
Merah Putih atau Hitam Putih?
MUSTANIR.net – Jika merah putih dipertentangkan dengan hitam putih, maka merah putih telah menjadi alat dan lambang penjajahan. Ia menjadi sekat dan pemecah umat Islam satu dengan yang lain.
Namun jika ia sekadar tanda pengenal dari mana kita berasal tanpa perlu merasa lebih atau kurang dari bangsa lain, maka ia adalah lambang sunnatullah bahwa kita diciptakan berbangsa dan bersuku berbeda-beda.
Itulah hakikat bendera, dan berlaku bagi bendera mana pun dan bendera apa pun: bendera negara, bendera perusahaan, bendera kesebelasan, bendera suku, lambang daerah, dan sebagainya.
Jadilah cerdas. Islam telah mengajarkan bahwa perbedaan suku, bangsa, dan beragamnya ciri fisik tubuh kita bukanlah ukuran kemuliaan dan kehinaan. Juga bukan ukuran kebenaran yang menjadi alasan keberpihakan.
Semua itu adalah pilihan dari Pencipta, bukan pilihan kita. Tak seorang pun dari manusia yang memilih warna kulit, bentuk hidung, tebal bibir, atau bentuk rambut saat akan dilahirkan.
Semua adalah kehendak Allah. Itu adalah qadha Allah. Kita hanya wajib menerima dan bersyukur, apa pun yang kita dapatkan. Dan kita juga tidak berhak merendahkan yang berbeda dengan kita.
Dan untuk mengelola semua itu, Allah telah memberikan sistem yang sesuai fitrah. Allah berikan sistem yang berasal dari-Nya.
Bukan sistem yang keluar dari isi kepala manusia. Bukan sistem karangan orang bule, orang Arab, Melayu, Negro, Eskimo, Cina, atau yang lain. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak dengan alasan, “Itu cuma cocok untuk kulit hitam, bukan untuk kulit putih.”
Lihatlah bagaimana beragam manusia itu tunduk dan sujud saat berjama’ah sholat. Lihatlah bagaimana mereka menyatu dalam haji mereka.
Lalu, atas dasar apa masih menolak syariah Allah untuk mengatur kehidupan ini? Atas dasar apa menolak khilafah yang akan menyempurnakan penerapan syariah?
Sungguh kalimat tauhid yang tertera pada bendera hitam (ar-rāyah) dan bendera putih (al-liwa) adalah penyatu umat manusia. Ia juga pelindung manusia, karena manusia tidak tunduk terhadap sesama manusia. Tetapi manusia tunduk hanya kepada Pencipta manusia.
Maka jika kalian tanya, “Pilih mana, merah putih atau hitam putih?” Aku akan jawab, “Aku bersyukur lahir di negeri merah putih, tapi aku ingin mulia dengan hitam putih.” []
Sumber: Nazarudin Latif