Dua Tantangan Dakwah dalam Mengembalikan Keyakinan Umat

MUSTANIR.net – Ulama Aswaja KH Hafidz Abdurrahman, MA membeberkan dua tantangan dakwah dalam mengembalikan keyakinan umat.

“Senjata yang paling berbahaya, yang dihunus oleh mereka yang membenci dakwah sebenarnya ada dua, yakni tadhlil fikri (penyesatan pemikiran) dan tadhlil siyasi (penyesatan politik), dua hal tersebut yang paling berbahaya,” dalam Isra Mikraj Forum: Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah di youtube.com/@oneummahtvofficial Senin (27-1-2025)

“Jadi ketakutan-ketakutan yang diadakan itu bagian dari penyesatan. Sehingga umat ini akhirnya terus dininabobokan. Nah, itu yang kemudian akhirnya kenapa proses menuju ke sana itu seolah-olah terjal. Karena tadi itu, ketakutan-ketakutan yang diciptakan padahal tidak ada. Karena itu, ini yang harus kita lawan, dengan cara apa? Yaitu dengan cara melalui penjelasan-penjelasan dakwah seperti ini,” jelasnya menambahkan.

Keyakinan

Ia mengatakan bahwa sesungguhnya dakwah adalah mengembalikan keyakinan umat kepada sistem pemerintahan Islam yakni khilafah. “Dakwah itu sesungguhnya adalah mengembalikan keyakinan itu. Kalau ini sudah kembali, maka sesungguhnya negara Islam (khilafah) itu otomatis akan berdiri, begitu,” ujarnya.

Ia mengingatkan, pertama, yang harus dipahami bahwa negara bukanlah fisik, bukanlah materi. Ia mengutip pendapat Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, seorang mujtahid dan ulama besar di Timur Tengah, bahwa negara adalah sebagai penegak dan pelaksana maqayis (tolok ukur Islam), mafahim (pemahaman Islam), dan qana’ah (merasa cukup dengan Islam) umat. Jadi, negara adalah entitas, qiyamu tanfidzi yang bersifat praktis untuk menjalankan sekumpulan pemahaman, standarisasi dan keyakinan yang diterima oleh umat.

“Berarti sebenarnya yang dilakukan oleh kita selama ini itu adalah bagaimana kita menyampaikan apa yang seharusnya mulai dari awal sampai tadi disampaikan oleh KH Rokhmat S Labib tadi itu. Itu sesungguhnya adalah kita sedang berbicara tentang keyakinan. Kita sedang berbicara tentang mafahim, pemahaman. Kita sedang berbicara tentang standarisasi yang seharusnya ini dijalankan gitu, tapi setelah runtuhnya khilafah, keyakinan, pemahaman dan standarisasi itu ditinggalkan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, kalau berbicara tentang bagaimana caranya untuk mengembalikan keyakinan, maka Rasulullah ﷺ mengajarkan tahapan-tahapan yang persis seperti yang tadi tujuannya ke sana. Maka, dakwah di Mekah selama tiga belas tahun dilakukan dengan pemikiran. Bagaimana ayat-ayat atau surat-surat Makkiyah lebih banyak terkait dengan akidah, membangun tadi mengembalikan keyakinan.

Dakwah Berjama’ah

Menurut dia, yang belum yakin, bisa diyakinkan. Yang masih ragu, bagaimana membuang keraguannya supaya tidak ada, seperti yang telah disampaikan Ustaz Ismail Yusanto, yakni dengan diskusi dan belajar. “Nah, semua cara untuk mengembalikan khilafah itu adalah dilakukan dengan cara dakwah, tapi tentu ini tidak bisa sendiri, ya. Karena itu, Rasulullah ﷺ diutus sendiri, tapi kemudian Rasulullah ﷺ membangun yang namanya Hizbul Rasul,” terangnya.

Kemudian ia membacakan al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 104 waltakum minkum ummah. Dijelaskan oleh para musafir apa maknanya,  “Hendaklah di antara kalian itu umat,”  yaitu kutlah mutakadillah, harus ada kelompok yang berhimpun untuk melakukan dakwah, tugas untuk bagaimana meyakinkan.

“Kalau sekarang mungkin lebih mudah sebenarnya. Karena umat ini sudah ada, keyakinannya sudah ada, tinggal apa yang menjadi debu-debu kotoran yang menutupi kotoran keyakinan itu yang harus dihapuskan. Makanya Syaikh Taqiyyudin menulis kitab judulnya Izalatul Atribah ‘Anil Judzur,” bebernya.

