Allah Ta’ala Tidak Pernah Bertanya Omset
Oleh: Wari AlBantany
Ketua Lajnah Khusus Pengusaha Banten Barat
Allah Ta’ala Tidak Pernah Bertanya Omset
Mustanir.com – Saat itu ada yang berwajah murung, dan ada wajah yang berseri-seri. Dua wajah yang berbeda, yang satu tampak sengsara lagi hina dan yang lain bahagia lagi mulia. Ya… itulah wajah manusia di dua tempat kembali yang berbeda. Penghuni neraka penuh kepayahan dan kesengsaraan. Mereka diberikan makan dengan makanan berduri yang tidak menggemukkan lagi mengenyangkan. Sementara penghuni surga yang berwajah berseri-seri, bahagia dan gembira atas kenikmatan yang diberikan, hatinya diliputi ketenangan dan kehidupannya penuh dengan kesenangan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Itulah gambaran balasan kehidupan bagi manusia—termasuk pengusaha—kelak di akhirat.
Saat sangkakala ditiupkan pada tiupan kedua maka seketika itu manusia termasuk para pengusaha dan nenek-nenek moyang kita terdahulu sejak masa Nabi Adam AS semuanya akan keluar dari kuburnya dalam keadaan hidup, berjalan menuju Allah SWT. Saat itu orang-orang berkata “Celaka, celaka, celakalah kami. Siapakah yang menghidupkan kami dari tempat tidur (baca: kubur) kami?” Saat itu mereka baru menyadari bahwa ternyata kehidupan akhirat itu benar-benar ada. Apa yang telah mereka dengar berkali-kali dari para mubaligh saat di dunia benar-benar nyata.
Saat itu hartaa sudahh tidak bermanfaat. Mereka takkan lagi bisa menyogok para malaikat untuk dikembalikan di dunia agar ia bisa beramal lebih banyak dan lebih baik. Hanya penyesalan yang datang. Pengadilan yang adil di hadapan mereka semua. Tidak ada yang terlewatkan sedikit pun dan tidak ada perumpamaannya di dunia. Di pengadilan itulah, nasib kita manusia akan ditentukan kelanjutannya. Semua manusia disibukkan dengan urusannya sendiri hingga istri dan anak-anakya pun tidak lagi dikenali. Tidak ada yang mampu menolongnya kecuali amal shalihnya selama di dunia.
Dan detik-detik saat para pengusaha yang kaya raya di dunia dihadapkan di persidangan tertinggi di hadapan Allah SWT, mereka tidak akan ditanya berapa omset Anda, berapa aset yang Anda miliki, berapa mobil yang sudah Anda jejerkan, berapa tanah yang telah Anda miliki, jabatan dan gelar apa yang telah Anda sandang, sekali lagi tidak. Tetapi Allah SWT bertanya apa yang telah Anda kerjakan, untuk apa harta yang telah Allah SWT titipkan dipergunakan.
Wahai saudaraku semoga ini menjadi renungan bagi kita. Apalagi yang kita cari selain keridhaan Allah SWT. Ingatlah, jangan sekali-kali meletakkan dunia dalam hati kita tapi letakkanlah dunia dalam genggaman tangan kita, dan hendaknya kita mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah SWT dengan membawa sebaik-baiknya bekal. Dan bekal yang terbaik itu adalah amal shalih. Di sisa umur yang kita miliki, semoga Allah SWT meliputi kita kebaikan sehingga saat-saat bertemu Allah SWT adalah saat-saat yang menyenangkan dikarenakan amal shalih yang telah kita lakukan di dunia.
Dan ketahuilah banyak sekali bentuk amal shalih yang dapat kita lakukan di antaranya adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, melindungi dan menolong kaum mustadhafin (kaum lemah), anak-yatim, kaum miskin, sabar menghadapi setiap ujian dan cobaan kehidupan, bertaqarrub dan ibadah kepada Allah SWT. Amalan yang terbaik berikutnya adalah berdakwah dijalan Allah SWT, menyerukan pada umat untuk menjadikan aturan dan hukum Allah swt berdaulat di bumi ini yang akan menyejahterakan manusia seluruhnya. Dan itu telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW di bawah pemerintahan Islam yakni Daulah Islamiyah.
Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang konsisten dalam memperjuangkan agamanya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pengusaha Muslim terbaik sahabat Rasulullah SAW yakni Abdurrahman bin Auf. Amin, amin ya Rabbal alamin. (mu/adj)