Bulan Maulid, Bulan Cinta Nabi, Mari Kita Tolak Demokrasi Sebagai Bukti
MUSTANIR.net – Bulan Rabiul awal senantiasa semarak bagi umat Islam. Sebab di bulan inilah kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah yang menjadi rahmatan lil alamin.
Bulan cinta Nabi Muhammad ﷺ diekspresikan dengan gembira oleh umatnya. Mencintai Nabi Muhammad ﷺ adalah wajib, bagian dari keimanan kita.
Firman Allah taʿālā:
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah: 24).
Ibnu Katsir mengatakan:
“Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 4/124)
Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, bahkan seluruh manusia.” (HR Bukhari dan Muslim)
Namun sangat disayangkan, masih banyak umat Islam yang belum paham tentang makna cinta kepada Rasulullah ﷺ. Terbukti masih banyak yang mengaku cinta namun belum mengikuti ajaran Baginda Nabi Muhammad ﷺ secara utuh.
Salah satunya yang marak terjadi adalah enggan menerima khilafah, malah gandrung dengan demokrasi. Padahal khilafah ajaran Nabi Muhammad ﷺ yang hukumnya wajib ditegakkan. Sedangkan demokrasi adalah sistem kufur ajaran Yunani yang diadopsi penjajah untuk menjauhkan kita dari khilafah.
Penyakit ini tidak hanya menjangkiti kalangan awam, bahkan juga sebagian ulama yang tertipu dengan ajaran penjajah ini.
Padahal mencintai Nabi Muhammad ﷺ mengandung makna menaati beliau ﷺ. Artinya meyakini dan menjalankan Islam secara kaffah, bukan sebagian-sebagian. Tidak disebut cinta jika kita mengikuti sebagian dan meninggalkan sebagian ajaran Islam.
Cinta pada Nabi ﷺ bukanlah dengan sekadar melantunkan nasyid atau pun syair yang indah, namun enggan mengikuti sunnah beliau. Hakikat cinta pada Nabi ﷺ adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan menaatinya. Semakin seseorang mencintai Nabinya, maka dia juga akan semakin menaatinya. Dari sinilah sebagian salaf mengatakan:
لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ
Tatkala banyak orang yang mengklaim mencintai Allah, mereka dituntut untuk mendatangkan bukti. Allah taʿālā berfirman, ”Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imron: 31)
Abu Bakar ash-Shiddiq raḍiyallāhu ‘anhu mengatakan:
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
“Tidaklah aku biarkan satu pun yang Rasulullah ﷺ amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR Abu Daud no. 2970)
Pendek kata, mencintai Nabi Muhammad ﷺ wajib dan buktinya adalah menaati beliau 100 persen. Sebagaimana perintah masuk Islam secara kaffah.
Oleh karena itu sikap mencintai ajaran kufur demokrasi, apalagi disertai menolak dan membenci khilafah ajaran Nabi, adalah bentuk tidak cinta kepada Nabi. Bahkan merupakan bentuk pengkhianatan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Cinta Nabi? Wajib benci dan tinggalkan demokrasi. Dan wajib cinta dan memperjuangkan khilafah.
Renungan Maulid
Cinta Nabi sepaket dengan cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah menuntut taat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Jika mencintai Allah maka harus menaati Nabi Muhammad ﷺ. Mencintai Allah dan Nabi ﷺ adalah wajib.
Mencintai Nabi ﷺ terwujud dengan mencintai seluruh ajaran Nabi ﷺ. Baik aqidah maupun syariah secara totalitas 100 persen. Serta siap menaati beliau ﷺ juga 100 persen. Meskipun dalam ketaatan akan terjadi kesalahan dan kekhilafan sehingga senantiasa berupaya taubatan nasuha.
Oleh karena itu setiap muslim wajib mencintai aqidah Islam seluruhnya. Baik rukun iman yang 6 maupun seluruh cabangnya sebagaimana telah dijelaskan dengan gamblang oleh para ulama dalam ribuan kitab kitab mereka. Dan diajarkan dalam majelis-majelis mereka.
Demikian juga wajib mencintai seluruh syariat Islam. Baik aturan pribadi, bermasyarakat, ataupun bernegara. Tanpa kecuali.
Wajib mencintai ajaran sholat, zakat, puasa, dan haji. Wajib mencintai ajaran tentang muamalah seperti sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem pidana, sistem pendidikan, dan tentunya termasuk sistem pemerintahan yakni khilafah.
Maka merupakan bentuk cacat aqidah jika seorang muslim malah membenci salah satu ajaran Nabi Muhammad ﷺ. Baik aqidah maupun syariah. Karena itu merupakan bentuk cacat cintanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Bagaimana mungkin seorang yang mengaku muslim dan mengaku cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ, kemudian menolak khilafah yang merupakan ajaran Nabi Muhammad ﷺ? Sebaliknya dia malah mencintai demokrasi ajaran dari kafir penjajah? Sungguh sikap yang tidak normal dan sangat aneh.
Jadi, cinta Nabi Muhammad ﷺ pastinya cinta khilafah.
Wallaahu a’lam. []
Sumber: Abu Zaid