Belajar dari Lembutnya Lebah
Belajar dari Lembutnya Lebah
Salah satu yang paling dibutuhkan dalam rumah tangga adalah lemah lembut, baik dari suami maupun istri. Lemah lembut dalam perkataan, perbuatan, sentuhan, komunikasi, perintah, larangan, memperbaiki, mengurangi, meluruskan, dan seterusnya.
Masalah, apa pun, jika disertai lemah lembut, ia akan menjadi hiasannya. Sebaliknya, masalah apa pun jika disertai sifat kasar, ia akan menjadi buruk. Bahkan orang yang berperangai kasar pun, tidak suka dikasari.
Seorang istri akan sangat senang jika suaminya selalu berkata halus dan lemah lembut kepadanya, membimbingnya dengan penuh sabar, ia tidak berkata-kata kasar walaupun pada kondisi marah. Sebaliknya, seorang suami sangat senang apabila memiliki istri lembut dan penyayang, baik kepada dirinya maupun kepada anaknya. Sikap yang lembut dan santun akan membuat anggota keluarga betah berlama-lama dan tidak merasa beban untuk mengeluarkan curahan hati, sebab mereka meyakini jawaban dan solusi yang keluar pasti selalu mencerahkan dan menyejukkan.
Tidak ada salahnya belajar kelembutan dari lebah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mengisyaratkan hal ini,
“Perumpamaan orang beriman itu seperti lebah; hanya makan yang baik dan meletakkan yang baik.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)
Dan, yang paling indah untuk menjadi inspirasi adalah bahwa lebah mengajarkan kelembutan. Coba lihat ketika ia hinggap di sebuah bunga, ia akan sangat berhati-hati dan penuh kelembutan sampai-sampai bunga itu tidak merasakan bahwa ia telah hinggap diatasnya sambil menghirup saripatinya. Nyaris tidak terasa dan lembut sekali.
…..
Untuk kelembutan ini, bukankah Allah juga memerintahkan kepada Musa untuk berkata lemah lembut kepada Fir’aun, yang sudah sangat jelas pembangkangannya. Tentu, kepada suami atau istri, lemah lembut itu jauh lebih utama dan dibutuhkan. Sebab ia tidak sekejam Fir’aun. Mereka adalah orang-orang yang sangat dekat di hati.
Sumber: Buku “Ya Allah Bahagiakan Keluarga Kami”, Hal: 227-231.