Catatan SD Khoiru Ummah, Belajar Langsung Dari Ummah

foto: Diana Rahmawati

Mustanir.com – Gunung Kidul, Yogyakarta, puluhan siswa Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Sleman sedang melaksanakan Mabit (malam bina iman taqwa) spesial dan Qurban di desa Giricahyo, Purwosari, Gunung Kidul, Ahad (3/9/2017). Ini merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh sekolah dalam rangka merealisasikan metode pembelajaran berbasis “live”, dimana para siswa bisa mempelajari banyak hal dengan melihat langsung fakta secara riil di lapangan.

Sebagai contoh, kegiatan penyembelihan hewan qurban dan baksos yang dilaksanakan di Kecamatan Purwosari ini. Para siswa yang di dampingi oleh beberapa Ustadz-ustadzahnya terlihat semangat dan antusias. Sebelumnya mereka telah mengikuti materi kajian fiqh oleh Ustadz Iful Fitra, salah satu pengajar Khoiru Ummah. Sehingga ada kesinambungan antara pendidikan berbasis teori dengan praktik langsung di lapangan.

Ketika Tim Mustanir mewawancarai penanggung jawab kegiatan, Ustadz Hendi Sopian selaku pemilik yayasan Khoiru Ummah, menjelaskan alasan memilih dan menerapkan metode pembelajaraan live ini. Bahwasanya dengan metode live ini, selain para siswa akan mendapatkan fakta secara langsung, juga akan menjadikan apa yang mereka pelajari terpatri kuat dalam ingatan mereka.

Beliau juga menambahkan, sebelumnya pihak sekolah telah melaksanaan kegiatan pembelajaran di berbagai tempat, seperti pembelajaran matematika di salah satu toko di jogja, manasik haji, dan beberapa pembelajaran lainnya.

Selain belajar fiqih dan tatacara berqurban, di Purwosari anak-anak juga belajar bersosialisasi di lingkungan masyarakat luar tempat tinggal anak. Anak-anal ikut membantu prosesi penyembelihan hewan qurban & membagikan hewan qurban ke masyarakat. Mereka juga yang membagikan baju pantas pakai untuk warga sekitar.

Tidak hanya itu, mereka juga belajar geografi daerah pegunungan Gunung Kidul. Mereka menginap di rumah warga, sehingga mereka bisa lebih dekat dan belajar banyak dengan masyarakat setempat. Menu makanan mereka selama di sana juga menu makanan khas warga setempat (mie lethek dan sarapan tiwul). Kegiatan seperti ini tentunya akan membuat anak memunculkan rasa syukur atas nikmat yg telah Allah berikan, dengan melihat langsung fakta masyarakat yang kurang mampu.

Harapan para pendidik, Semoga usaha kecil ini, memiliki kontribusi yang besar untuk melahirkan generasi Hafizh Qur’an sekaligus pemimpin masa depan. Aamiin. [] yusuf

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories