3 Maret dan Kesabaran Menunggu, Berapa Lama Fase Mulkan Jabariyah?
MUSTANIR.net – Sudah masyhur hadist tentang 5 fase yang akan dilalui umat Islam:
“Adalah masa kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia hendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang menempuh jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia hendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘aadhdhon) yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia hendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang memaksa/diktator (mulkan jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia hendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz iv, Hlm. 273)
• Pertama, fase nubuwwah telah berlangsung dalam kurun 23 tahun. Sejak diangkatnya Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul, dengan turunnya wahyu surat al-Alaq: 1-5, hingga wafatnya Rasulullah ﷺ, Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah.
Silakan bayangkan, bagaimana luar biasa bermaknanya hidup Nabi. Dalam kurun yang singkat itu merupakan mata air keteladanan umat manusia. Misi beliau untuk seluruh alam, risalahnya akan berlaku hingga akhir zaman.
• Ke dua, fase khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Semasa Rasulullah hidup, jika ada muslim yang wafat, maka beliau dan para sahabat selalu menunaikan 4 hak mayat; memandikan, mengafani, menyolatkan, menguburkan. Namun ketika giliran Rasulullah yang wafat, mengapa para sahabat tidak segera menunaikan 4 hak tersebut bagi beliau? Bahkan malah jenazah beliau baru dikebumikan malam Rabu. Jawabannya karena ada ‘tajul furud (mahkotanya kewajiban)’ daripada kewajiban menyelenggarakan jenazah Rasul.
Itulah mengangkat seorang pemimpin tunggal untuk seluruh kaum muslimin di dunia. Seorang khalifah yang akan melanjutkan peran Rasulullah sebagai kepala negara.
Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama dan beliau memerintah selama 2 tahun. Pidato kenegaraan pertama beliau masih menjadi salah satu pidato kepala negara terbaik sampai hari ini, dan jamak ditiru orang. Meski tidak lama memimpin, beliau telah meninggalkan fondasi kokoh. Memerangi orang murtad dan mereka yang enggan membayar zakat. Mengumpulkan al Qur’an dalam satu mushaf. Memelopori jihad melawan adidaya dunia: Romawi dan Persia, sekaligus!
Kemudian dilanjutkan oleh Umar sebagai khalifah ke dua, beliau memerintah selama 10 tahun. Pondasi ketatanegaraan Islam makin kokoh di masa Umar. Beragam hal yang beliau kerjakan. Benih futuhat yang disemai di masa khalifah pertama, banyak berbuah dan ranum di masa khalifah ke dua. Wibawa Islam tersebar harum sejauh jarak yang bisa dibawa terbang angin.
Selanjutnya oleh Utsman bin Affan, khalifah ke tiga, beliau memerintah selama 12 tahun. Kaum muslimin kala itu mengingat masa-masa ini sebagai masa-masa kesejahteraan dan takwanya pemimpin. Mushaf al-Qur’an disebut sebagai mushaf Ustmani lantaran di periode beliau pekerjaan mahakarya itu selesai.
Terus oleh Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ke empat. Beliau memerintah selama 6 tahun. Meski zaman fitnah merajalela, pemberontakan mekar bersemi. Akan tetapi tidak seorang pun menafikan mereka dipimpin oleh seorang negarawan ulung, ahli retorika, penyabar dan lapang dada yang mendahulukan persatuan dari ambisi pribadi, zuhud akan dunia lagi tinggi ketakwaannya. Jejak-jejak kepemimpinannya masih meninggalkan bekas mulia hingga kini.
Kesimpulannya, fase khilafah rasyidah berlangsung 30 tahun, dari tahun 11-41 Hijriyah (tahun 632-661 M). Sebagai individu mereka, para khalifah ada potensi salah atau keliru. Namun masa ini adalah masa-masa terbaik, sistem pemerintahannya berdasarkan Islam, sarat akan hikmah keteladanan, bagi yang berakal untuk memetiknya.
