Aksi Bela Palestina Mengguncang 44 Kampus Ternama Amerika Serikat
MUSTANIR.net – Protes pro-Palestina yang mengguncang universitas-universitas di Amerika Serikat (AS), menyebar ke lebih banyak kampus-kampus.
Protes terhadap penjajah ‘Israel’ memenuhi jalan-jalan di Brooklyn dan meningkat di universitas-universitas di seluruh Amerika Serikat (AS), ketika para demonstran menuntut diakhirinya korban sipil di Gaza.
Demo di Universitas Columbia di New York menyebabkan puluhan penangkapan dilakukan pekan lalu, setelah otoritas universitas memanggil polisi untuk membubarkan perkemahan mahasiswa.
Protes yang meningkat ini menyusul penangkapan massal terhadap para demonstran di beberapa universitas di Pantai Timur dalam beberapa hari terakhir, dan menunjukkan ketidakpuasan yang semakin mendalam di AS, yang secara historis merupakan sekutu terpenting ‘Israel’, terhadap jalannya perang dengan Hamas.
Protes pro-Palestina telah terjadi setelah Presiden Joe Biden, yang menyatakan dirinya sebagai “Zionis”, selama berbulan-bulan.
Di beberapa kampus, aksi protes baru-baru ini berkembang menjadi perkemahan yang menarik mahasiswa dan dosen dari berbagai latar belakang.
Protes besar di jalanan Brooklyn mencapai kebuntuan pada hari Selasa lalu ketika polisi New York mulai menangkap orang-orang dengan tuduhan berperilaku tidak tertib, dan menahan mereka yang menolak untuk bergerak dengan menggunakan tali pengikat.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengkritik penggunaan pasukan polisi untuk membungkam perbedaan pendapat, dan mengatakan bahwa hal itu merusak kebebasan akademis.
“Begitu juga dengan pencemaran nama baik dan membahayakan mahasiswa Yahudi, Muslim dan Palestina yang didasarkan pada komentar-komentar yang menghasut dan mencurigakan yang dibuat oleh beberapa orang tak dikenal dan bertopeng di luar kampus,” terang Afaf Nasher, Direktur eksekutif CAIR di New York, dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.
Demonstrasi juga pecah di Universitas Southern California pada hari Rabu, dan di Texas, di mana terjadi ketegangan antara mahasiswa dan polisi, dengan lebih dari 20 orang ditangkap.
Ini adalah konfrontasi terbaru antara penegak hukum dan mahasiswa yang marah atas meningkatnya jumlah korban tewas dalam agresi ‘Israel’ yang membunuhi lebih 30 ribu warga Gaza.
Situasi ini mendorong usulan dari seorang pemimpin senior Partai Republik agar Garda Nasional dapat dikerahkan ke kampus untuk menangani masalah ini.
Komentar dari Ketua DPR Mike Johnson kemungkinan besar akan membangkitkan emosi yang kuat di negara di mana pembunuhan mahasiswa tak bersenjata yang dilakukan Garda Nasional pada tahun 1970 yang memprotes perang Vietnam masih segar dalam ingatan publik.
“Presiden percaya bahwa kebebasan berpendapat, berdebat dan non-diskriminasi di kampus adalah penting,” kata Juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan Biden mendukung kebebasan berpendapat.
Para pelajar yang berpartisipasi dalam kamp tersebut mengatakan bahwa mereka menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, di mana jumlah korban tewas melebihi 34.200 orang.
Selain itu, mereka mendesak Universitas Columbia dan universitas lain untuk tidak terlibat dengan perusahaan yang memiliki hubungan dengan ‘Israel’. Para pengunjuk rasa, termasuk beberapa mahasiswa Yahudi, menyangkal adanya unsur anti-Semitisme.
Para mahasiswa meneriakkan Palestina Merdeka serta slogan kontroversial ‘dari sungai sampai laut, Palestina akan merdeka’ yang ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai seruan kehancuran ‘Israel’.
Universitas Columbia mengatakan menutup kampusnya untuk pengunjung dari luar, meskipun perkuliahan dan kegiatan lainnya tetap dilanjutkan.
Mahasiswa yang melancarkan aksi protes di universitas termasuk di Universitas Yale; Institut Teknologi Massachusetts (MIT); Universitas California, Berkeley; Universitas Michigan dan Universitas Brown.
Akibat aksi ini, perkuliahan dipindahkan secara online dan kegiatan dalam kampus lainnya di California State Polytechnic University dibatalkan.
Lebih dari 130 orang telah ditangkap dalam protes pro-Palestina di Universitas New York, Senin malam lalu. Polisi di Universitas Minnesota dilaporkan menangkap sembilan orang di sebuah rapat umum.
Aksi Berlanjut
Ribuan mahasiswa melanjutkan aksi demonstrasi dan gerakan protes mereka di puluhan universitas Amerika, menolak genosida Israel di Jalur Gaza, dan menuntut diakhirinya perang dan dukungan Amerika terhadapnya.
