(cnbcindonesia.com)

Siapa di Belakang Munculnya Penyakit Corona?

MUSTANIR.net – Virus Corona disebut nama Inggris ‘Crown’ karena bentuknya mahkota ketika dilihat mikroskop elektron. Pertama kali ditemukan 1960 dengan nama Corona Varidi. Di antara keluarga virus ini muncul 2003 di Hongkong China yang disebut SARS. Tercatat korban 8.422 orang terinfeksi yang diantaranya 916 orang meninggal. Pada 2004 dan 2005 muncul jenis baru. Begitulah muncul pada tahun-tahun berikutnya, khususnya 2012 dan 2014, tapi terbatas di beberapa negara dan kadar kecil. Muncul kembali awal Desember 2019 di Wuhan China menyerupai virus SARS 2  dengan kemiripan 96% dan disebut Covid-19 dinisbatkan pada kemunculannya 2019.

Sejumlah korban pertama dikaitkan pasar hewan dan makanan laut di Wuhan. Lalu tersebar di sejumlah negara tetangga. Tampak ada kemiripan dengan virus Corona kelelawar sebesar 96% yang membuat dirajihkan asalnya adalah kelelawar. Jumlah korban meninggal meningkat drastis. Kebanyakan di China hingga mencapai lebih dari 81.193 kasus dengan lebih dari 3.000 meninggal. Berikutnya Italia, Iran, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat. Kengerian pun menyebar di seluruh dunia disebabkan penyebarannya cepat hingga 24/3/2020 mencapai sekira 404.000 kasus yang positif dan yang meninggal mendekati 20.000 (Deutsche Welle, 25/3/2020). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan: “Pandemi Covid-19 mungkin bisa membunuh 2 juta orang jika penyebarannya tidak dihentikan” (Aero News, 19/3/2020). Karena itu banyak negara melarang sekolah, perguruan tinggi, dan perkumpulan orang. Demikian juga banyak negara menyerukan larangan berkeliaran di luar rumah, karantina komunal, peniadaan shalat jama’ah dan shalat Jum’at.

Apakah penyakit ini muncul karena perbuatan manusia atau seperti penyakit yang lain merupakan qadha’ dari Allah dikarenakan apa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia?

Munculnya Penyakit Ini dan Siapa di Belakangnya

Awal tersebarnya Corona Covid-19 berasal dari China. Studi ilmiah dan kesehatan mengatakan bahwa virus ini berpindah dari hewan ke manusia. Sebab di China tersebar kebiasaan memakan semua jenis hewan hingga yang buruk karena keberadaan mereka sebagai orang kafir paganis yang tidak membedakan antara yang buruk dan yang baik (thayyib). Seperti yang kami sebutkan barusan, laporan media mengisyaratkan bahwa kota Wuhan China di provinsi Hubei dinilai sebagai pusat perdagangan daging-daging buruk ini, dan itulah yang menjadi pusat penyebaran penyakit ini.

Begitulah, penyakit Corona menyebar di China kemudian beralih ke Iran melalui orang-orang China yang bekerja di sana di perusahaan kereta api China yang membangun rel baru melewati kota Qom Iran dinilai sebagai pusat penyebaran penyakit tersebut di Timur Tengah. Demikian juga, Italia membuka sejumlah sektor untuk investasi China mulai dari infrastruktur hingga transportasi. Laporan menunjuk bahwa Lombardi dan Tuscany menjadi 2 wilayah yang mendapat paling besar investasi China. Wilayah Lombardi pada 21 Februari lalu untuk pertama kalinya menyaksikan kasus Corona. Lombardi menjadi wilayah yang paling banyak kasus.

Amerika menyerang China atas kelalaiannya dalam memerangi wabah sejak awal dan kegagalan China dalam memeranginya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Li Jian menolak hal itu dengan sangat emosi. Dia menulis di akun Twitter-nya pada 13/3/2020, “Pasukan Amerika mungkin yang membawa virus Corona ke kota Wuhan China” (ash-Sharqu al-Awsath, 13/3/2020). Presiden Amerika Trump mengulangi serangannya terhadap China dengan mengatakan, “Dunia membayar mahal harga kelambanan China memberikan informasi seputar Corona baru” (Aero News, 19/3/2020). Trump menyifati virus Corona sebagai virus China ketika menge-Tweet pada 16/3/2020, “Amerika Serikat memberikan dukungan kuat kepada sektor-sektor yang terdampak paling besar dari virus China semisal penerbangan”. China merespon melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada 17/3/2020 yang mengatakan, “Komentar ini merusak citra China. Kami sangat marah dan menolaknya dengan keras” (Russia today, 18/3/2020). Ketika China mulai menyebarkan tuduhan yang dinyatakan di awal bahwa Amerika berada di belakang penyebaran virus, Washington memanggil duta besar Beijing di AS pada 13/3/2020. Pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika mengatakan, “Penyebaran teori konspirasi itu berbahaya dan konyol. Kami ingin memperingatkan pemerintah China bahwa kami tidak akan toleran dengan hal itu untuk kepentingan rakyat China dan dunia. China ingin menolak kritik seputar perannya di awal wabah global ini”. Kantor berita Xinhua menegaskan, “Langkah-langkah yang dilakukan Beijing termasuk di dalamnya menerapkan karantina keras terhadap 2 juta orang memberi dunia ‘waktu berharga’ untuk mempersiapkan diri dan itulah yang diakui oleh masyarakat internasional ” (Russia Today, 15/3/2020).

