Tercabutnya Ilmu Dengan Meninggalnya Para Ulama

kitab-tua

Tercabutnya Ilmu Dengan Meninggalnya Para Ulama

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا-البخاري

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan. (Riwayat Al Bukhari)

Al Munawi menjelaskan bahwa yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu untuk makrifatullah dan iman kepada-Nya serta ilmu mengenai hukum-hukum Allah, karena ilmu hakiki adalah ilmu yang berkenaan dengan hal ini. Dengan wafatnya para ulama maka proses mengajar akan berhenti, sehingga tidak ada yang menggentikan ulama-ulama sebelumnya.

Ulama Diangkat dan Buku Tidak Bisa Menggantikan

Imam Ahmad menyebutkan bahwa hadits ini disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika haji wada’. Di riwayat lain disebutkan bahwa seorang badui bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,”Wahai Nabi Allah, bagaimana ilmu diangkat sedangkan ada pada kami mushaf-mushaf, dan kami telah belajar darinya apa yang ada di dalamnya dan kami mengajarkan istri-istri, anak-anak dan para pembantu kami?”

Maka, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendongakkan wajah dan beliau marah lalu bersabda,”Ini orang-orang Yahudi dan Nashrani ada pada mereka lembaran-lembaran, mereka tidak mempelajari darinya mengenai apa yang datang kepada mereka dari para nabi mereka”.

Al Munawi menyatakan bahwasannya hadits di atas menunjukkan bahwa adanya buku-buku setelah ilmu diangkat dengan meninggalnya para ulama, buku-buku itu tidak berguna apapun bagi orang yang bodoh. (Faidh Al Qadir, 2/274)

Imam As Syatibi juga menyatakan bahwa di masa lalu, ilmu itu di dada para ulama, kemudian berpindah ke buku-buku, namun kuncinya masih di tangan para ulama. (Al Muwafaqat, 1/31)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories