Relakah Kita Berguguran dalam Jalan Dakwah?
Relakah Kita Berguguran dalam Jalan Dakwah?
Ada beberapa bentuk gugurnya para aktivis Islam di jalan dakwah;
1. Mulai melambatnya gerak, kurang kontribusi, kurang produktif dalam dakwah,
2. Menjadi pasif, mengurangi dan tidak berbuat apa-apa dalam dakwah bahkan menarik diri dari lingkaran dakwah
3. Selanjutnya mulai menjadi benci, mencemooh terhadap dakwah dan mereka yg masih istiqamah
4. Bahkan berbalik memusuhi dan memerangi para dakwah … dst
Itulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat. Fenomena jatuhnya aktivis Islam dari jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada.
Siapakah yang dirugikan dari fenomena futur ini? Dakwahkah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh tersebut.
Dakwah itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang… Ketahuilah jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi.
Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?
Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah ‘pohon dakwah’. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?
Sungguh tidak sepadan kelezatan akhirat ditukar dengan dunia yang menipu ini … Patut direnungkan firman Allah SWT dalam surat At Taubah 24 ;
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.[]