Godaan Oleh Wanita Akhir Zaman
Godaan Oleh Wanita Akhir Zaman
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan sesudahku suatu fitnah/cobaan yang lebih membahayakan bagi kaum pria daripada fitnah kaum wanita.” (HR. Muslim [2740])
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Maka berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan takutlah kalian akan fitnah kaum wanita. Karena sesungguhnya fitnah pertama di kalangan Bani Isra’il adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim [2742])
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
“Termasuk dalam kategori wanita yang dimaksud oleh hadits ini adalah para istri maupun selain mereka. Dan yang paling banyak fitnahnya adalah para istri karena fitnah mereka terus-menerus menyertai dan kebanyakan orang pun telah terfitnah dengannya.” (lihat Syarh Muslim [9/8] cet. Dar Ibnu al-Haitsam)
Secara potensial kaum wanita merupakan godaan bagi kaum laki-laki. Ia merupakan salah satu unsur dari “tiga ta” (harta, tahta, dan wanita). Namun di zaman modern godaan wanita jauh lebih berat lagi.
Bagaimana bentuk godaan wanita di era sekarang?
[1]. Wanita modern terus-terang cantik-cantik. Mereka lebih cantik dari wanita-wanita zaman sebelumnya. Era sekarang sarana-sarana kecantikan melimpah-ruah. Salon, make up, sarana kebugaran (fitness), gaya hidup modis, media-media, hingga operasi plastik untuk mengubah penampilan lebih cantik. Dengan modal uang dan informasi, wanita sekarang bisa tampil cantik.
[2]. Pakaian wanita modern umumnya seksi-seksi. Bentuknya bisa pakaian ketat (pas badan), rok mini, celana pendek, dan seterusnya. Mereka bukan malu memperlihatkan keseksian, justru bangga.
[3]. Sikap wanita sekarang banyak yang berani atau agressif. Kalau dulu wanita identik dengan menunggu, tetapi sekarang mereka “aktif menyerang”. Kalau bukan laki-laki yang mendatangi mereka, mereka yang akan mendatangi laki-laki.
[4]. Banyak wanita sekarang mencari income dengan modal penampilan. Mereka benar-benar sadar bahwa kecantikan dan tampilan seksi itu menghasilkan uang. Mereka menjadi model, SPG, bintang iklan, dan seterusnya. Modal ilmu atau kecerdasan tak mesti harus ada, asalkan bisa tampil cantik, seksi, dan menggoda.
[5]. Wanita modern banyak yang galaw. Nah, ini masalah serius. Fitrah wanita kan tidak bisa hidup sendiri, mereka selalu membutuhkan pasangan hidup (suami). Sementara untuk mendapatkan pasangan itu perlu perjuangan ekstra, sehingga ada persaingan antar sesama wanita dalam kecantikan, penampilan, dan kenekatan.
Semua ini merupakan cobaan-cobaan berat yang dihadapi kaum laki-laki zaman sekarang, di segala umur, selain anak-anak kecil. Para suami, anak muda, mahasiswa, pelajar, bapak-bapak, hingga kakek-kakek, mendapati semua cobaan itu.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada kaum lelaki yang beriman hendaknya mereka menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Hal itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa saja yang kalian lakukan.” (QS. an-Nuur: 30)
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Fitnah syubhat ditepis dengan keyakinan, sedangkan fitnah syahwat ditepis dengan kesabaran. Oleh karena itu Allah Yang Maha Suci menjadikan kepemimpinan dalam agama tergantung pada kedua perkara ini. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami menjadikan di antara mereka para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. as-Sajdah: 24).
Hal ini menunjukkan bahwasanya dengan bekal sabar dan keyakinan akan dicapai kepemimpinan dalam hal agama. Allah juga memadukan keduanya di dalam firman-Nya (yang artinya), “Mereka saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 3).
Saling menasehati dalam kebenaran merupakan penangkal fitnah syubhat, sedangkan saling menasehati untuk menetapi kesabaran adalah penangkal fitnah syahwat” (Lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/134], Ighatsat al-Lahfan hal. 669)