Menghidupkan Hati dengan al-Qur’an
Menghidupkan Hati dengan al-Qur’an
MUSTANIR.COM – Banyak jalan menuju untuk mewujudkan kebaikan dalam hidupnya. Termasuk dalam menghidupkan hati dengan al-Qur’an. Tentu saja ketenangan hati itu tak dibatasi hanya mereka yang dikarunia hafalan tiga puluh juz secara sempurna.
Keberkahan al-Qur’an juga bukan kaplingan yang dikhususkan buat orang yang pandai menafsir al-Qur’an saja. Tapi ia adalah karunia Allah bagi siapa saja yang ingin mendekat dan merasakan sensasi mukjizat sepanjang masa tersebut.
Al-Qur’an adalah wahyu Allah sekaligus mukjizat terbesar dalam kehidupan manusia. Keberkahan ilmu al-Qur’an adalah hak mutlak Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Untuk itu yang dibutuhkan oleh manusia adalah kesungguhan dan upaya serius dalam mempelajari al-Qur’an.
Tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Apalagi jika ingin meraih keberkahan al-Qur’an tersebut.
Dan dalam sabda beliau yang lain,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali lipatnya, aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miim ‘ sebagai satu huruf, akan tetapi ‘Alif sebagai satu huruf, ‘Laam ‘ sebagai satu huruf dan ‘miim ‘ sebagai satu huruf.” (Riwayat al-Bukhari).
Nabi juga memotivasi umatnya, “Orang-orang yang mahir membaca al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia yang senantiasa berbuat baik. Sedang yang membaca al-Qur’an dengan tertatih-tatih dan terasa berat, baginya dua pahala.” (Riwayat Muttafaq Alaihi).
Ibnu Katsir berkata, yang dimaksud dengan hati yang hidup adalah hati yang bisa mengambil manfaat dari setiap ajaran dan peringatan dari al-Qur’an.
Qatadah berkata, orang itu punya pandangan yang tajam. Ia tak mudah silau oleh godaan gemerlap kehidupan dunia.
Sedang ad-Dhahhak menyimpulkan, pemilik hati yang hidup adalah manusia yang bisa memaksimalkan potensi akalnya untuk memahami dengan benar tujuan kehidupan tersebut.
Singkatnya, hati yang mendapat sibghah (celupan) al-Qur’an adalah ketika seorang Muslim mendapati jiwa dan pikirannya tenang dengan bacaan al-Qur’an.
Ia menikmati lantunan al-Qur’an tersebut bahkan sanggup bergetar dengan ayat-ayat yang dibacakan kepadanya.
Lebih dari itu, ketika orang tersebut merasa dimudahkan dalam mengamalkan al-Qur’an, maka sepantasnya ia bersyukur dan meminta keistiqamahan kepada Allah.
Di sisi lain, akhlak yang buruk dan perilaku yang tak beradab menjadi ciri utama daripada hati yang kering dan jauh dari sentuhan al-Qur’an.
Setiap waktunya hanya disibukkan mengurus kepentingan dunia. Tak peduli dengan aturan agama, orang tersebut bahkan tak lepas dari keburukan dan maksiat kepada Allah.
Jika orang lain merasa tenang berinteraksi dengan manusia yang berakhlak al-Qur’an, maka orang-orang akan merasa gaduh dan jengah bermuamalah dengan pemilik hati yang gersang tersebut.
Jadi tunggu apalagi, mari menata hati dengan al-Qur’an. Menjadikan hati hidup dan bersih dengan siraman wahyu dari langit. Al-Qur’an adalah petunjuk, rahmat, dan obat bagi hati-hati manusia.
Allah berfirman :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura [26]: 52).
Sumber : hidayatullah.com