Islamophobia dan Perlawanan Umat Islam di Amerika
Islamophobia dan Perlawanan Umat Islam di Amerika
Mustanir.com – Gelombang Islamophobia yang semakin hari semakin meningkat di Amerika memberikan banyak pelajaran bagi kaum muslimin bahwa mereka perlu berbuat sesuatu. Dibawah ini beberapa usaha dari kaum muslimin di Amerika untuk memperbaiki citra Islam dan menghentikan gelombang Islamophobia.
Memberikan Makan kepada Gelandangan
Musim dingin telah tiba, lebih dari 100 tunawisma di Sacramento, ibu kota California, menghabiskan malam-malam dengan makanan hangat setelah masjid setempat membuka pintunya bagi mereka yang membutuhkan pada tanggal 19 Desember menurut laporan Fox News.
Salah seorang tamu yang begitu antusias dengan adanya tempat penampungan itu adalah Karen Shorter. Dia mengaku telah bekerja dan menabung agar bisa memiliki rumah. Tapi sampai saat ini ia masih tidur di tenda-tenda.
Pusat Islam SALAM bekerja sama dengan Winter Sanctuary Sacramento mengundang ssebanyak 150 tamu gelandangan untuk menikmati makan malam yang lezat, berbelanja pakaian, selimut, dan kebutuhan lainnya dan menghabiskan malam tanpa kedinginan.
“Ini adalah bagian dari iman Islam kita. Kita harus beramal, kita harus memberi makan orang miskin, kita harus membuat mereka merasa betah,” kata Metwalli Amer, Direktur Eksekutif Pusat Islam SALAM.
Kemurahan hati mereka tidak hanya pada hari Sabtu itu. Pada Ahad pagi, para tamu itu disuguhi sarapan sebelum meninggalkan tempat itu. (sumber)
Menggelar Islamic Awareness Week
Perang terhadap Islamophobia terus digencarkanMuslim di Amerika Serikat. Ketakutan terhadap Islam ini berawal dari kesalahan dalam memahami Islam. Penyebabnya beragam, namun yang paling besar adalah peran media massa Barat yang anti Islam dalam satu dekade belakangan ini.
Asosiasi Pelajar Muslim (MSA) menggelar Islamic Awareness Week yang bertujuan memperkenalkan Islam kepada publik. Acaranya pun digelar dengan ceria di Universitas Ball State, Indiana, Amerika.
“Kami di sini untuk menjadi sahabat bagi semua orang. Kami ingin menjadi tempat bertanya tentang apa itu Islam,” kata Presiden MSA Noor Ayesha, seperti dikutip dari onislam.net.
Acara yang dimulai 9 April ini akan menggelar beberapa even, di antaranya bagi-bagi hijab, demo memakai hijab, diskusi tentang feminisme dari perspektif Islam dan juga dialog Barat-Islam.
Menariknya, MSA tidak seluruhnya beranggotakan muslim. Ada pula mahasiswa non Muslim yang bergabung, salah satunya adalah Rachael Collins.
Collins mengungkapkan kehadirannya dalam organisasi ini untuk mengenal Islam lebih jauh. Dia pun mengajak para pengunjung untuk menyaksikan film dokumenter, “Inside Islam: What a Billion Muslims Really Think”.
“Ada kesamaan kondisi umat Islam saat ini dengan umat Kristiani. Umat Islam tidak menganggap bahwa agama yang dianutnya sebagai sebuah sistem kehidupan,” jelasnya.
Dia mencontohkan tentang hijab. Menurutnya, banyak yang berpandangan hijab hanya pakaian budaya, padahal menurutnya hijab adalah pakaian yang wajib dikenakan Muslimah sesuai dengan aturan dalam Islam. (sumber)
Lawan Islamophobia dengan Jalan Kaki
Dallas, Penderitaan selama bertahun-tahun yang dialami Muslim Dallas dari bias, kebencian dan kesalahpahaman, membuat mereka memutuskan untuk melakukan aksi jalan kaki menolak sentimen anti-Muslim dan menyebarkan kesadaran tentang Islam dan Muslim.
“Saya berurusan Islamophobia dengan klien secara teratur sepanjang waktu,” Yvonne Munoz, seorang pengacara dengan pendidikan Kristen yang memeluk Islam pada tahun 2008, mengatakan kepada Dallas News, Sabtu (31/5). “Otomatis klien saya tidak akan mau bertemu dengan saya dan ingin orang lain. Setelah mereka bertemu dengan saya dan mengetahui bahwa saya baik, mereka mengubah sikapnya.”
