Lockdown dan Sistem Islam
MUSTANIR.net – Pilihan sejak awal pandemi Covid-19 melanda harusnya adalah lockdown sehingga tidak sampai menewaskan ratusan orang. Data terakhir per 1 April jam 16:00 telah terinfeksi 1.677 pasien positif, meninggal 157 orang, sementara yang sembuh baru 103 orang (1/4/2020).
Bahkan data ini pun simpang siur karena banyak yang telah dites dengan sekali rapid test di sebuah daerah hasilnya langsung ratusan yang positif. Ini menunjukkan Covid-19 makin menjadi bola liar yang semakin sulit dikendalikan. Lockdown adalah solusinya!
Lockdown adalah tindakan yang dilakukan pemerintah dengan ‘memaksa’ menutup sejumlah tempat dan kawasan. Dengan tindakan yang melarang warga untuk masuk tempat atau keluar karena kondisi darurat.
Mandat negaralah yang menutup perbatasan, agar tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya. Diharapkan darinya ruang gerak virus bisa ditekan, hingga akhirnya dilenyapkan.
Jokowi seharusnya berani bersikap tegas, demi melindungi nyawa rakyat. Harusnya ini jadi pertimbangan utama, dibanding ekonomi. Kalau boleh jujur, tanpa Covid-19 pun ekonomi Indonesia sudah terpuruk.
Darurat Sipil, Apakah Tepat?
Darurat sipil malah membuat rakyat merasa tertekan, artinya mereka dilarang bepergian melakukan karantina mandiri namun kebutuhan pokok tidak terpenuhi.
Keputusan ini bisa dianggap melepas tanggung jawab. Kehancuran Indonesia di ambang pintu. Pengabaian presiden ini bisa ‘terpaksa’ turun dari kursi kekuasaan. Apa guna ada presiden jika rakyat terlunta-lunta, tak terlindungi nyawanya?
Kepanikan luar biasa melanda. Rakyat bahkan me-lockdown mandiri di hampir semua gang dan lorong kampung. Presiden telah sekian lama abai. Rakyat kampung sudah sedemikian terancam akibat ketidak seriusan presiden dalam hadapi Covid-19.
Banyak warga Ibukota pulang mudik. Karena ‘takut’ kelaparan, mereka mudik ke kampung halaman dengan harapan masih ada padi di sawah keluarganya yang bisa digunakan untuk makan. Serta sayur di halaman rumah yang bisa dipetik.
Sungguh memprihatinkan nasib dan kondisi rakyat. Padahal kata presiden dalam sebuah pidatonya, “Kita masih ada uang Rp 11.000 triliun di luar negeri. Sudah saya kantongi. Bahkan lebih besar lagi.” Namun mana buktinya Joko Widodo? Sungguh prihatin rakyat mendengar pidato tanpa bukti.
Padahal presiden juga pernah berkoar akan pindahkan ibukota negara dengan habiskan dana Rp 466 triliun. Mana yang lebih penting? Nyawa rakyat Indonesia atau ibukota Anda? Menangis pilu rakyat di segenap penjuru.
Islam Punya Solusi
Kalau Pak Jokowi tidak jelas untuk ambil lockdown dari awal, alasan sebenarnya karena minim kas negara.
Sebagai diinul haq, agama dan ideologi yang benar, Islam mempunyai sederet solusi keren dalam hadapi bencana dan musibah, semisal Covid-19. Nah, dalam sistem Islam kaffah yakni negara khilafah, Selaras dengan peran besar khalifah melayani kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan (rumah tinggal) tiap warga negaranya.
Bahkan di masa Rasulullah SAW sebagai kepala negara, jika tidak dakwah keluar Madinah atau jihad fi sabilillaah maka beliau biasa keliling ke pojok kota Madinah. Beliau temui rakyatnya yang miskin. Sungguh luar biasa sikap dan tanggung jawab pemimpin negara dalam Islam.
Bahkan hingga kekhilafahan terakhir Ustmaniyah yang berpusat di Istambul, perhatian dan pelayanan terhadap warga negara teraplikasi hingga merata. Ketika terjadi kelaparan di Eropa, uluran tangan khalifah bahkan menjangkau hingga daerah terdampak bencana, saat Amerika terkena musibah kelaparan, saat mempertahankan kemerdekaannya dalam perang melawan Inggris; maupun Eropa yang kelaparan besar (the great famine). Di sana jutaan nyawa tersentuh bantuan dari khilafah Islam sehingga terselamatkan dari kematian karena kelaparan.
Kembali pada pandemi Covid-19 yang melanda sebagian besar negara di dunia. Islam memiliki konsep yang jelas, terukur dan applicable. Khalifah bisa mendistribusikan komoditas milik umum (seluruh warga negara) atau membelanjakan pendapatannya dengan berbagai cara.
Jika terjadi kasus semacam pandemi Covid-19 sekarang ini maka komoditas milik umum dibagikan secara langsung kepada seluruh kaum muslim dan seluruh masyarakat lainnya, karena merekalah pemilik komoditas umum tersebut.
Khalifah bisa membagikan secara langsung kepada masyarakat sejumlah komoditas dan bahan pokok pangan, termasuk air, gas, minyak dan listrik secara cuma-cuma alias gratis/free.
Khalifah bisa pula membagikan dalam bentuk uang. Sesuai kondisi warga negara demi kebaikan dan kemaslahatan mereka. Lewat baytul maal, kas negara yang merupakan tempat perbendaharaan negara khilafah. Dari sana kita bisa meyakinkan bahwa Islam mempunyai sistem yang keren dalam tanggulangi wabah. Dengan lockdown, nyaman suasana warga negaranya. Dari situ virus bisa ditekan bahkan dilenyapkan. Wallohu a’lam. []
Sumber: Abah Widad, as-Salim Yogyakarta