• Ke tiga, fase mulkan ‘aadhdhon. Ini berlangsung ketika sistem kenegaraan Islam masih berjalan, khilafah masih berdiri, hanya saja sudah tidak ideal seperti fase sebelumnya. Kadang negara dipimpin oleh khalifah yang betakwa, kadang oleh khalifah yang tidak cakap. Tapi sejelek-jeleknya kualitas pemimpin, dia masih terselamatkan oleh sistem yang Islami.
Fase Ini bermula sejak Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, diikuti 15 orang para khalifah bani Umayyah selama 92 tahun berikutnya, 41-133 Hijriyah (661-750 M). Lalu dilanjutkan Khalifah Abu Abbas as Saffah berserta 37 orang para khalifah bani Abbasiyah setelahnya sekitar 790 tahun. Lebih tepat sejak tahun 133-923 Hijriyah (750-1517 M). Terakhir oleh 28 orang para khalifah bani Ustmaniyah mulai Khalifah Salim I dan seterusnya selama 419 tahun, 923-1342 Hijriyah (1517-1924 M). Alhasil, dari Mu’awiyah hingga Abdul Majid II (41-1342 Hijriyah/661-1924 M), fase ini eksis berlangsung 1301 H tahun lamanya.
• Ke empat, fase mulkan jabariyah. Praktis ini telah dan tengah berlangsung di masa kita. Semenjak 3 Maret 1924 (27 Rajab 1342 H), kekhilafahan telah runtuh, sebagai gantinya, di atas puing-puingnya berdiri sekitar 60 nation states. Tiap negara bangsa punya pemimpin sendiri-sendiri, tersekat batas nasionalisme.
Berapa lama fase ini akan berlangsung?
Wallahu’alam. Rumput yang bergoyang pun tidak tahu. Yang pasti 100 tahun jelas sudah lama betul rasanya, tentu bagi putra-putri umat yang rindu hukum Allah ditegakkan. Sebagian lagi tidak tidak mau ambil pusing atau ada yang peduli hanya saja pasif menunggu.
Titik kritisnya, menurut saya justru ada di sini. Apakah kita hendak pro aktif memperjuangkan fase ke lima, setuju tapi pasif menunggu, atau malah menentang sembari berharap fase ke empat ini masih panjang, kalau perlu fase ke lima itu tidak datang?
• Ke lima, fase khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Ketika Rasulullah memecahkan batu dalam parit di tengah kecamuk perang Ahzab tahun 5 H, beliau memberi kabar gembira (bisyarah) akan takluknya Yaman, Persia, dan Syam. Jatuhnya Yaman ke tangan muslim masih dialami langsung oleh Nabi di masa pemerintahan beliau. Tunduknya Persia dan Syam baru terjadi di masa Amirul Mukminin Umar.
Masih dalam rangkaian perang Ahzab itu, ketika ditanya oleh Abdullah bin Amr bin Ash, “Kota mana yang lebih dahulu akan kita taklukan, Konstantinopel atau Roma?”. Rasulullah menyampaikan hadist “Kotanya Heraklius (Konstantinopel) akan lebih dulu ditaklukkan”, sebelum penaklukan Roma. Luar biasa, kapan bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah itu terwujud? Faktanya 852 tahun setelahnya (857 H).
Begitu pula antara bisyarah berdirinya kembali khilafah dengan turunnya Imam Mahdi di akhir zaman, menjelang dekat kiamat, maka bisyarah berdirinya khilafah akan lebih dahulu terjadi, insya Allah. Kapan khilafah berdiri dan di mana? Itu perkara ghaib.
Yang hendak saya seru kepada para pembaca ialah mari kita menjadi bagian orang yang berjuang mewujudkan bisyarah Rasulullah ﷺ, pahala besar sudah tentu menanti bagi siapa saja yang yakin. Terlepas kita sempat atau tidak menyaksikan buah perjuangan itu. []
Sumber: Andre Husnari