Cobaan Muslim Australia, Antara Pengasingan Dan Demonstrasi Anti Islam
Cobaan Muslim Australia, Antara Pengasingan Dan Demonstrasi Anti Islam
Muslim Australia Kritik Aturan Pengasingan Pemuda Muslim
Mustanir.com – Komunitas muslim Australia mengkritik aturan baru terkait pengasingan pemuda Muslim yang terindikasi melakukan tindakan terorisme.
“Ini seolah menghasut orang untuk menjadi anti-Muslim,” ujar Sekretaris Dewan Islam Victoria, Seyit, dilansir dari Onislam.net, Sabtu (25/7).
Menurutnya, aturan ini sangat kontraproduktif. Jika tetap dilakukan hal demikian, ujarnya, justru membuat orang berpikir secara radikal. Dari perspektif seperti itu, justru tidak memberikan orang pilihan untuk melakukan rehabilitasi atau reintegrasi dengan lingkungannya.
Sekali lagi, Seyit merasa kecewa dengan adanya Undang-undang baru tersebut. Menurutnya, ini jelas-jelas berkontribusi membentuk stereotipe negatif masyarakat terhadap Islam.
Seyit yang seorang guru di sebuah sekolah Islam mencermati bahasa yang digunakan pemerintah, seperti “that it feeds divisions in the society” akan memunculkan makna anti Islam.
“Semua orang sekarang berpikir ada epidemi teroris yang siap mengancam Australia. Ini akan menimbulkan bahaya besar bagi hubungan sosial,” ujar Seyit. (rol/adj)
Demonstrasi Anti-Islam di Australia Dikhawatirkan Picu Kekerasan
Mustanir.com – Pejabat Australia mewaspadai unjuk rasa anti-Islam dan kaum nasionalis. Pemerintah ingin memastikan sentimen itu tidak berkembang menjadi kerusuhan ras yang serupa terjadi pada tahun 2005.
Ratusan orang menghadiri demonstrasi Reclaim Australia yang berlangsung di seluruh negeri selama akhir pekan. Aparat polisi berusaha memisahkan demonstran anti-Islam dan anti-rasisme dalam bentrokan yang meletus di Melbourne tersebut.
Presiden Badan Anti-Diskriminasi New South Wales Stepan Kerkyasharian mengatakan perpecahan di masyarakat tersebut memicu ketidakamanan. Kedua golongan yang terpisah menimbulkan situasi yang dilematis.
Di satu sisi, ujarnya, komunitas Muslim merasa terkepung oleh peristiwa internasional dan terorisme global yang menyalahgunakan agama untuk mengejar agenda geopolitik. Di sisi lain, masyarakat Australia yang lebih luas merasa tidak aman karena apa yang mereka dengar di berita.
“Mereka menyangka, seseorang yang tinggal di sebelah rumah mereka atau seseorang di pusat perbelanjaan, mungkin tiba-tiba meledakkan mereka. Jadi pada dasarnya seluruh komunitas saling hidup dalam ketakutan,” katanya dilansir Al Arabiya, Senin (20/7).
Kerkyasharian mengatakan, kerusuhan yang terjadi di daerah pinggiran Cronulla, Sydney selatan, pada 2005 silam tercetus oleh rasisme. Sementara, situasi saat ini terutama disebabkan oleh peristiwa internasional dan terorisme global.
Penyelenggara aksi Reclaim Australia menolak disebut rasis dan menyebut demonstrasi itu sebagai respons publik untuk kekejaman dari kelompok Islam radikal baik di dalam maupun di luar Australia.
Mereka menyanggah adanya pemaparan bukti oleh komisi yang menangani diskriminasi ras di Australia mengenai adanya unsur buruk dalam demonstrasi itu, termasuk kelompok supremasi ras dan neo-Nazi.
“Sangat penting bagi kami untuk menyadari bahwa pengunjuk rasa anti-Muslim mewakili pinggiran minoritas dalam masyarakat dan kami sangat menolak rasisme dan kefanatikan agama,” ujar sang komisioner, Tim Soutphommasane. (rol/adj)