Derita Perempuan dan Anak-Anak Rohingya, Khilafah Solusinya
Derita Perempuan dan Anak-Anak Rohingya, Khilafah Solusinya
Oleh: Ratu Erma R (DPP MHTI)
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Isra ayat 70:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً ﴿٧٠﴾
Allah SWT telah memuliakan umat manusia, dan melebihkan kedudukannya dari makhluk lainnya. Allah telah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada bapak manusia, Adam AS. Dan Allah telah sediakan segala apa yang ada di daratan dan lautan untuk manusia. Serta memilih manusia sebagai pemimpin di bumi ini yang diberi amanah, dibekali dengan akal dan tugas. Namun, bagaimana dengan kondisi muslim Rohingya? Sungguh !! mereka diperlakukan bukan sebagai manusia. Tidak mempunyai tempat tinggal, makanan, pakaian dan tidak mendapat perlindungan, keamanan dan lain sebagainya.
Muslimin Rohingnya, sejak tahun 1948 sampai sekarang tidak mendapatkan hak-hak mereka sebagai manusia. Di tahun 1982 ketika pemerintahan Ne Win memberlakukan Undang-Undang Kewarganegaraan, 800.000 orang Rohingya ditolak kewarganegaraannya. Pada tahun 1991-1992, 250 ribu pengungsi Rohingya membanjiri Bangladesh. Pada Tahun 2010 saat Thein Sein berkuasa, pemerintah junta militer menuju transformasi demokrasi, dan menjadikan Myanmar sebagai negara yang dipimpin sipil. Sistem politik dan ekonomi semakin terbuka. Pembatasan penulisan di media sudah makin longgar. Hanya etnis Rohingya yang tidak merasakan perubahan dari keterbukaan Myanmar ini, mereka masih tetap terpinggirkan, miskin dan terlantar.
Setelah konflik yang terjadi antara muslim Rohingya dan Budha Rakine di Juni 2012 lalu, hingga sekarang, kehidupan muslim Rohingya dalam kondisi rusuh dan kritis. Mereka diteror, dianiaya, bahkan dibunuh oleh militer. Mereka dipaksa meninggalkan Myanmar, mengarungi lautan hanya menggunakan perahu kayu, dengan sedikit bekal, dan seringkali mesin perahu rusak sehingga mereka terombang-ambing di lautan yang ganas. Dan ratusan ribu orang mati tenggelam dalam perjalanan.
Apakah kesalahan mereka karena mereka adalah muslim? Apakah mereka tidak berhak hidup tenang dan bahagia sebagaimana yang lain? Tentu saja tidak saudariku. Allah telah memuliakan umat Islam dan mereka umat terbaik yang ada di muka bumi ini. Allah SWT berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ… (ال عمران 110)
Lalu mengapa umat yang dimuliakan Allah ini hidup dalam kehinaan, ketakutan, kegentingan serta kekurangan? Jawabnya adalah karena tidak ada seorangpun yang menjadi penjaga mereka. Tidak ada pemimpin yang menerapkan hukum Allah untuk menghormati manusia, dan menjamin pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dan saat ini, tercatat lebih dari 100.000 muslim Rohingya dibunuh dan mayoritas mereka adalah wanita, anak-anak dan orang tua. Padahal Rasulullah SAW bersabda:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
“Sesungguhnya hilangnya dunia (dan seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang Muslim. (HR at-Tirmidzi).
Maka bagaimana dengan hilangnya ribuan bahkan jutaan jiwa melayang? Allah SWT berfirman dalam surat Al-Buruj ayat 8:
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿٨﴾
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”
Apa yang dilakukan negara-negara tetangga Myanmar? Pemerintah Thailand telah menahan 100 orang Rohingya yang masuk ke wilayahnya. Demikian juga dengan pemerintah Malaysia dan Bangladesh yang penguasanya adalah muslim, mereka telah mengusir orang yang lari karena agamanya, dengan alasan tidak ada visa masuk. Padahal membantu mereka dengan memberi makanan, tempat tinggal dan pakaian adalah kewajiban Syar’i termasuk mencegah orang Budha untuk mengintimidasi muslim Rohingya.
