Layakkah Mengistimewakan Mitra Sejati Imperialis AS!
Layakkah Mengistimewakan Mitra Sejati Imperialis AS!
MUSTANIR.COM – Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini, menilai, kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud ke Indonesia pada 1-9 Maret yang akan datang merupakan kunjungan yang istimewa dan bersejarah. ”Kunjungan Raja Salman istimewa dan bersejarah karena dua hal. Pertama, Raja Salman adalah figur dihormati dunia khususnya bagi Muslim di seluruh dunia karena kedudukannya sebagai Khodimul Haromain atau penjaga dua kota suci Makkah dan Madinah. Dan kedua, ini adalah kunjungan resmi Raja Saudi sejak terakhir Raja Faisal di tahun 1970 atau 47 tahun silam,” ucap Jazuli, dalam siaran persnya, Jumat (24/2). (http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/02/24/olvdb8377-ini-dua-hal-mengapa-kunjungan-raja-salman-istimewa-menurut-pks)
Astaghfirullah, Rezim Arab Saudi…
Raja Salman ketika Saudi membangun dan ekonomi tanpa tujuan politik ini menunjukkan tidak akan ada perubahan orientasi politik negara, meskipun mereka memiliki kekayaan melimpah. Posisinya kini sebagai penguasa sebuah negara monarki yang berkiblat ke Amerika, mengokohkan dirinya sebagai penjamin tiga kepentingan utama Amerika Serikat di Timur Tengah: Suplai minyak murah, menjaga eksistensi entitas Yahudi di Palestina, dan mencegah munculnya negara Khilafah yang benar-benar menerapkan syariah Islam. Amerika merealisasi kepentingan-kepentingannya di Arab Saudi, mengokohkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan berikutnya mengontrol antek-anteknya di kawasan tersebut serta menghalangi pengaruh Inggris.
Rezim Saudi menjalin kemitraan dengan pemimpin konspirasi global terhadap Islam dan kaum Muslim, dengan keramahan, bahkan dalam setiap pertemuannya, rezim Saudi menegaskan bahwa dirinya akan meneruskan langkah-langkah pendahulunya. Negara-negara Teluk mengijinkan AS, menggunakan kekuasaannya dan meluaskan pengaruhnya. Padahal inilah ancaman nyata terhadap penduduk negara-negara Teluk itu sendiri. dengan menggunakan tangan Raja Saudi Salman, Amerika memberi tugas khusus membersihkan sisa antek-antek Inggris di Teluk, termasuk Qatar dan Yaman.
Saat kita mencermati media-media Saudi di era Raja Salman, tidak akan menemukan poros perubahan apapun dalam kepentingannya, sehari-hari hanya mengangkat isu-isu kebebasan, wanita, lembaga-lembaga pemerintahan, beasiswa, terorisme dan politik Islam, sama persis seperti di era rezim sebelumnya tanpa perubahan sedikitpun. Terhadap penderitaan umat di Gaza, Yaman, Suriah, Irak dan sekitar kawasan, Rezim Arab Saudi merupakan mitra sejati dalam setiap tragedi yang menimpa mereka, dengan mengobarkan permusuhan di negeri-negeri mereka, menutupi kejahatan-kejahatan yang dilakukan di negeri-negeri mereka, dan mendukung pembantaian dan penyiksaan terhadap mereka.
Padahal kewajiban utama Arab Saudi dan negeri-negeri Muslim lainnya sudah jelas, yaitu dengan mengirim militer untuk menolong kaum Muslim, mengusir setiap agresi atau intervensi kaum kafir di negeri-negeri kaum Muslim, dan berusaha menyatukan mereka dalam satu negara di bawah satu institusi yang hanya menjalankan hukum-hukum Allah.
Tidak ada keraguan bahwa Amerika bekerja dengan sekuat tenaga untuk memperluas pengaruh politiknya di timur tengah. Namun, Amerika tidak berhasil dalam memperluas pengaruh imperialismenya, jika tidak ada kolusi pengkhianat dari para penguasa kaum Muslim. Amerika telah mengontrol daratan dan lautan kita serta sumber-sumber kekuatan dan kekayaan kita di lintas benua dan samudera karena mendapatkan dukungan dari ruwaybidhah (para pemimpin bodoh) yang berusaha menjaga kursi kekuasaan dan kekayaan mereka serta melanggengkan pemerintahan keluarga mereka. Mereka tunduk kepada Amerika dan memenuhi tuntutan-tuntutan Amerika. Mereka takut kepada Amerika sebaliknya mereka tidak takut kepada Allah.
Lalu, apakah orang yang bungkam dan bahkan terlibat dalam pembantaian warga Gaza sekarang, dan yang cukup dengan mengutuk saja, serta mencegah pengiriman pasukan untuk pembebasan Palestina perlu dihormati? Apakah orang yang bungkam, bahkan terlibat dalam perusakan dan pembunuhan di Suriah perlu diistimewakan? Apakah orang yang menentang dan menghalangi tegaknya pemerintahan yang berdasarkan syariah, memerangi dan memenjara setiap pengemban dakwah untuk mengembalikan kehidupan Islam perlu disanjung? Apakah orang yang melayani Amerika dan Inggris, serta menyerahkan kekayaan umat Islam kepada mereka layak dilayani dengan segala keramahan?
AS, sejak PD 2, mendukung para otokrat dan diktator untuk memastikan agar kesatuan politik di antara penduduk tidak pernah terjadi. Sungguh menyedihkan, negara-negara kafir mampu mengontrol dan memiliki pengaruh kuat di negeri yang menghimpun kiblat kaum Muslimin, tempat turunnya wahyu kepada Rasulullah saw, menghimpun Dar Hijrah, pusat Daulah Islamiyah pertama.
Umar Syarifudin
(Pengamat Politik Internasional)