BIN: Masjid Di Lingkungan Pemerintah Terpapar Radikalisme, 17 Masjid Parah
Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto. Foto: detik
MUSTANIR.COM – Masjid-masjid di lingkup pemerintahan seperti kementerian, lembaga, dan BUMN, belum bebas dari paparan radikalisme. Dalam catatan Badan Intelijen Negara (BIN), dari 41 masjid yang terindikasi telah terpapar radikal, tersisa 17 lagi yang kondisinya masuk kategori parah.
Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto, mengatakan dakwah yang disampaikan khatib dalam ceramah salat Jumat di belasan masjid itu misalnya, berisi ajakan untuk berperang ke Suriah atau Marawi, Fipilina Selatan, dan disampaikan dengan “memelintir” ayat-ayat dalam Al Quran.
“Ya ajakan ke Suriah, mendorong ke Marawi. Jadi kan Marawi itu tempatnya kelompok ekstrem kanan. Kemudian memelintir ayat-ayat tanpa tahu sebab-sebab mengapa ayat itu muncul. Jadi ayat-ayat perang disampaikan dengan dipelintir, jadi agitasi massa,” ujar Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto, kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon, Minggu (18/11).
Adapun menurunnya jumlah masjid yang terindikasi telah terpapar radikalisme itu, lantaran BIN bersama BNPT, gencar memantau dan melakukan tindakan persuasif terhadap khatib yang kerap menyebarkan ceramah radikal dan intoleransi.
“Kita melakukan upaya pendekatan dan mereka yang khotbah begitu coba didekati lagi dan disampaikan saran supaya tidak berulang,” jelasnya.
“Karena ini kan bukan medan perang, tapi medan damai.”
Tak hanya itu, BIN dan BNPT juga menggandeng organisasi masyarakat Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) agar aktif berdakwah di lingkungan masjid pemerintahan. Hasilnya kini, masjid-masjid yang sebelumnya termasuk kategori radikal sudah mulai melunak.
“Sekarang sudah menurun 60% (masjid yang radikal). Tadinya radikal sekarang tidak terlalu. Hanya perlu intensif komunikasi dengan takmir masjid. Takutnya kan kembali lagi,” ujarnya. []
(bbc.com/19/11/18)