3 Tokoh Ulama NU Ini Sepakat Tolak Islam Nusantara
3 Tokoh Ulama NU Ini Sepakat Tolak Islam Nusantara
Mustanir.com – Kontroversi “Islam Nusantara” sebagai tema utama Muktamar NU ke-33 terus berlanjut. Di media sosial, masalah Islam Nusantara ini banyak jadi polemik dan bahkan menuai kecaman. Bagaimana di internal NU?
Ternyata banyak kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang tak setuju dengan istilah Islam Nusantara jadi tema utama Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang. Menurut mereka, istilah Islam Nusantara mempersempit ruang lingkup Islam dan cenderung eksklusif.
”Padahal NU sendiri tidak hanya di Indonesia tapi juga berkembang di luar negeri. Bagaimana dengan teman teman NU yang berada di Singapura, Malaysia dan sebagainya,” kata KH Misbahussalam, Wakil Ketua Pengurus
Cabang Nahdjatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember, seperti dikutip dari laman nugarislurus.com, Selasa (07/07).
Bahkan, menurut Misbah, ada dugaan disosialisasikannya Islam Nusantara untuk mengakomodasi ajaran yang bertentangan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Apalagi mulai muncul pendapat bahwa Syiah di Indonesia ada lebih dulu ketimbang Sunni. Artinya, Syiah harus
diakomodasi oleh Islam Nusantara karena bagian dari khazanah atau kekayaan agama Nusantara.
”Panitia Muktamar harus mengganti istilah Islam Nusantara dengan istilah yang tidak bertentangan dengan ideologi NU,” katanya.
Tokoh lainnya, KH Muhsyiddin Abdusshomad, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Jember juga minta agar Panitia Muktamar NU ke-33 memakai Islam Rahmatan Lil Alamin yang selama ini sudah jadi jati diri NU.
“Istilah Islam Rahmatan lil Alamin yang dipakai selama ini sudah benar karena ada rujukannya dalam Al Quran,”
katanya, Selasa (07/07).
Menurut dia, istilah Islam Nusantra tak punya sumber baik dalam Al-Quran, hadits, ijma maupun qiyas. ”Justru
banyak pihak baik di internal maupun eksternal NU menyerang NU karena persoalan istilah Islam Nusantara,” kata
Kiai Muhyiddin.
Tak ketinggalan, salah seorang tokoh deklarator PKB, KH Muhith Muzadi juga mengaku tak setuju dengan islah Islam Nusantara. Alasannya, Islam itu satu. Yaitu Islam yang sudah jelas ajarannya.
“Rumusan khittah itu sudah jelas dan itu adalah ideologi NU. Kalau ada Islam Nusantara pasti ada mafhum mukholafah. Berarti Islam non-Nusantara,” kata kiai penggagas khittah NU 26 yang diratifikasi KH Ahmad Siddiq itu. (nugl/adj)