Apa Tolak Ukur Kebahagiaan Rumah Tangga?
Bismillah…
Sebagian besar masyarakat mengatakan, ada 2 hal yang jika terjadi maka Rumah Tangga tersebut terbilang sukses : 1) Punya anak, 2) Banyak harta. Bukan…Bukan itu….
Pertama, Rumah Tangga ‘Aisyah Radhiallaahu ‘anha tidak dikaruniai anak, lalu apakah kita akan berkata Suami-Isteri tersebut tidak harmonis ? Tidak bahagia ?
Kedua, Rumah Tangga Fatimah Radhiallaahu ‘anha sangat minim harta. Sang Istri pernah menahan laparnya selama beberapa hari hingga kuninglah wajah beliau. Lalu, apakah kita berani mengatakan bahwa Rumah Tangga mereka hancur berantakan diujung tombak ? Tidak.
Bahkan Suami beliau adalah salah satu penghuni Surga Allah. Maa syaa’Allah.. Benar, sebagai seorang Isteri jangan bermudah-mudahan untuk menuntut kalimat perpisahan hanya karena kedua sebab diatas. Sebab ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela.
Juga, sebagai seorang Suami jangan bermudah-mudahan mengatakan “aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu.. Duhai Isteriku..” Innalillaahi wa inna ilayhi rooji’un.
Tau kah para Suami, kalimat tersebut justru enggan didengar oleh Istri kalian. Sebab para sahabat tidak tercermin dalam diri mereka sifat keputus-asaan.
Maka tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga seorang Muslim ialah
- Ketika setelah menikah, maka bertambahlah taqwa mereka kepada Allah..