“Jadi, bagaimana debu-debu itu harus dihilangkan dari akarnya, supaya apa? Umat ini kembali keyakinannya. sehingga maqayyis mafahim dan qana’atnya tadi kembali, kalau itu sudah kembali ibaratnya setrum itu sudah langsung nyaut, gitu. Jadi, kalau tadi digambarkan kenapa kok sekarang itu setrumnya gak nyaut-nyaut? Karena tadi, ada apa namanya monsterisasi, glorifikasi, macam-macam tadi itu. Jadi ketakutan yang diinsinuasi tadi, yang diciptakan. Nah itu yang sebenarnya terjadi,” imbuhnya.

Ia menyimpulkan, kalau dakwah fikriyah tersebut dijalankan, maka problem-problem yang berupa ketakutan-ketakutan, macam-macam tersebut akan hilang. Ditambah dilakukan secara berjama’ah sebagaimana Rasulullah ﷺ juga melakukannya.

“Nah, ketika kita melakukan dengan berjama’ah kata Rasulullah ﷺ. Yadullah maal jama’ah, nanti tangannya Allah itu akan bekerja bersama jama’ah ini dan itu artinya apa? Kekuatan itu akan datang, ini yang terjadi,” yakinnya.

Karena itu, imbuhnya, maka kemudian yang dilakukan oleh Syekh Taqiyyudin sebenarnya adalah mengembalikan apa yang Rasulullah ﷺ lakukan, yaitu untuk mengembalikan keyakinan. Setelah itu masuk ke tahapan berikutnya. Ketika umat sudah paham, sudah kembali keyakinannya, maka di situlah proses berikutnya, tinggal bagaimana kemudian umat memberikan apa yang disebut kekuasaan yang mereka miliki.

“Karena as-sulthan lil ummah, kekuasaan di tangan umat. Jadi, kalau mereka sudah paham, maka tidak ada yang bisa menghalangi dan itulah yang kemudian terjadi pada saat Nabi mendapatkan nusroh dari penduduk Yatsrib yang datang ke Madinah dan memberikan kekuasaan kepada Rasulullah ﷺ. Jadi, sebenarnya semudah itu, kalau kita bayangkan semudah itu,” paparnya.

Penghalang

Ia mengisahkan, ada satu peristiwa menarik sebenarnya, yaitu banyaknya setan-setan dan Iblis yang tidak terima dengan kemenangan dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Dalam satu riwayat sangat masyhur sekali yang dikutip dalam al-Alam al-Mubarok dalam kitab Rotibul Maktum.

“Jadi, ada satu fase yang fase itu sangat kritikal, gitu. Setelah peristiwa baiat Aqabah yang ke dua, kan baiat itu dilakukan di Aqabah dan Aqabah itu tempat yang terpencil bapak Ibu sekalian. Kalau kita haji, Aqabah itu kan tempat di tengah-tengah Mina itu ya kan? Dan kalau kita bapak ibu pernah melaksanakan jumroh Aqabah kemudian setelah itu kan kita balik ke Mina Jadid itu nanti kan lewat ada masjid kotak namanya Masjid Baiat, di tempat itu Rasulullah ﷺ dibaiat,” kisahnya.

Coba bayangkan, ajaknya, peristiwa tersebut terjadi di tengah malam, tidak ada siapa-siapa, tidak ada yang tahu karena memang Rasulullah ﷺ merahasiakan peristiwa tersebut. Tiba-tiba ada Iblis yang tahu, kemudian Iblis ketakutan jika peristiwa tersebut benar-benar terjadi, maka Iblis berteriak-teriak.

“Dia naik di atas karena Mina itu disebutkan Mina ma bainal jabal. Jadi, Mina itu lembah di antara dua gunung. Kemudian di atas gunung itu teriak-teriak, ‘Yaa ma’syarol Quraisy, yaa ma’syarol Quraisy,’ tapi enggak ada yang bangun, la wong tengah malam. Akhirnya, besok pagi Iblis tidak terima, dia menjelma menjadi syaikhun ajus, laki-laki tua datang ke Darun Nadwah, yaitu tempat orang-orang kafir Quraisy untuk diskusi membahas strategi macam-macam termasuk mereka merencanakan pembunuhan Nabi di situ. Iblis datang ke situ membocorkan rahasia baiat Aqabah tadi, saking apanya? Ingin menggagalkan supaya Rasulullah ﷺ tidak berhasil mendapatkan kekuasaan, sampai begitu. Nah, sekarang ini sebenarnya banyak yang kayak begitu,” pungkasnya. []

Sumber: Nabila Zidane

About Author

Categories