Begitupula dengan sikap pemerintah Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia yang seharusnya berbuat lebih baik dari itu. Semestinya Indonesia menghalangi pemerintah Myanmar untuk tidak menakut-nakuti orang Islam, membunuh dan membakar harta-harta mereka, dengan mengirim bala tentara untuk menyelematkan kaum muslimin. Namun pada kenyataannya, pemerintah Indonesia tidak menerima pengungsi yang menjadi saudara mereka sesama muslim. Ya, pemerintah tidak melakukan hal itu. Bahkan mereka tidak peduli dengan nasib saudaranya di pengungsian. Nasionalisme telah mematikan rasa persaudaraan Islam yang telah ditetapkan oleh ‘Aqidah Islam, ketika Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ … ﴿١٠﴾ سورة الحجرات
Sesungguhnya pengkhianatan pemimpin muslim sudah sangat nyata, dan ini terlihat dari lepas tangannya mereka terhadap persoalan umat Islam dan menyerahkannya kepada masyarakat internasional. Padahal organisasi internasional ini tidak pernah menyelesaikan masalah apapun. Sebagai contoh, masalah Palestina masih dalam koridor PBB sejak lima sampai enam puluh tahun lalu. Dan sampai sekarang masih jalan di tempat, bahkan semakin kompleks. Karena itu wajib bagi kita untuk mengambil sikap sebagai mu’min yang benar dengan bertawakkal kepada Allah SWT. Dan memecahkan masalah dengan kekuatan kita sendiri. Karena jika tidak, maka tidak ada seorang pun yang akan menghormati kita, darah, kehormatan dan harta kita.
Sesungguhnya tragedi muslim Rohingya telah menyingkap kedustaan dan kepalsuan dari propaganda Barat. Karena meski mereka menegaskan bahwa muslim Rohingya adalah kelompok yang menerima perlakukan terburuk di dunia, hanya saja mereka tidak menekan pemerintah Myanmar untuk menghentikan genosida yang dilakukan terhadap umat Islam. Dan kebijakan terbaru adalah membatasi kelahiran muslim Rohingya dengan dua anak saja.
Sungguh, tidak ada solusi untuk tragedi ini kecuali dengan eksisnya khilafah di muka bumi. Dengan khalifah umat Islam, dia akan melindungi rakyatnya yang muslim maupun non muslim. Dia akan membela orang yang tertindas di dunia apapun bangsa dan agama mereka. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ… (رواه مسلم)
Kholifah umat Islam yang telah menyelamatkan satu orang muslimah dan menaklukan kerajaan ‘Amuria. Dia yang membawa makanan untuk seorang janda yang tidak mempunyai makanan untuk anak-anaknya yang yatim. Dia yang sangat tidak menginginkan orang-orang berkata: “burung-burung kelaparan di negeri muslim”. Dia adalah pelindung negara dan orang-orang miskin, dan mereka yang tidak punya penjaga dan tersia-sia sebagaimana tersia-sianya umat kita saat ini yang menjadi santapan para penjahat.
Solusi untuk musibah ini bukan hanya dengan melakukan penggalangan dana santunan untuk muslim Rohingya. Dan bukan dengan membekali mereka makanan, pakaian dan tempat tinggal. Dan bukan pula dengan memberi mereka kewarganegaraan atau dengan berdo’a. Karena akar masalahnya adalah mereka tidak punya pelindung dan pemimpin yang menjaga jiwa-jiwa dan kehormatan mereka, dan menjamin pemenuhan kebutuhan dasar mereka.
Karena itu khilafah merupakan kebutuhan mendesak, dan dunia butuh khilafah agar bisa terlepas dari keburukan kapitalisme yang rakus dan kekerasan peradaban barat yang rusak. Lebih dari itu bahwa tegaknya khilafah adalah kewajiban terpenting yang telah Allah wajibkan kepada muslim dan muslimah. Khilafah adalah mahkota kewajiban yang akan menjamin pelaksanaan seluruh kewajiban lainnya. Khilafah adalah sumber kemuliaan, kesatuan dan kemuliaan umat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ… ﴿٢٤﴾