Program Deradikalisasi BNPT Menjelang Ied Dengan Membagikan THR
Program Deradikalisasi BNPT Menjelang Ied Dengan Membagikan THR
Mustanir.com – Tokoh Muslim Poso Haji Muhammad Adnan Arsal menegaskan BNPT terus berupaya untuk menderadikalisasi para kombatan dan mantan narapidana dengan cara memberikan modal usaha. Kegiatan buka bersama yang baru saja digelar BNPT di Poso pada Kamis, (09/07) juga merupakan bagian dari upaya itu.
“BNPT itu menginginkan semua anak-anak kita yang ada di Poso yang belum ada usaha ataupun kegiatan-kegiatan perekonomian mereka mau bantu. Dalam arti bahwa supaya anak-anak itu ada usaha,” ujar Haji Adnan saat ditemui Kiblat.net di rumahnya pada Jumat, (10/07).
Bantuan usaha itu menurut Haji Adnan, dikhususkan pada kombatan dan mantan napi kasus Poso. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa juga untuk yang lain. Setelah mereka diberikan modal akan terus didampingi BNPT.
Diakui Haji Adnan, selain dirinya, tokoh Poso lainnya yang sama-sama berjuang bersama saat kerusuhan Poso, yaitu H. Abdul Gani, dan KH. Arifin Tuamaka turut memberikan syarat kepada BNPT dalam setiap pemberian bantuan. Salah satunya adalah bantuan itu jelas bukan dari Amerika tetapi bantuan dari negara yang bersumber dari APBN.
“Kami sepakat bahwa bantuan itu tidak boleh ada pesanan, apalagi tiba-tiba dijadikan bukti tindakan kriminal. Kalau ada yang begitu kita tidak terima lebih baik memundurkan diri dan menolak,” tuturnya.
Pada acara buka puasa bersama, BNPT melakukan pendataan dan menjanjikan pemberian bantuan modal usaha di akhir bulan Desember. Namun, pada kesempatan itu, BNPT telah memberikan hadiah THR kepada para kombatan dan mantan napi Poso.
Menurut Haji Adnan, memang tugas dari BNPT adalah merangkul kembali para kombatan dan mantan napi kasus terorisme dengan pembinaan-pembinaan.
“Kalau BNPT ini sudah jelas arah tugas mereka yaitu agar anak-anak yang pernah masuk penjara itu gara-gara konflik dengan aparat agar tidak lagi seperti itu. Jangan sampai kita konflik dengan negara,” ujar Ketua Yayasan Amanatul Ummah Poso itu.
Haji Adnan menandaskan, ia setuju dengan adanya pembinaan itu dengan syarat umat Islam di Poso tidak boleh terzalimi lagi.
“Kalau ada kezaliman saya tidak bisa kompromi. Kita akan hadapi kezaliman itu, karena itu juga merupakan suatu kewajiban kita,” pungkasnya. (kiblatnet/adj)