
Pengaruh Teosofi dalam Bentuk Nama ‘Pancasila’
MUSTANIR.net – Gerakan Teosofi juga berkontribusi dalam berkembangnya nasionalisme dan kemunculan elite modern Indonesia lantaran persentuhannya dengan gerakan pendidikan, gerakan politik dan gerakan wanita.
Tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, Mohammad Yamin, Agus Salim dan Mohammad Tabrani adalah anggota Teosofi di Indonesia.
Banyak tokoh dalam BPUPKI yang pada 1945 menulis konstitusi Indonesia memiliki hubungan erat dengan Teosofi, seperti Soekarno, Ki Hadjar Dewantara, Radjiman Wedyodiningrat dan malah Supomo yang begitu berperan dalam paham negara integralistik.
Bukan itu saja, Muso yang sohor sebagai pentolan PKI merupakan murid favorit tokoh penting Hinloopen Labberton di sekolah Teosofi.
Dan satu hal, yang saya anggap luput dari dari perhatian para peneliti Indonesia yang berfokus pada jejak Teosofi di Indonesia, adalah asal usul penamaan nama ‘Pancasila’.
Selama ini, beberapa literatur menyatakan bahwa Ir. Soekarno sebagai tokoh yang memberi nama ‘Pancasila’ pada rumusan dasar negara kita itu. Pada awalnya, Ir Soekarno mempertimbangkan nama Panca Dharma.
“Namanya bukan Panca Dharma tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi,” kata Bung Karno.
Setelah nama Pancasila tercetus, tepuk tangan terdengar keras di gedung Chuo Sangi In yang waktu itu menjadi semacam lokasi lembaga legislatif. Saat ini, gedung tersebut menjadi Gedung Pancasila yang berlokasi di Jakarta Pusat.
Sementara itu, dikutip dari buku “Seri Pengenalan Tokoh: Sekitar Proklamasi Kemerdekaan” yang ditulis Riris Sarumpaet, Ir. Soekarno menjadi tokoh yang memberi nama dasar negara Pancasila. Sang Presiden dikatakan menerima usul dari Muhammad Yamin.
“Yaminlah yang memberi nama Pancasila untuk menyebut dasar negara kita,” ujar Bung Karno seperti ditulis dalam buku tersebut.
Yamin atau Muhammad Yamin adalah politisi dan penyair yang menguasai sastra serta bahasa Sansekerta. Yamin adalah salah satu perumus dasar negara bersama Ir. Soekarno dan Soepomo. Yamin wafat pada 17 Oktober 1962 di usia 59 tahun dan dimakamkan di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Seperti yang telah saya ungkap di atas, Muhammad Yamin salah satu tokoh nasional kita yang aktif dalam Teosofi Society.
Lalu, di titik mana kita dapat melihat adanya pengaruh Teosofi dalam bentuk nama ‘Pancasila’?
Saya melihat sangat mungkin bahwa nama ‘Pancasila’ terinspirasi dari buku “The Voice of the Silence” yang ditulis Madame Blavatsky.
The Voice of The Silence adalah buku yang berisi bait-bait pilihan yang diterjemahkan HPB dari kitab suci Timur yang amat mistis, “The Book of The Golden Precepts.”
Kuat dugaan saya kata ‘Sila’ diambil Muhammad Yamin setelah membaca buku The Voice of The Silence, terutama setelah sampai pada bagian yang membahas “The Golden Precepts”. Jika diterjemahkan, frase ‘Golden Precepts’ artinya “Sila Emas”.
Menurut HP Blavatsky, “The Book of The Golden Precepts” adalah buku yang sangat tua yang masih belum diketahui oleh para sarjana dan masyarakat umum. Dia mengatakan ini adalah “… salah satu karya yang diberikan kepada siswa mistik di Timur”. Itu disusun oleh kumpulan risalah yang berasal dari Buddha dan pra-Buddha.
Harus kita pahami bahwa sebelum kata ‘Sila’ kita gunakan untuk mengatakan sesuatu yang merujuk pada hal yang sifatnya “tata aturan/petunjuk dasar/pedoman adab, akhlak, atau moral” kita lebih umum menggunakan kata “Dharma” untuk hal seperti itu. Karena itulah Ir. Soekarno pada awalnya memunculkan nama Panca Dharma.
Sebelum itu, kata ‘Sila’ umumnya kita gunakan dalam bahasa Melayu (bahasa Indonesia) dalam lingkup makna: menyuruh, mengajak, mengundang dan meminta dengan hormat. []
Sumber: Ki Kalam Wangi