Ada 74 Profesor RI di AS, Kenapa Tidak Kerja di Indonesia?
Ada 74 Profesor RI di AS, Kenapa Tidak Kerja di Indonesia?
Mustanir.com – Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa bangganya terhadap orang-orang berprestasi asal Indonesia. Tetapi presiden menyayangkan masih ada anak bangsa berprestasi yang justru dimanfaatkan negara lain.
“Profesor kita di Amerika Serikat ada 74, pintar-pintar itu. Saya belum bicara (ada berapa) di China, di Jepang, saya belum bicara (jumlah) doktor-doktornya,” tutur Jokowi di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Hal ini dia sampaikan saat mengundang 476 orang teladan makan siang bersama. Hadir pula Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Mendagri Tjahjo Kumolo, Mentan Amran Sulaiman, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
“Persaingan antar negara sudah berjalan di depan kita, saya tidak mau yang berprestasi di negara kita, karena justru kita tak ambil tak manfaatkan, justru digunakan oleh negara lain,” ungkap Jokowi.
Untuk itu, dia berencana memulangkan orang-orang berprestasi itu untuk mengabdi di tanah air. Sebagian profesor RI di AS itu akan diminta mengabdi di Papua.
“Ada 24 (profesor) yang sekarang ini saya minta untuk menyiapkan pendidikan di papua, membantu vokasional school, membantu Universitas Cenderawasih, membangun Universitas Papua, dengan yang 24 profesor dari AS,” tutur Jokowi.
Sebetulnya dia ingin semuanya pulang ke tanah air dan mengabdi. Negara harus menghargai prestasi yang telah ditorehkan anak bangsa.
“Kita memang harus hargai orang berprestasi, kita harus berikan. Bukan gaduh terus, bukan. Saya enggak ngerti terutama di medsos, padahal saya yakin itu bukan budaya ketimuran kita,” kata Jokowi.
Jokowi juga menyoroti adanya pihak-pihak yang hanya bisa mencibir prestasi orang lain. Padahal orang-orang berprestasi itu bisa menjadi agen pembangunan. (jg/adj)
Komentar Mustanir.com
Pemerintah Indonesia sejak zaman Orde Baru tidak ramah kepada orang-orang cerdas. Dan sampai sekarang pun demikian. Maka semangat nasionalisme bagi beberapa orang pintar tidak cukup menjanjikan bagi masa depannya dan keluarganya. Sangat wajar jika mereka lebih betah di luar Indonesia, dengan karir yang menjanjikan dan hidup tenang.
Seharusnya pemerintah Indonesia-lah yang introspeksi diri dan berbenah, mengapa sampai ada 74 Profesor asal negeri ini yang tetap bertahan di luar negeri. Corak pemerintahan negeri ini yang korup dan berisi para birokrat-birokrat rakus adalah salah satu penghambat kemajuan negeri ini. Hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas adalah bencana besar bagi negeri ini.
Kembalilah kepada Syariat Islam, sebuah aturan yang akan menjadikan Indonesia negeri yang taat kepada Allah dan menjadikan manusia-manusia yang berada di dalamnya menjadi manusia yang taat Allah juga. Menjadi negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.