Bangga mengenakan jilbab hitam, Munoz adalah salah satu dari para profesional Muslim yang berpartisipasi di hari itu, “Walk Against Islamophobia” (Berjalan Melawan Islamophobia).
Aksi itu diprakarsai oleh Dallas – Fort Worth, bagian dari Council on American-Islamic Relations (CAIR) dan sekelompok aktivis muda Muslim yang disebut Enlightened Generations (Generasi Tercerahkan).
Dalam upaya untuk menjelaskan masalah yang dihadapi umat Islam di masyarakat Amerika, sekitar 80 aktivis Muslim berkumpul di Taman Reverchon di Oak Lawn, Dallas, untuk berjalan.
Sebelum berjalan mereka berkumpul, pembicara berbagi pengalaman pribadi saat menghadapi diskriminasi secara teratur.
Salah satu pembicara, Nicole Queen, mengatakan bahwa selama makan siang baru-baru ini dengan seorang teman, seseorang menaruh daging di minumannya sebagai lelucon.
“Mereka berharap saya akan meminum atau makan sesuatu yang tidak seharusnya saya makan,” kata Queen. “Saya tidak mengalami apa-apa sebelumnya sampai saya memilih untuk menjadi seorang Muslim. Itu membuka mata saya.”
Meskipun serangan 11/9 ditolak tolak keas oleh mayoritas Muslim dunia, namun noda terorisme tetap mempengaruhi kehidupan sehari-hari umat Islam.
Munoz dan lainnya berharap acara seperti berjalan Sabtu itu dapat membantu memecahkan masalah dalam pikiran orang.
“Islam membawa kedamaian dalam hidup saya,” kata Munoz. “Saya bisa menempatkan diri melalui banyak perjuangan, saya tidak akan mampu melakukannya jika saya tidak menemukan kedamaian.”
Meskipun tidak ada perkiraan resmi, ada 7-8 juta Muslim di Amerika.
Sebuah jajak pendapat menyebutkan, mayoritas Muslim Amerika setia kepada negaranya dan optimis tentang masa depan mereka di Amerika Serikat.
Sejak serangan 11/9 di Amerika Serikat, banyak Muslim mengeluh menghadapi diskriminasi dan bias di masyarakat karena identitas mereka Islam.
Sebuah laporan terbaru CAIR menyatakan bahwa Islamofobia di AS meningkat. (sumber)
Membagikan Al Quran
Dalam upaya untuk menyebarkan informasi yang benar tentang Islam, CAIR telah meluncurkan sebuah kampanye “Membagikan Al-Qur’an” untuk meningkatkan pemahaman tentang Islam melalui pemberian kitab suci umat Islam ini secara gratis kepada warga non-Muslim Amerika yang menginginkannya, sebagaimana dilansir WB pada Sabtu (17/1/2015).
Nihad Awad, Direktur Eksekutif Nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam atau Council on American-Islamic Relations (CAIR) mencoba untuk memperkenalkan Islam dari sudut pandang yang mungkin belum diketahui oleh non-Muslim Amerika kebanyakan.
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, “Ada ayat-ayat spesifik dan jelas dalam Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk merespon penghinaan dan ejekan secara damai dan dengan do’a,” dan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang menyerukan menghormati kebebasan beragama termasuk:
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.” [Q.S. Al-Baqarah (2): 256].
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” [Q.S. Al-A’raf (7): 199]
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” [Q.S. Fussilat (41):34]
Pembagian Al-Qur’an secara gratis ini juga termasuk pembagian buku panduan yang menunjukkan ayat-ayat yang relevan pada berbagai isu, seperti hak-hak wanita, keadilan sosial dan penghormatan terhadap agama lain.
Pada saat yang sama, CAIR juga meluncurkan sebuah buku yang disebut “Muslim Amerika: Sebuah Panduan Jurnalis untuk Memahami Islam dan Muslim,” untuk mendidik para profesional media mengenai pemahaman Islam, yang menawarkan informasi latar belakang tentang isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan Muslim, serta memberikan perspektif Islam tentang isu-isu dewasa ini, seperti Islam dan demokrasi, kebebasan beragama, hak-hak wanita dan antar agama. (sumber)
dan masih banyak lagi…