Benarkah Yesus Tidak Pernah Berbuat Dosa
Benarkah Yesus Tidak Pernah Berbuat Dosa
Cobalah simak ayat Alkitab berikut ini :
“Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibunya dan saudar-saudarnya berdiri di luar dan berusaha menemui dia. Maka seorang berkata kepadanya : “Lihatlah, ibumu dan saudara-saudaramu ada di luar dan berusaha menemui engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadanya : “Siapa ibuku? Dan siapa saudara-saudaraku?” Lalu katanya, sambil menunjuk ke arah murid-muridnya : “Ini ibuku dan saudara-saudaraku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapaku di sorga, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraku perempuan, dialah ibuku.”(Mat 12:46-50)
Ayat di atas memberikan kesan bahwa Yesus menganggap ibunya adalah sebagai orang yang tidak melakukan kehendak Bapanya (Allah) di surga. Ini merupakan pelecehan terhadap ibunya sendiri sebagai seorang yang tidak taat.
Ucapan Yesus tersebut bertentangan dengan nasihatnya sendiri dalamayat-ayat Perjanjian Baru seperti di bawah ini:
“Kata Yesus: “hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(Mat 19:19)
“Hormatilah ayahmu dan ibumu seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.”(UI 5:16)
Sebagai umat Islam, kami tidak yakin bahwa Yesus berani mengatakan terhadap ibunya yang telah melahirkannya seperti yang tertulis pada Injil Markus 12:46-50di atas tadi. Tidak mungkin Yesus berbuat kesalahan sefatal itu apalagi terhadap orang yang melahirkan dan membesarkannya. Yang salah pasti si penulis Injil tersebut, bukan Yesus!
Al Qur’an justru berbicara sebaliknya, yaitu Nabi Isa sangat memuliakan ibunya, bahkan Nabi Isa mambela ibunya ketika ibunya dituduh sebagai seorang wanita berbuat zinah.
Perhatikan ayat-ayat Al Qur’an surat 19 Maryam 27-34sebagai berikut:
“Fa atat bihii qaumahaa tahmilihuu qaaluu yaa maryamula qad ji’ti syai-an fariyyaa.
“Maka Maryam membawa bayi itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka berkata, : Hai Maryam, sesungguhnya engkau telah melakuka suatu perkara besar.” (QS. 19 Maryam 27)
“Yaa ukhta haaruuna maa kaana abuukim ra-a sau-iw wa maa kaanat ummuki baghiyyaa.”
“Hai saudara perempuan Harun,[902]ayahmu bukanlah seorang laki-laki jahat dan ibumu bukan seorang perempuan yang berbuat serong.” (QS. 19 Maryam 28)
“fa asyaarat ilaihi qaaluu kaifa nukallimu man kaana fil mahdi shabiyyaa.”
“Maka Maryam mengisyaratkan kepada anaknya. Mereka berkata, “Bagaimana kamu berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian?” (QS. 19 Maryam 29)
“Qaala innii ‘abdullaahi aataaniyal kitaaba wa ja’alanii nabiyyaa.”
“(Bayi) berkata, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Allah memberiku kitabdan menjadikan aku seorang nabi. (QS. 19 Maryam 30)
“Wa ja’alanii mubaarakan ainamaa kuntu wa aushaanii bish shalaati waz zakaati maa dumtu hayyaa.
“Dan Dia menjadikan aku orang yang diberkati di mana saja aku berada. Dan Dia memerintahkan aku shalat dan zakat selama aku hidup.” (QS. 19 Maryam 31)
“Wa barram bi waalidatii wa lam yajalnii jabbaaran syaqiyyaa.”
“Dan berbuat baik kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. 19 Maryam 32)
“Was salaamu ‘alayya yauma wulidtu wa yauma amuutu wa yauma ub’atsu hayyaa.”
“Dan keselamatan atasku pada hari aku dilahirkan dan pada hari aku wafat dan pada hari aku bangkitkan hidup kembali.” (QS. 19 Maryam 33)
“Dzaalika ‘iisabnu maryama qaulal haqqil ladzii fiihi yamtaruun.”
“Demikianlah (kejadian) Isa putera Maryam. Itulah perkataan yang benar yang mereka meragukannya.” (QS. 19 Maryam 34)
Ayat-ayat tersebut melukiskan bagaiman Al Qur’an membela tuduhan terhadap nabi Isa (Yesus) dan ibunya Maryam. Sekarang marilah kita lihat, bagaiman Al Qur’an menempatkan Maryam ibunya nabi Isa as sebagai berikut:
“Wa idz qaalatil malaa-ikatu yaa maryamu innallahaahashg thafaaki wa thaharaki wash thafaaki ‘alaa nisaa-Il’aalamiin.”
“Dan ingatlah ketika malaikat berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih engkau, mensucikan dan melebihkan engaku atas sekalian perempuan yang ada di dalam alam (pada masa itu).” (Q.S. 3 Ali Imraan 42)
Ayat tersebut melukiskan batapa Al Qur’an sangat meuliakan Maryam. Bahkan dalam Al Qur’an ada surat Maryam, sementara dalam Alkitab, tidak dijumpai nama surat Maryam. Satu-satunya kitab suci yang mengabadikan dan memuliakan ibunya nabi Isa as (Maryam) melebihi dari sekalian perempuan hanyalah Al Qur’an.
