Jebakan Radikal dan Liberal
MUSTANIR.net – Sudah menjadi sunnatullah bahwa selamanya kebenaran akan selalu dimusuhi oleh pengusung kebatilan. Di ranah pemahaman, Islam terus menerus digerus oleh dialektika halus tapi sangat mematikan, radikal versus liberal.
Yang unik, meski dua kutub ini saling berseberangan, namun satu sama lain saling menumbuhkan dan menguntungkan. Yang menyuburkan radikalisme adalah liberalisme. Begitu pula sebaliknya, adanya kelompok radikal akan menjadi jalan bermunculannya paham liberal.
Bila berkembangnya paham liberal, kaum radikal akan tumbuh dengan subur karena punya dalil menyelamatkan agama dari pengaruh kesesatan.
Dan manakala kelompok radikal menjalankan aksinya, kaum liberal akan memposisikan diri sebagai umat moderat.
Lalu asongan paham liberalisme Barat yang diklaim humanis dan mampu mengayomi semua pihak untuk menggantikan “syariat” yang “menakutkan”.
Lalu ketika liberal telah merajalela, kaum radikal bangkit lagi dengan dalil lamanya.
Begitu seterusnya seperti saudara kembar, liberal dan radikal akan saling membesarkan satu sama lain. Dan duet mautnya, sangat sukses mengerdilkan dakwah Islam.
Ketika aksi-aksi terorisme marak, maka pihak yang paling dirugikan adalah umat Islam sendiri. Paling tidak, ia berhasil menghantam sisi psikologi muslimin sehingga memunculkan rasa malu dan bersalah. Atas sebuah kesalahan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
Akibatnya, umat yang tadinya sudah tegak, telah akrab dengan kata syariat, langsung mengambil posisi tiarap.
Bahkan tak sedikit yang berubah menjadi sangat liberal, sebagai ongkos bayaran rasa malunya atas kejahatan yang dilakukan oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Islam.
Aneh memang. Ketika ada kelompok bahkan institusi yang ada anggotanya berbuat kerusakan, kita bisa menerima dan legowo dengan pernyataan itu oknum. Namun ketika ada yang berbuat jahat atas nama jihad, enteng saja mereka mengatakan itu ajaran Islam dan dikaitkan dengan pemeluknya.
Terorisme adalah salah satu musuh terbesar umat Islam. Dahulu sampai hari ini muslimin turut menjadi korban tindakan teror dengan segala bentuknya yang mengatasnamakan agama, atau tindakan kontra terorisme dengan alasan memerangi pelakunya.
Hingga detik ini pun, lelehan air mata dan simbahan darah karena teror masih mengalir deras di tubuh muslimin. Lalu bagaimana mungkin tindakan biadab itu akan dikaitkan dengan ajaran Islam?
Maka menyikapi dua perangkap mematikan ini, kita harus dewasa dan tidak berlaku gegabah. Berhati-hati dalam menentukan sikap. Karena begitu kita salah melangkah, bukan hanya dakwah, bahkan tebusannya bisa aqidah. Karena akan menyeret kita menjadi ekstrem radikal atau ekstrem liberal.
Harga yang sangat mahal dan berlipat-lipat bunganya. Karena setelahnya kita akan menjadi bagian yang akan turut menyuburkan kedua-duanya. Tetap waspada!
Wallahu a’lam. []
Sumber: Ahmad Syahrin Thoriq