satu-satunya program pengairan terbesar di Gaza bagian utara, karena dalam sehari bisa mengaliri ke rumah-rumah warga Gaza utara melalui pipa yang tersedia di bawah tanah,” ujar Esam.
Dalam sehari, lebih dari 3.000 Kepala Keluarga yang mendapatkan suplai air bersih untuk digunakan keperluan minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.
Esam juga menambahkan bahwa selama ini warga Jabalia menderita akibat krisis air.
“Warga kami kesulitan untuk mendapatkan air, dan hari ini lembaga kemanusiaan Indonesia memberikan hadiah berupa program sumur bor dan pengairan. Kami sangat-sangat berterima kasih,” tambahnya. (kiblatnet/adj)