Bertanya Pada Pancasila
Bertanya Pada Pancasila
MUSTANIR.com – Budi sedang duduk merenung tak biasa
Terbayang ia negeri tercinta Indonesia
Oh.. Indonesia dalam masalah, fjällräven kånken Laptop 15 rakyat merana
Tetiba fikirnya bertanya, ada apa?
Budipun berdiri menatap kebun dari jendela
Dalam ingatannya, New Balance 515 mujer semasa kecilnya
Gurunya pernah berkata padanya
Negeri ini punya pusaka, namanya Pancasila
Lalu Budi membuka
Sila demi sila di dalam Pancasila
Ia pun bertanya pada Pancasila
Wahai pusaka
Siapakah mereka?
Mereka yang ber-Tuhan namun jumawa, durjana
Tak percaya kuasa dari Yang Maha Kuasa
Mereka yang ber-Tuhan tapi asusila
Atau mereka yang membiarkan asusila
Dengan aturan-aturan yang dibuatnya
Mereka siapa?
Wahai pusaka
Siapakah mereka?
Mereka berkata adab butuh revolusi semua
Namun sedianya, mereka sendiri tak beradab semua
Mereka siapa?
Wahai pusaka
Siapakah mereka?
Mereka mengatakan bersatu untuk semua
Tapi adanya, Scarpe Air Jordan sikap mereka berdusta
Mereka memilih siapa yang dirangkul baginya
Dan memilih siapa yang hendak dipukul olehnya
Mereka siapa?
Wahai pusaka
Siapakah mereka?
Mereka bilang agar selalu musyawarah bersama
Faktanya siapa yang tak sejalan dengan mereka
Disingkirkan, Adidas ZX Flux Heren dibubarkan, Nike Air Max 90 Donna dibusukan, dikriminalisasikan semua
Mereka siapa?
Wahai pusaka
Siapakah mereka?
Mereka berkata akan adil pada rakyatnya
Nyatanya kesenjengan dimana-mana
Rakyat merana dan tak punya apa-apa
Sedang para durjana, Jered Weaver Jersey para jumawa
Berpesta pora dengan orang-orang kaya
Bersepakat membuat aturan-aturan negara
Mereka siapa?
Budi akhirnya sadar, Teddy Bridgewater – Louisville Jerseys bahwa sang pusaka
Tidak bisa menjawab dengan kata
Hatilah yang menjawab dengan asa
Mereka semua telah meninggalkan pusaka
Mereka lebih memilih tahta dan harta
Tidak lagi mengabdi untuk rakyat dan negara
Budi menangis, dan bertanya-tanya
Kemana ia akan menaruh asa
Sedang mereka berbuat semaunya
Dengan kuasa yang dipunya
Budi pun berkata, nike air max 2017 goedkoop andai mereka tiada!
Jogja, 13 Juni 2017 Oleh: Lutfi Sarif Hidayat,