
#IndonesiaGelap, Sudah Saatnya Cahaya Islam Menerangi!
MUSTANIR.net – #IndonesiaGelap menjadi trending topic di media sosial sejak Senin (17-2-2025). Hingga Selasa (18-2-2025), tagar tersebut masih menempati posisi pertama dengan jumlah posting mencapai lebih dari 668.000 cuitan.
Tagar tersebut makin menggema seiring dengan aksi para mahasiswa di berbagai daerah. Bahkan pada Kamis (20-2-2025), dikabarkan akan datang massa aksi yang lebih besar di Jakarta. Tagar tersebut dimaknai sebagai bentuk ketakutan, kekhawatiran, dan kondisi mencekam terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.
Aktivis kepemudaan Selly Selviana menyatakan kepada M News, Selasa (18-2-2025), dengan adanya hestek ini memang sudah saatnya cahaya Islam yang menerangi.
Menurutnya, ini disebabkan harapan sebagian besar rakyat Indonesia akan terjadinya perubahan setelah pergantian kepemimpinan akan segera kandas dan kembali berlabuh pada kekecewaan.
“Berbagai kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran dalam 100 hari kepemimpinannya telah menuai berbagai kekecewaan dan dianggap tidak pernah berpihak pada rakyat. Pertanyaannya, kenapa ini terus berulang?” ungkapnya.
Ia menyayangkan, pergantian 8 kali rezim kepemimpinan selalu berujung pada kezaliman, bahkan kegelapan yang makin pekat. “Tidakkah ini cukup mengonfirmasi bahwa perubahan rezim tanpa perubahan sistem sekuler kapitalisme dengan politik demokrasi hanyalah perubahan semu?” tanyanya lugas.
Dalam pandangannya, sistem sekuler kapitalisme demokrasi hanya akan membidani para pemimpin yang akan membuat kebijakannya tunduk pada kepentingan kapitalis atau oligarki. “Dalam sistem politik demokrasi, kedaulatan ada di tangan rakyat. Artinya, rakyat atau manusialah yang berhak membuat aturan,” ujarnya.
Aturan tersebut, lanjutnya, dibuat oleh orang yang dianggap representasi dari rakyat. “Di sinilah terbuka peluang para representatif (baca: oligarki) akan membuat aturan yang memihak pada kepentingan mereka dan tentunya kepentingan rakyat akan dikorbankan,” kritiknya.
Kedaulatan Syarak
Hal berbeda, tuturnya, terjadi pada sistem politik Islam atau Khilafah Islamiah yang meletakkan kedaulatan di tangan syarak atau Allah Taala.
“Syariat Islam adalah sumber dari pembuatan undang-undang. Pemerintah yang mengadopsi hukum syarak dalam berbagai kebijakannya, bertanggung jawab menyampaikan argumentasi syar’i,” terangnya.
Sedangkan rakyat, imbuhnya, akan diberikan peluang untuk mengoreksi dengan standar yang sama, yakni syariat.
“Dengan mekanisme seperti ini, maka akan tertutup kemungkinan aturan yang dibuat hanya akan berpihak pada kepentingan individu/kelompok tertentu. Terlebih, syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah jaminan pembawa rahmat untuk seluruh alam,” urainya mengutip QS al-Anbiya: 107, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Oleh karenanya, ia mengingatkan kembali kepada seluruh mahasiswa dan aktivis perubahan. “Sudah saatnya kegelapan ini diakhiri dengan membawa cahaya Islam (syariat-Nya) yang akan mampu menerangi negeri ini bahkan ke seluruh penjuru alam. Bukankah Allah telah berfirman dalam QS Ibrahim: 1, “’Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.’,” tandasnya. []
Sumber: M News