Keras Terhadap Islam, Tajikistan Berencana Larang Nama Arab
Keras Terhadap Islam, Tajikistan Berencana Larang Nama Arab
Baru-baru ini Tajikistan sedang memperdebatkan undang-undang untuk melarang nama-nama Arab sebagai bagian dari kampanye yang sedang berlangsung untuk melawan Islam. Pemerintah pun, sebagaimana diberitakan oleh The Guardian memaksa kaum pria untuk mencukur jenggotnya dan menyebut kaum wanita berjilbab sebagai pelacur.
Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon, memerintahkan parlemennya untuk mempertimbangkan RUU yang akan melarang pendaftaran nama-nama yang dianggap terlalu berbau Arab. Demikian kata seorang pejabat di departemen Kementerian Kehakiman Catatan Sipil kepada Interfax. “Setelah mengadopsi UU ini, kantor pendaftaran tidak akan mendaftarkan nama-nama yang salah atau nama-nama yang asing bagi budaya lokal, termasuk nama-nama yang menunjukkan benda, flora dan fauna, serta nama-nama yang berasal dari bahasa Arab,” kata Jaloliddin Rahimov.
Meskipun UU itu hanya akan berlaku bagi bayi yang lahir setelah UU itu disahkan, sebagian anggota parlemen dilaporkan menuntut bahwa nama-nama yang terdengar dari bahasa Arab harus diubah agar terdengar dari bahasa Tajik. Jika para orangtua tidak bisa memberikan nama-nama mereka sendiri, Kementerian Kehakiman sedang mempersiapkan daftar nama yang direkomendasikan.
Sejauh ini Islam adalah agama terbesar di Tajikistan, yang dianut oleh sekitar 98% penduduk. Ketaatan beragama telah meningkat baru-baru ini. Akibatnya, banyak orang dari pemerintah sekular yang merasa cemas dan khawatir bahwa desa-desa yang dilanda kemiskinan bisa menjadi lahan subur bagi kelompok militan. Selain melarang keras jenggot dan jilbab, pihak berwenang telah menutup masjid-masjid yang berdiri independen dan mendorong para imamnya agar dalam berkhutbah memuji presiden.
Kelompok HAM mengatakan bahwa kaum Muslim secara teratur ditangkap atas tuduhan yang dibuat-buat yang menyamakan agama dengan terorisme. Namun, tindakan yang terbaru ini seperti melemparkan jaring yang begitu lebar, jika diartikan secara harfiah, yang bisa menangkap ikan terbesar di negara itu. Nama Presiden, Emomali, adalah versi Tajik dari nama Imam Ali, menantu Nabi Muhammad saw., khalifah keempat untuk kaum Sunni dan imam pertama kaum Syiah.
Demikianlah, bagaimana dangkalnya pemikiran Presiden Emomali. Apakah larangan penggunaan nama-nama Arab akan meredam kebangkitan Islam di Asia Tengah? Tidak akan pernah. Langkah ini cukup menggambarkan bahwa para pemimpin negara-negara Asia Tengah berada pada pijakan terakhir mereka. Mereka sudah kehilangan ide karena mereka berjuang untuk melawan kebangkitan Islam yang menyapu negara mereka. (mediaumat/adj)