Demonstrasi terus berlanjut di sekitar 44 universitas dan perguruan tinggi Amerika meskipun ada kampanye penangkapan yang dilakukan oleh otoritas lokal terhadap mahasiswa dan demonstran yang mendukung mereka dan ancaman dari manajemen kampus untuk melakukan lebih banyak penangkapan jika demonstrasi dan protes terus berlanjut.
Pergerakan mahasiswa Amerika untuk mendukung rakyat Palestina dan perjuangan mereka merebak dari Los Angeles hingga New York, melewati Austin, Boston, Chicago, dan Atlanta, di mana demonstrasi dan protes diorganisir di sejumlah universitas bergengsi di dunia, seperti Harvard, Yale, Columbia, dan Princeton.
Para mahasiswa mendirikan lebih banyak tenda di banyak kampus perguruan tinggi untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada komunitas lokal dan pengambil keputusan di Washington tentang perlunya intervensi segera untuk menghentikan perang dan mendukung hak-hak Palestina.
Mahasiswa di universitas-universitas Amerika berusaha menekan pemerintah Amerika untuk menarik investasi dari negara pendudukan dan perusahaan-perusahaan yang mendukungnya, dan untuk memboikot universitas-universitas ‘Israel’ yang terlibat dalam genosida rakyat Palestina.
Hari Kamis, polisi Amerika menangkap profesor dan mahasiswa dari Universitas Emory di Atlanta, Georgia, saat demonstrasi solidaritas dengan Jalur Gaza, di tengah serangan, peluru karet, dan gas air mata.
Sebuah video menunjukkan polisi menangkap dan menyerang kepala Departemen Filsafat, Noelle McAfee, dan profesor ekonomi, Caroline Fohlin, di Universitas Emory, setelah mereka berpartisipasi dalam demonstrasi menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan diakhirinya dukungan Amerika terhadap penjaah ‘Israel’.
Video tersebut menunjukkan polisi melakukan kekerasan terhadap profesor ekonomi di universitas tersebut dan melemparkannya ke tanah sebelum menangkapnya, saat dia memberi tahu mereka bahwa dia adalah seorang profesor di universitas tersebut.
Platform lokal juga menerbitkan sejumlah video yang menunjukkan polisi Atlanta mencoba membubarkan mahasiswa di Universitas Emory dengan peluru karet setelah mereka berdemonstrasi mendukung Palestina dan mengecam genosida di Gaza.
Media Amerika melaporkan bahwa petugas polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan mahasiswa dan dosen yang melakukan protes di Universitas Emory.
Sejak tanggal 18 April, gerakan mahasiswa yang mendukung Palestina dan mengecam berlanjutnya dukungan Amerika terhadap Israel telah meningkat di Amerika Serikat setelah Presiden Universitas Columbia Nemat Shafiq memanggil polisi kepada mahasiswa yang mendirikan kamp di kampus universitas untuk memprotes kelanjutan perang di Gaza dan menangkap sekitar 100 orang dari mereka.
Demonstrasi ini dimulai minggu lalu di Universitas Columbia di Negara Bagian New York, ketika sekelompok mahasiswa memutuskan untuk mengadakan aksi duduk terbuka di dalam tenda di halaman universitas, mengecam agresi terhadap rakyat Palestina.
Polisi Tangkapi Mahasiswa hingga Profesor Universitas Columbia
Seorang profesor perempuan menjadi korban kekerasan polisi usai dibanting dan diborgol saat membela mahasiswa yang menggelar aksi demo pro-Palestina di Universitas Emory Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah video yang direkam oleh wartawan CNN, Profesor Caroline Fohlin terlihat berusaha untuk mengintervensi ketika petugas polisi bergulat dengan seorang mahasiswa yang berdemo ke tanah dalam sebuah demonstrasi pro-Palestina di Universitas Emory di Atlanta.
Ketika ia meminta petugas polisi untuk “menjauh” dari mahasiswa tersebut, seorang petugas polisi membantingnya ke tanah. Seorang polisi lain bergabung untuk membantu menekannya ke tanah. Keduanya menjepit kedua tangan sang profesor di belakang punggungnya dengan kat kabel saat dia berulang kali mengatakan kepada mereka, “Saya seorang profesor.”
Aksi demo pro-Palestina yang meluas ini dimulai di Universitas Columbia, yang tetap menjadi pusat gerakan protes mahasiswa.
Lebih dari 200 orang yang memprotes perang ditangkap pada hari Rabu dan Kamis dini hari di universitas-universitas di Los Angeles, Boston, dan Austin, Texas, di mana sekitar 2.000 orang kembali berkumpul pada hari Kamis.
Polisi telah melakukan penangkapan besar-besaran di berbagai universitas di seluruh negeri, dan terkadang menggunakan bahan kimia iritasi dan tasers untuk membubarkan aksi protes.
Para pengunjuk rasa mahasiswa mengatakan bahwa mereka mengekspresikan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza, di mana jumlah korban tewas telah mencapai 34.305 orang.
Sekutu AS, Israel, melancarkan genosidanya di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.170 orang, menurut klaim Israel.
Para pejuang Hamas juga menyandera sekitar 250 orang. Israel memperkirakan 129 orang masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang diduga tewas akibat pemboman tanpa ampun Israel. []
Sumber: Hidayatullah