Penembakan Di Chattanooga Menggerakkan Muslim Dan Non Muslim Menggalang Dana
Penembakan Di Chattanooga Menggerakkan Muslim Dan Non Muslim Menggalang Dana
Mustanir.com – Kaum muslimin di Chattanooga bekerja sama dengan kelompok non-Muslim menggalang dana untuk memberikan bantuan pada korban penyerangan di pangkalan militer.
“Kekerasan pada Kamis (16/7) kembali menggerakkan kami untuk membantu korban,” ujar seorang pengurus Faith and Cultur Center, dilansir dari Onislam.net, Sabtu (25/7).
Dari aksi penembakan itu, ada keluarga yang kehilangan ayah, anak-anak, juga saudara. Untuk itu, kelompok muslim yayasan komunitas Greater Chattanooga dan kelompok non-Muslim ini berkoordinasi. Dana yang berhasil dikumpulkan sebanyak 20 ribu dolar AS atau sekitar Rp 269 juta.
Uang tersebut akan dibagikan pada korban dan bisa dimanfaatkan untuk membayar biaya pendidikan anak-anak mereka. Atau membayar biaya apapun yang mereka butuhkan.
Yayasan komunitas Greater Chattanooga akan memverifikasi dana bantuan tersebut. Kemudian oleh Faith and Cultur Center akan dikelola sehingga semua korban mendapatkan dana bantuan itu.
Sebelumnya, seorang pria menembaki stasiun perekrutan militer hingga membunuh lima orang marinir Amerika Serikat.
Pria yang meninggal salah satunya diketahui bernama Mohammod Youssuf Abdulazeez. Dia warga negara naturalisasi AS yang tengah menempuh pendidikan militer di Chattanooga. (rol/adj)
Pelaku Penembakan Mengalami Depresi
Investigasi insiden penembakan di Kota Chattanooga, Hamilton County, Negara Bagian Tennessee, Amerika Serikat (AS), terus berlanjut. Kemarin (19/7) keluarga pelaku, Muhammad Youssef Abdulazeez, menyatakan bahwa pemuda 24 tahun itu mengidap depresi.
“Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan kekagetan, kengerian, dan duka kami,” ujar pengacara yang mewakili keluarga besar Abdulazeez saat membacakan keterangan tertulis kliennya. Sama dengan publik Negeri Paman Sam, khususnya penduduk Chattanooga, keluarga besar Abdulazeez pun tidak pernah menduga pria berdarah Kuwait itu bisa nekat melancarkan serangan mematikan.
Dalam aksi tunggalnya Kamis waktu setempat (16/7), Abdulazeez menembakkan sekitar 50 peluru. Empat marinir dan seorang pelaut tewas dalam insiden tersebut. Dia sendiri akhirnya meregang nyawa dalam baku tembak sengit dengan aparat. “Pria yang melancarkan teror keji itu bukanlah Abdulazeez yang kami kenal dan sayangi,” jelas keluarga besar yang sudah lama menetap di AS tersebut.
Keluarga besar Abdulazeez lantas menuliskan bahwa beberapa tahun terakhir, lajang yang memiliki tahi lalat di pipi itu mengalami perubahan yang cukup signifikan. Terutama, perubahan psikis. Keluarga mengklaim, Abdulazeez mengidap depresi.
“Yang membuat kami lebih terpukul adalah ekspresi kekalutannya itu justru muncul dalam bentuk aksi kriminal keji seperti ini,” ujar sang pengacara.
Menyadari kesalahan yang Abdulazeez perbuat, keluarga pun berjanji untuk bekerja sama dengan polisi dalam penyelidikan. Dalam keterangan resmi itu, keluarga besar juga meminta maaf kepada seluruh keluarga dan kerabat para korban. Mereka juga berharap pemerintah bisa merumuskan cara untuk mencegah terulangnya aksi teror seperti yang terjadi di Chattanooga tersebut.
Dalam perkembangan lain, polisi mengatakan bahwa Abdulazeez sudah mempersiapkan aksinya dengan sangat baik pekan lalu. Sebelum menyerang kompleks pusat perekrutan tentara cadangan di pusat keramaian Chattanooga itu, dia bahkan menuliskan “wasiat.” Beberapa jam sebelum beraksi, dia mengirimkan sebuah pesan singkat (SMS) tentang perang kepada seorang teman.
Saat ini polisi mendalami arti SMS tersebut. “Barang siapa memusuhi temanku, saya akan berperang melawan dia,” tulis Abdulazeez. Menurut The New York Times, kalimat itu ditulis dalam bahasa Arab. Kini rekan yang menerima SMS terakhir Abdulazeez tersebut menjalani interogasi dengan FBI. Namun, penyelidikan itu masih jauh dari titik terang, apalagi kesimpulan. (kaltengpos/adj)