Globalisasi Nilai-nilai Budaya Melahirkan Sekularisme
MUSTANIR.net – Fenomena Coldplay ataupun grup musik dunia lainnya merupakan bagian dari arus globalisasi atau kultur global yang datang dari Eropa dan dikuti oleh semua negara. Masyarakat tidak lagi memandang bahwa itu sebuah kebutuhan melainkan sebuah gaya hidup atau tren atau kultur, jika tidak mengikutinya, maka seseorang akan dianggap ketinggalan zaman.
Kultur global ini fokus mengkreasikan kekayaan (wealth creation) seperti bagaimana memiliki uang banyak, dibelanjakan untuk membeli barang-barang branded, kuliner, dan jalan-jalan yang hakikatnya untuk menggeliatkan pariwisata dunia. Tidak hanya itu, kultur global memandang bahwa kesuksesan tergantung dengan seberapa banyak uang yang didapatkan dan seberapa banyak barang yang bisa dimiliki.
Dampak dari kultur global tersebut berpengaruh pada keberagaman sehingga menjadi satu titik keragaman sesuai budaya global. Alhasil, kultur daerah atau lokal perlahan-lahan hilang baik ide, makanan, musik, dan juga produk fisik seperti pakaian. Semua itu didesain Barat dan sengaja disebarluaskan secara masif dengan didukung oleh teknologi.
Kultur global terus melakukan invasi terhadap budaya melalui makanan, pakaian, dan musik. Oleh karenanya, terjadi globalisasi nilai-nilai budaya yang melahirkan sekularisme, liberalisme, materialisme, dan hedonisme. Alhasil, tidak heran bila hari ini, kehidupan masyarakat makin sekuler dan berorientasi pada materi.
Terkait musik Coldplay yang merupakan kultur Barat dan berusaha dijadikan sebagai kultur homogen untuk seluruh masyarakat dunia tentunya perlu diwaspadai apalagi bagi umat Islam. Tidak hanya dipandang dari isu LGBT, melainkan adanya pelanggaran terhadap syariat, yakni adanya ikhtilat atau campur-baur antara laki-laki dan perempuan.
Penerapan kapitalisme sekuler di dalam kehidupan mengakibatkan banyaknya serangan pemikiran dan budaya ke tengah-tengah umat. Ditambah lagi pemahaman Islam yang lemah, sehingga kualitas generasi juga lemah. Akibatnya, generasi muslim kehilangan identitasnya sebagai muslim dan potensinya dibajak untuk mempertahankan kapitalisme.
Oleh karena itu, generasi Islam harus diselamatkan agar mereka menjadi generasi tangguh. Dimulai dari keluarga yang menanamkan akidah Islam sejak dini, menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni masyarakat yang beriman dan bertakwa, dan ditopang oleh aturan Islam yang diterapkan oleh negara melalui institusi pendidikan baik sekolah umum, pesantren, maupun kampus.
Umat Islam harus memahami bahwa hiburan perlu disikapi dengan benar sesuai timbangan syariat. Apakah mengajak kepada ketaatan atau justru mengajak kepada maksiat, begitu pula dengan konten dan aksi panggung yang ditampilkan menentang syariat Allah atau tidak, masyarakat harus selektif memilih dan memosisikan musik hanya sebatas hiburan. []
Sumber: Ustazah Faizah Madjid