Begitulah, pecah perang kata antara Amerika dan China disebabkan menyebarnya virus Crown SARS-2 (Covid-19). Masing-masing dari 2 negara itu menyalahkan yang lain sebagai aktor langsung dalam penyebaran penyakit ini. Meski kedua sistem yang berlaku di China dan Amerika Serikat tidak bisa dijauhkan dari keduanya, berada di belakang penyebarannya, namun setelah studi maka menjadi rajih tidak adanya bukti yang terindera bahwa Amerika Serikat atau China adalah pihak yang menularkan virus atau merekayasanya kemudian dengan cepat menular ke negara-negara lain. Hal itu karena dua sebab:

Pertama, kedua negara itu tenggelam hingga kedua telinganya di dalam penyakit ini! China, di samping yang telah kami sebutkan sebelumnya, statistik terakhir penyakit Corona bahwa jumlah kasusnya 81.272 dan yang meninggal 3.273 orang seperti yang ada di pengumuman Komite Nasional untuk Kesehatan di China. (al-Yawm as-Sabi’, 23/3/2020) Seandainya China yang ada di belakang penyebaran penyakit maka minimal pasti menentukan waktu untuk dirinya sendiri.

Adapun Amerika, menurut statistik penyakit Corona menurut CNN Health, jumlah yang meninggal karena virus telah naik sampai 704 orang. Sementara total kasus yang positif 52.976 orang (CNN Arabic, 25/3/2020). Amerika Serikat berada di urutan ke 3 dari sisi jumlah kasus virus setelah China dan Italia. Di bawah langkah-langkah paling akhir, sepertiga warga Amerika secara total berada di bawah perintah berdiam di rumah di 7 negara bagian. Negara bagian Lousiana dan Ohio Ahad kemarin mengumumkan larangan berkeliaran di luar yang diperluas hingga mencakup negara bagian New York, California, Ilinois, Conecticut dan New Jersey (al-Jazeera, 23/3/2020). Demikian juga seandainya Amerika berada di belakang penyebaran penyakit niscaya minimal Amerika menetapkan waktu untuk dirinya sendiri.

Kedua, tidak benarnya ucapan bahwa 2 negara itu yang merekayasa virus Covid-19. Sebab tidak ada bukti bahwa virus tersebut dibuat di laboratorium. Nature Medicine mengatakan, “Melalui perbandingan rantai genom yang sudah ada untuk rantai virus Corona yang sudah dikenal, kami dapat konfirmasi dengan kuat bahwa virus Corona muncul dari proses alami”. Majalah tersebut juga mengatakan, “Pandangan ini didukung oleh data dari tulang punggung virus dan struktur molekulnya. Siapa yang ingin merekayasa virus di laboratorium maka hal itu tampak di dalam tulang punggung virus” (https://www.npr.org).  Hal sama juga berlaku pada negara seperti Rusia, Eropa, Iran dan negeri kaum muslim lainnya. Menurut yang lebih rajih semuanya terpangaruh oleh salah satu dari China atau Amerika, dan dari sisi penularan penyakit.

Jika begitu, tidak ada kecuali seperti yang difirmankan oleh Allah SWT:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS ar-Rum [30]: 41)

Kita semua paham apa yang diperbuat oleh orang-orang kapitalis dan semisal mereka berupa keburukan di dunia. Mereka tidak hanya memberi nilai kepada kepentingan dan ketamakan mereka. Pemerintah Amerika, China, Rusia, Eropa, dsb. adalah sebab penderitaan dunia dan penderitaan rakyat mereka. Kejahatan-kejahatan mereka terhadap umat manusia banyak. Mereka yang membom manusia tak berdosa dengan bom atom, limbah uranium, bom napalm, dan mereka memperbudak suku-suku Afrika secara brutal dan menjadikannya sebagai lapangan untuk percobaan biologi dan kimia mereka, perang genosida orang Indian merupakan aib di dahi mereka. Dan kejahatan-kejahatan China terhadap kaum muslim Uighur memenuhi cakrawala. Kejahatan Rusia dan Serbia terhadap kaum muslim di Asia Tengah, Balkan dan Syam masih terus berlangsung. Kejahatan Ingris di India terhadap kaum muslim dan non-muslim masih terus berdampak hingga sekarang. Kejahatan-kejahatan ini menegaskan bahwa para penguasa yang memerintah di bangsa-bangsa di dunia adalah sebab penderitaan umat manusia. Maka benar seperti yang difirmankan oleh Allah yang Maha Perkasa:

فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ

“Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (TQS az-Zumar [39]: 51) []

Sumber: asy-Syaikh ‘Atha` bin Khalil Abu ar-Rasytah

About Author

Categories