Pintu-pintu Kebajikan

Semua-Pintu-Surga

Dalam Islam, apa yang disebut dengan amal kebajikan atau amal shalih sesungguhnya amatlah banyak dan  beragam. Kebajikan mencakup  amal-amal  wajib  maupun sunah dan perkara-perkara halal yang bisa mendatangkan  kemaslahatan. Yang wajib, misalnya, shalat  lima  waktu,  shaum  Ramadhan,  ibadah  haji, menuntut ilmu, berdakwah, jihad fi sabilillah, berbakti kepada orangtua, memberi nafkah anak-istri, mendidik keluarga, dll. Yang sunah, misalnya, shalat nawafil, shalat-shalat  sunah  (tahajud,  dhuha,  shalat  id,  dll),  shaum-shaum sunah (Senin-Kamis, shaum Dawud, shaum hari-hari ‘putih’, shaum enam hari di bulan Syawal), membaca Alquran,  berzikir,  bersedekah,  menolong  sesama, membuang duri di jalanan, dll).

Sekecil apapun amal kebajikan, Allah SWT pasti mengetahuinya  dan  bakal  membalasnya.  Allah berfirman (yang artinya): (Dalam hal) kebajikan apa saja yang kalian lakukan, sesungguhnya Allah Mahatahu (TQS al-Baqarah: 215); Siapa saja yang mengerjakan kebajikan seberat  dzarrah  pun,  dia  akan  menyaksikan  (balasan pahala)-nya (TQS al-Zalzalah: 7).

Selain  itu,  kebajikan  apapun  yang  kita  lakukan, manfaat  dan  pahalanya  pada  hakikatnya  berpulang kepada diri kita sendiri, sebagaimana firman-Nya: Siapa saja yang mengerjakan amal shalih maka (pahala) amal itu untuk  dirinya  sendiri  (QS  al-Jatsiyah:  15).  Karena  itu, sesungguhnya tak ada alasan bagi setiap Muslim untuk tidak  melakukan  kebajikan,  apalagi  jika  itu  berupa kewajiban. Tak ada alasan pula ia menyepelekan perkara-perkara  sunnah,  bahkan  yang  mubah  sekalipun  jika memang  mendatangkan  kemaslahatan  bagi  dirinya ataupun orang lain.

Di antara amal-amal kebajikan itu memang ada amal-amal yang utama atau yang paling utama. Baginda Rasulullah SAW pernah ditanya, ”Amal apa yang paling utama?” Jawab beliau, ”Iman kepada Allah, kemudian jihad fi sabilillah.” (Mutaffaq ‘alayh).

Selain amal-amal kebajikan yang utama, Baginda Rasulullah  juga  menyebut  ragam  kebajikan  lain, termasuk  yang  sering  kita  anggap  sederhana/kecil. Beliau antara lain bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Dzarr ra., ”Atas setiap ruas tulang (sendi) salah seorang di antara kalian ada sedekahnya. Karena itu, setiap ucapan tasbih  adalah  sedekah,  setiap  ucapan  tahmid  adalah sedekah,  setiap  ucapan  tahlil  adalah  sedekah,  setiap ucapan  takbir  adalah  sedekah,  memerintahkan kemakrufan  adalah  sedekah,  mencegah  kemungkaran adalah  sedekah.  Yang  setara  dengan  itu  adalah menunaikan dua rakaat shalat dhuha (HR Muslim).

Senada dengan hadits di atas, Buraidah ra berkata: Aku pernah  mendengar Baginda Rasulullah bersabda ”Pada  diri  manusia  ada  360  ruas  tulang.  Karena  itu, hendaklah  kalian  bersedekah  atas  masih-masing  ruas tulang  tersebut.”  Beliau  ditanya,  ”Siapa  yang  bisa melakukan  itu,  wahai  Nabi  Allah?”  Jawab  beliau, ”(Ingatlah)  mengubur  dahak/lendir  di  masjid  adalah sedekah, membuang duri dari jalanan adalah sedekah. Jika engkau tak bisa melakukannya maka menunaikan dua rakaat shalat dhuha adalah setara dengan itu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Baginda Rasulullah pun pernah bersabda, ”Telah diperlihatkan kepadaku amal-amal umatku, baik amal-amal baik maupun amal-amal buruk. Aku menemukan di dalam amal-amal kebajikan mereka aktivitas membuang duri di jalanan. Aku pun menemukan di dalam amal-amal buruk mereka tindakan membuang dahak/lendir di masjid.” (HR  Muslim).

Ada orang berkata, ”Wahai Rasulullah, orang-orang yang  banyak  melakukan  amal  kebajikan  telah  pergi. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka shaum sebagaimana  kami  shaum.  Mereka  pun  biasa menyedekahkan kelebihan harta mereka.” Jawab beliau, ”Tidak begitu. Sesungguhnya Allah telah menjadikan untuk kalian apa saja yang bisa kalian sedekahkan. Setiap tasbih adalah  sedekah.  Setiap  takbir  adalah  sedekah.  Setiap tahmid  adalah  sedekah.  Setiap  tahlil  adalah  sedekah. Memerintahkan kemakrufan adalah sedekah. Mencegah kemungkaran  adalah  sedekah.  Hubungan  suami-istri adalah  sedekah.”  Para  Sahabat  bertanya,  ”Wahai Rasulullah, apakah tindakan salah seorang dari kami yang melampiaskan  syahwatnya  (kepada  istrinya)  juga berpahala?”  Beliau  malah  bertanya,  ”Bagaimana pendapatmu, jika dia melampiaskan syahwatnya di jalan yang haram (bukan kepada istrinya), apakah dia berdosa?” Jawab mereka, ”Tentu saja.” Rasul lalu berkata, ”Demikian pula jika dia melampiaskan syahwatnya di jalan yang halal (kepada istrinya); dia mendapatkan pahala.” (HR Muslim).

Karena itu, tak layak kita menyepelekan setiap amal kebajikan, sekecil apapun, sebagaimana sabda Nabi SAW, ”Janganlah  engkau  sedikitpun  menganggap  sepele kebajikan walau sekadar menampakkan wajah berseri-seri saat engkau berjumpa dengan saudaramu.” (HR Muslim).

Itulah di antara pintu-pintu kebajikan dalam Islam. Semoga kita bisa memasuki pintu-pintu tersebut. Amin.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories