Besarnya Peran Keluarga bagi Kesuksesan Anak
Besarnya Peran Keluarga bagi Kesuksesan Anak
Ketika penulis membuat tulisan ini, suasana musim dingin sedang menyelimuti Cairo, Mesir. Musim dingin selalu saja membawa kesan yang berbeda, menyenangkan, dan bisa membuatku lebih saling memahami karakter teman-teman yang tinggal se apartment. Karakter, iya karakter. Adalah setiap orang tentunya berbeda-beda karena pengaruh lingkungan yang beragam, khususnya pengaruh yang besar dari keluarga.
Di apartment, kita ada delapan anggota. Dari sekian anggota, ada seorang adik yang berusia 15 tahun namun memiliki karakter berbeda dengan yang lain meski usianya sama. Seperti halnya remaja lain, bermain adalah dunianya. Meski begitu, dia memiliki pola pikir dan pola sikap yang jauh lebih kuat dibandingkan teman sebayanya. Ketika yang lain sibuk mengisi waktu luangnya dengan sia-sia, justru adik ini aktif dengan berbagai kegiatan di luar Ma’had Al Azhar tempat ia belajar. Dan ketika ditanya, apa yang menjadi motivasi adik sampai sejauh ini. Adik tersebut berkata: “Sejak kecil Ibu selalu mengajakku ke kegiatan-kegiatan yang seru dan memintaku untuk selangka lebih maju dibandingkan dengan yang lain meskipun aku belum bisa mencerna kata-kata Ibu itu”.
Benar, menjamurnya kenakalan remaja di era ini memang tidak bisa dipungkiri lagi. Seolah jika kita mendengar kata remaja, yang terbayang di benak kita adalah kenakalan-kenakalannya. Mulai dari seks bebas, aborsi, menonton film porno, pacaran hingga narkoba dan lain sebagainya. Fenomena gunung es ini menjadi bukti rusaknya moral para remaja saat ini. Hal ini diperparah dengan rusaknya tatanan sosial di tengah-tengah masyarakat yang ditandai dengan mengaggap lumrah permasalahan semacam ini serta acuhnya masyarakat terhadap berbagai kerusakan yang melenggang bebas di tengah-tengah kehidupan generasi.
Melihat permasalahan moral anak bangsa yang notabenenya mereka adalah generasi masa depan, begitu sangat menyedihkan. Yang hal itu bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kondisi kecil yang terjadi di apartment penulis ada seorang adik dengan berbagai karakter dan ternyata dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebelum mereka di Mesir.
Banyak faktor penyebab yang membuat problematika seperti di atas. Di antaranya adalah, pertama, kurangnya ketaqwaan individu yang ditanamkan keluarga pada anak. Kedua, lemahnya peran keluarga dalam mendidik anak. Ketiga, rusaknya tatanan sosial di masyarakat, dan keempat, disfungsi negara sebagai perisai bagi rakyat serta sebagai tiang utama dalam menopang ketahanan keluarga.
Keluarga, terutama orang tua adalah peletak dasar dan utama bagi anak dalam hal pendidikan. Di dalam keluargalah kehidupannya anak itu bermula. Dan di dalam keluarga pula anak akan memulai interaksinya. Sehingga, pembentukan kepribadian pada anak pertama kali akan dibentuk di dalam keluarga. Anak yang hidup di lingkungan keluarga yang baik dan berpendidikan, maka akan berakhlak baik. Dan sebaliknya, anak yang hidup di lingkungan keluarga yang buruk, maka si anak akan berakhlak buruk pula. Dengan kata lain, lingkungan keluarga begitu luar biasa dalam membentuk dan menentukan ‘masa depan’ anak.
Keluarga juga sebagai bagian daripada masyarakat. Untuk itu, setiap individu pasti akan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di lingkungan tempat ia tinggal. Dan secara otomatis akan melakukan interaksi dengan masyarakat dihampir diseluruh aspek kehidupan. Masyarakat juga salah satu faktor yang akan mempengaruhi pola pendidikan bagi anak. Maka, rusaknya tatanan sosial di masyarakat akan berpengaruh pada pendidikan atau kepribadian (pola pikir dan pola sikap) anak. Sehingga tidak hanya cukup hanya dengan baiknya lingkungan keluarga tetapi juga didukung dengan baik tatanan masyarakat yang sebagian besar menjadi tempat berinteraksinya anggoya keluarga, termasuk anak atau remaja.
Kemudian setelah keluarga dan masyarakat, tentu perlunya peran negara yang berperan sebagai perisai/ pelindung utama bagi rakyatnya serta sebagai penyelenggara kesejahteraan. Negara wajib menjamin lahirnya anak-anak yang berkepribadian Islam. Negara tidak boleh abai dengan kondisi yang menimpa remaja saat ini dan hanya berhenti di slogan pendidikan semata.
Karena di dalam Islam, negara berfungsi sebagai pilar utama dalam pendidikan anak. Negara akan membuat kurikulum pendidikan yang benar sesuai aqidah. Dengan kurikulum itulah negara akan mencapai tujuan pendidikan yang hakiki, yaitu melahirkan individu-individu yang berkepribadian Islam (pola pikir dan pola sikap Islam) bertaqwa dan berakhlak mulia. Negara akan senantiasa mengedukasi masyarakat sehingga bisa berkontribusi bagi masa depan anak.
Maka, untuk menuntaskan segala macam problematika yang menimpa pada anak maupun remaja, perlu adanya pengembalian peran masing-masing komponen; adanya individu yang bertaqwa, keluarga sebagai peletak utama pendidikan pada anak, dinamika sosial masyarakat yang peduli akan lingkungan sekitar dengan berperan aktif dalam kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Diperkuat dengan adanya negara yang berfungsi sebagai perisai penjamin berjalannya masing-masing fungsi komponen serta memberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar. [mustanir.com]
Penulis : Ima Susiati (Mahasiswi Darul Lughah Al Azhar University, Cairo, Mesir )