Pemerintah Baru Lengah dengan Komunis?

palu-arit-jember

Pemerintah Baru Lengah dengan Komunis?

Oleh: Munir Sokheh

AKHIR-AKHIR ini banyak fenomena terjadi berkaitan dengan munculnya simbol-simbol Partai Komunis Indonesia (PKI) dan usaha-usaha rekonsiliasi padanya.

Belum lama ini, bertebaran simbol ““Palu Arit”” yang terpampang di salah satu tempat di kota Jember juga di kota Bangkalan Madura dalam suatu acara perayaan.

Pemakaian lambang “Palu Arit” oleh sebagian selebritis dan kaum muda, Bahkan Luhut Panjaitan dengan entengnya menanggapi maraknya gambar “Palu Arit” dengan perkataannya: “Kemunculan simbol “Palu Arit” bukan hal yang aneh”.

Munculnya film-film yang berbau toleran atau pembelaan terhadap faham komunis, seperti film yang berjudul “Senyap” yang menggambarkan PKI sebagai korban dan ABRI serta rakyat berada di pihak yang salah.

Juga penerbitan buku yang berjudul: “Aku Bangga Jadi Anak PKI” karangan politikus PDIP Ribka tjitaning yang sempat menimbulkan kontroversi karena diberi kata pengantar mendiang Gus Dur.

Padahal dulu itu Wapres Hamzah Haz meminta kepada Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk menyita buku ini, karena dianggap menyebarkan paham komunis ke masyarakat.

Selanjutnya adanya upaya sistematis penghapusan penghapusan Tap. MPRS No. XXV/1966 tentang peraturan pelarangan Komunis. Tak cukup itu saja, sejarah pengkhianatan PKI dalam kurikulum sekolah mulai dieliminasi.

Di sekolah SD yang tadinya ada sejarah G 30 S/PKI sekarang raib sehingga anak-anak kita tidak mengenal PKI itu seperti apa. Juga penghentian pemutaran film G 30 S/PKI dari TVRI membuat masyarakat jadi lupa akan masa lalu PKI.

Sungguh aneh di era Joko Widodo (Jokowi) usaha-usaha membangkitkan PKI dan ide-ide komunis dilakukan semakin masif dan gencar. Kerja sama bilateral antara Indonesia dan China semakin kuat. Bantuan ekonomi kepada Indonesia oleh China cukup banyak. Ribuan orang China akan didatangkan ke Indonesia dengan sangat mudah.

Begitu hebatnya tekanan-tekanan komunisme melalui para pemimpin dan pejabat bangsa Indonesia. Sadar atau tidak sadar mereka telah berkomplot dengan asing komunis untuk menghancurkan ideologi bangsanya sendiri di Indonesia yang berdasar Pancasila untuk menjadi negara “tak bertuhan”.

Wacana rekonsiliasi terhadap sesama anak bangsa dengan keluarga PKI yang semakin gencar disuarakan oleh JK menambah keruhnya situasi. Dan wacana rekonsiliasi ternyata tidak hanya datang dari elit-elit negara, akan tetapi juga datang dari elit Ormas NU yang dipelopori oleh Dr Said Agil Sirad. Saat ini dia getol menyuarakan pentingnya rekonsiliasi sesama anak bangsa bersama keluarga PKI.

Dalam perkataannya di salah satu  media TV yang membahas komunisme, dia mengatakan:  “Yang sudah ya sudah. Sekarang mari kita rekonsiliasi bersama anak bangsa.”

Bangsa dan umat Islam Indonesia akan diajak untuk melupakan PKI. Sejarah gelap dan aksi PKI pada tahun1948 dan1965 terhadap bangsa dan umat Islam Indonesia sudah sangat jelas. Sejarah adalah pelajaran berharga. Kita tidak boleh terseret arus faham-faham dan pemikiran sesat dan menyesatkan yang ditiupkan oleh sebagian pengkhianat-pengkhianat agama dan bangsa dari kalangan pejabat negara atau pejabat agama.

Mereka telah mabuk dengan gemerlapnya harta dan tahta. Sudah tidak ada lagi rasa cinta tanah air dan ghirah membela Islam dalam jiwa dan lubuk hati. Yang ada hanya kerakusan kepada dunia. Tidak peduli Islam dan bangsa ini hancur dalam kekuasaan kaum kafir. Umat Islam dan bangsa Indonesia harus bersatu melawan rencana busuk ini. Mereka tidak boleh diberikan peluang sedikitpun untuk merusak NKRI bersama para musuh. Melawan segala penciptaan opini publik yang seakan-akan PKI bukanlah suatu kejahatan melainkan korban dari kejahatan, sehingga TNI dan umat Islam adalah pihak yang harus disalahkan.

Bahaya laten PKI harus terus diwaspadai oleh bangsa dan umat Islam Indonesia. Tidak boleh ada toleransi dan pembiaran sama sekali  terhadap gerakan-gerakan kebangkitan komunis di Indonesia sekalipun banyak tokoh dan pimpinan bangsa Indonesia mulai bergeser moralnya menjadi pengikut loyalis yang mengabdi pada kepentingan bangsa asing. Semoga bangsa dan negara Indonesia diselamatkan oleh Allah swt dari segala upaya yang mengancam NKRI kita tercinta. Amin.* (hidayatullah/adj)

Penulis adalah pengajar di Pesantren Darul Ihya’, Bangil, Jawa Timur

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories