Menurut Soekarno, Menolak Komunis Berarti Menolak Pancasila
MUSTANIR.net – Pejabat maupun penulis hari ini sering kali kita dengar kalau komunisme ini bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sehingga menjadi alasan bagi bangsa dan negara untuk melarang ideologi komunisme. Namun kemudian muncul masalah dan pertanyaan.
Kalau seandainya komunisme bertentangan dengan Pancasila, kenapa Soekarno sang empunya Pancasila justru melegalkan komunisme? Bahkan saking istimewanya, PKI menjadi partai yang meraih suara terbanyak ke-4 tahun 1955.
Perlu diketahui kalau Pancasila yang ada hari ini adalah hasil penafsiran Orde Baru, bukan Orde Lama yang kita pahami. Perlu diketahui kalau Pancasila senantiasa berubah penafsirannya dan pemahamannya. Pancasila bukan hal sakral yang memiliki ketetapan dan paham yang mengatur segalanya secara terperinci. Melainkan alat penguasa sesuai kepentingan tertentunya.
Usai kejadian G30S, Mohammad Roem melakukan orasi ilmiah pada Januari 1969 yang mengkritik penyimpangan Pancasila di masa Orde Lama. “Pengikut-pengikut Lenin, yaitu orang-orang komunis diterima sebagai Pancasilais, sebagai orang yang bertuhan, sedangkan dalam filsafatnya tidak ada tempat untuk percaya kepada Tuhan. Tidak saja komunis diterima sebagai Pancasilais malah dalam gagasan Nasakom kaum komunis menjadi golongan mutlak di samping golongan agama dan nasionalis,” ujar Roem.
Soekarno sering kali menampilkan dan berpidato, “Anti-kom berarti anti-Pancasila.” Dalam arti kalangan beragama yang tidak sepakat dengan slogan penyatuan nasionalisme, agama, dan komunisme dihukumi sama saja dengan anti-Pancasila. Bahkan prinsip keadilan dalam Pancasila ini digagas karena Soekarno terpengaruh ideologi sosialisme.
Usai tumbangnya Orde Lama, tampil Soeharto yang disambut antusias masyarakat khususnya kaum Muslimin karena telah berhasil menumpas komunisme. Mulai sejak saat itu, komunisme dianggap bertentangan dengan Pancasila, Selain itu, Orde Baru menganggap bahwa demokrasi terpimpin bertentangan dengan Pancasila.
Namun sambutan gembira ini tidak bertahan lama. Soeharto kemudian mengasas demokrasi Pancasila. Bulan madu Islam dan Orde Baru hanya sebentar,
Panggung politik dan ideologi Orde Baru tampil dengan warna kejawen, sekularisasi, dan deislamisasi. Pancasila ditafsirkan sebagai netral agama. Ini tercermin di RUU 1973 tentang perkawinan di mana disebutkan “Perbedaan karena kebangsaan, suku bangsa, negara asal, tempat tinggal, agama, kepercayaan dan keturunan, tidak merupakan penghalang pernikahan.” RUU ini ditolak keras oleh kalangan Islam.
Usaha sekularisasi Orde Baru lewat Golkar pun diangkat dengan memperbanyak progam Jawanisasi istilah Sansekerta. Misalnya ikrar Golkar disebut Panca Bhakti, slogannya Karya Siaga Gatra Praja.
Intinya sejak Orde Baru, ideologi Islam yang sebelumnya dibolehkan oleh Soekarno, kini dipaksa untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Hingga hari ini ketika Anda meyakini ideologi Islam, Anda akan dituduh anti-Pancasila. Kesimpulannya, Pancasila bisa berubah kapan pun sesuai dengan siapa pemegang kekuasaan itu. []
Sumber: Ngopidiyyah