Kemudian pada ayat Injil Markus 5:1-14seperti berikut ini, jika kita baca dengan cermat, dan menggunakan logika, akan kita temukan kesalahan yang ditimpakan kepada Yesus:
“Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah dibelenggu dan dirantai, tetapu rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusanmu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Maha Tinggi? Demi Allah, jangan siksa aku! Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya : “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!”(Markus 5:1-8)
“Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu? Jawabnya : “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia (roh jahat) memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepadanya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kiranya dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lema sdi dalamnya. Maka larilah penjaga penjaga babi itu dan menceritakan hal itu di kota dan di kampung –kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.(Markus 5:9-14)
Setelah kita baca dan simak dengan seksama jalan ceritanya, maka timbul pertanyaan sebagai berikut:
Siapakah yang membunuh 2000 ekor babi ternak tersebut?
Jika Yesus itu Tuhan, mengapa dia tidak menggunakan kekuasaannya mengusir roh jahat itu tanpa harus mengorbankan ternak orang sebanyak itu?
Apakah membunuh binatang yang dipelihara atau diternak orang sebayak 2000 ekor tidak berdosa?
Jika Yesus mengajarkan “kasih”, kenapa Yesus lebih kasih kepada si roh jahat ketimbang pemilik ternak.
Siapakah yang bersalah dalam hal auat peristiwa tersebut; Yesus, peternak babi, ataukah si roh jahat?
Siapakah yang bersalah dalam hal atau peristiwa tersebut, si peternak babai itu atau si roh jahat, ataukah Yesus?
Mungkin ada sebagian umat Kristiani yang beranggapan bahwa dalam peristiwa tersebut terlihat betapa hebatnya Yesus. Bayangkan saja kehebatannya, dimana dia bisa memindahkan roh-roh jahat itu dalam sekejap ke babi-babi sebanyak 2000 ekor.
Padahal, jika kita membacanya dengan seksama, justru di sinilah tanpa mereka sadari bahwa Yesus telah ditempatkan :
Yesus lebih sayang kepada roh jahat daripada peternak babi.
Yesus telah dikibuli oleh roh jahat karena mngabulkan permintaannya.
Yesus telah membuat kerugian besar terhadap peternak babi.
Yesus tidak punya kuasa mengusir roh jahat tanpa mengorbankan ternak orang.
Yesus tidak kasihan melihat babi yang tidak bersalah itu mati perlahan-lahan dalam danau.
Yesus tidak menunjukkan akhlak yang mulia dengan meminta maaf pada si peternak babi, karena telah mebuat ternaknya yang begitu besar jumlahnya 2000 ekor mati sekaligus.
Jika mau jujur, dari jalan cerita tersebut jelas sekali terlihat bahwa Yesus telah melakukan kesalahan cukup besar yang pantas disebut sebagai perbuatan dosa. Tetapi bagi ummat Islam, Yesus (Nabi Isa) tidak berdosa dan tidak pernah sekalipun dia melakukan hal-hal yang tidak terpuji sehingga membuatnya berdosa. Di dalam Al Qur’an sebelumnya sudah dinubutkan oleh Allah Swt, bahwa ibunya Siti Maryam akan melahirkan eseorang anak laki-laki yang suci. Perhatikan ayat Al Qur’an sebagai berikut :
“Qaala innamaa ana rasuula rabbika li ahaba laki ghulaaman zakiyyaa.”
“(Jibril) berkata, “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” (Q.S. 19 Maryam 19)
Bahkan dalam ayat lain Allah mamberikan kesaksian bahwa Isa As (Yesus) adalah dekat dengan-Nya dan termasuk salah satu orang yang terkemuka di dunia dan akherat, sebagaimana firman-Nya:
“Idz qaalatil malaa-ikatu yaa maryamu innallaha yabasysyiruki bi kalimatim minhus muhl masiihu ‘iisabnu marya-ma wajiihan fid dun-yaa wal aakhirati wa minal muqarrabiin.”
“(Ingatlah) ketika malaikat berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menberi kabar gembira kepada engkau dengan perkataan (perintah)[195]dari Allah, namanya Almasih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang daripada orang-orang yang dekat (kepada Allah).” (Q.S. 3 Ali “Imraan 45)
Semua nabi sejak dari nabi Adam sampai dengan nabi Muhammad saw, termasuk nabi Isa as (Yesus), pasti mereka termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah, dan semuanya pasti terkemuka di dunia dan di akherat serta dekat denga Allah. Sebagi orang pilihan yang dekat dengan Allah, tentu setiap perbuatan mereka selalu dikontrol Allah. Jadi sangat tidak mungkin nabi Isa as (Yesus) melakukan hal-hal yang tidak terpuji apalagi menjurus kepada suatu perbuatan yang membuatnya berdosa. Jadi dalam hal ini, penulis Alkitablah yang salah, bukan nabi Isa atau Yesus!!
** Tulisan Arab berasal dari Al Quran Digital
[902].Maryamdipanggil saudara perempuan Harun, karena ia seorang wanita yang shaleh seperti keshalehan Nabi Harun a.s.
[195]. Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat kun(jadilah) tanpa bapak yaitu nabi Isa a.s.