Indonesia Seharusnya Netral dalam Konflik Saudi-Iran
Indonesia Seharusnya Netral dalam Konflik Saudi-Iran
Mustanir.com – Indonesia hendaknya bersikap netral dalam melihat konflik Arab Saudi dengan Iran, kata pengamat Timur Tengah dan Islam dari Universitas Indonesia Yon Machmudi.
Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar pasti menjadi perhatian kedua negara tersebut untuk menggalang dukungan.
“Tentu saja kedua negara ini akan berusaha untuk mendapatkan dukungan dari Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia harus dapat mencegah agar konflik ini tidak masuk ke Indonesia melalui isu perseteruan antara Sunni dan Syiah yang direduksi menjadi isu Wahabi dan Syiah,” katanya di Jakarta, Rabu (6/1).
Yon Machmudi menduga penyebaran yang masif di Indonesia berkaitan dengan kebencian, baik terhadap Wahabi maupun Syiah, merupakan prakondisi untuk menyulut konflik di Timur Tengah itu ke Indonesia.
“Pemerintah Indonesia tentunya perlu mewasdai isu-isu semacamini yang mudah menyebar di kalangan umat Islam.” kata Yon.
Konflik Saudi-Iran adalah saat ini merupakan konflik yang terjadi guna memperebutkan hegemoni di Timur Tengah. Ia melihat baik Saudi maupun Iran ingin menancapkan pengaruhnya di kawasan. Namun, di balik konflik dua negara itu sebenarnya ada kekuatan besar yang ikut bermain. Arab Saudi mendapat dukungan dari Amerika Serikat, sementara Iran didukung oleh Rusia.
“Karena konflik ini melibatkan dua ideologi yang berbeda, yaitu Sunni dan Syiah, kemungkinan besar kedua belah pihak akan berusaha menggalang dukungan dari dunia Islam,” katanya.
Menurut pengamatannya, konflik tersebut juga berpotensi membesar dan melibatkan negara-negara lain di Timur Tengah karena baik Saudi maupun Iran telah mengajak negara-negara sekutunya untuk bergabung.
Sudan, Mesir, dan Uni Emirat Arab menjadi kekuatan utama pendukung Saudi, sementara Irak dan Syuria di belakang Iran.
“Walaupun Irak dan Syuria sedang mengalami perang sipil yang berkepanjangan, rezim yang berkuasa cenderung pro-Iran,” kata dia.
Konflik ini juga akan mengalami eskalasi mengingat posisi Iran yang makin menguat di kawasan ditambah peran Rusia yang makin agresif belakangan ini.
“Saudi yang sebelumnya selalu memenangi proxy war dengan Iran mengalami pelemahan karena mulai melemahnya posisi Amerika di Timur Tengah. Tentu Arab Saudi akan menggunakan segala caranya untuk memenangi konflik ini karena menyangkut keberlangsungan dan eksistensi kerajaan Saudi itu sendiri,” katanya.
Rusia juga tidak akan tanggung-tanggung dalam mendukung Iran karena merupakan momen penting untuk kembali ke Timur Tengah setelah hancurnya Uni Soviet. Oleh karena itu, secara umum konflik Iran dan Saudi lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik dan ekonomi.
“Biar bagaimanapun kondisi Timur Tengah yang rapuh dari sisi legitimasi politik ini memberikan peluang besar bagi bisnis persenjataan negara-negara industri,” katanya. (rol/antara/adj)
Komentar Mustanir.com
Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim di dunia ini setidaknya punya potensi spiritual yang dapat digunakan untuk mempengaruhi jalannya kebijakan-kebijakan negeri Islam lainnya. Konflik Saudi-Iran ini bukanlah konflik yang seharusnya Indonesia ikut campur di dalamnya, sebab, konflik tersebut bukanlah bermuara dari sentimen sektarian, tetapi lebih kepada kepentingan masing-masing negara.
Meskipun dalam pemberitaan banyak yang meng-kubukan dengan paksa bahwa konflik Saudi-Iran adalah konflik sektarian Sunni-Syiah, tetapi itu hanya supaya konflik tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiki agenda memecah belah dunia Islam. Ya ada agenda Barat dalam pemanfaatan isu sektarian Sunni-Syiah.