Hizbut Tahrir Telah Lama Mengingatkan Umat Bahwa Demokrasi Bukan Jalan Islam

MUSTANIR.net“Benar kata Hizbut Tahrir. Demokrasi memang brengsek…”

[Anonim, dalam sebuah komentar]

Penulis mendapatkan cerita, ada seorang aktivis ormas Islam begitu marah atas proses dan hasil Pemilu 2024. Lalu ia mengungkapkan nasihat Hizbut Tahrir yang pernah didapatkannya. Dia teringat nasihat Hizbut Tahrir yang berulang kali menyatakan demokrasi bukan jalan Islam.

Pemilu kali ini sesungguhnya menjadi harapan besar bagi umat untuk merealisir visi perubahan. Namun sayangnya, visi itu dirampok oleh demokrasi.

Dalam demokrasi, suara kebenaran tidak bernilai. Aspirasi perubahan tidak bisa dikonversi menjadi suara di TPS. Sementara itu, kekuasaan uanglah yang menentukan suara di TPS.

Karena itu sejatinya tidak ada kedaulatan rakyat dalam demokrasi. Baik saat pemilihan, apalagi setelah di pemerintahan.

Dalam demokrasi, saat pemilihan yang berdaulat adalah uang. Yang menjadikan menang adalah kekuatan uang.

Saat di pemerintahan, UU juga ditentukan oleh kapital (uang). Suara rakyat tak lagi didengar. Buktinya, UU IKN dan UU Omnibus Law ditolak rakyat, tapi diinginkan kaum pemodal, tetap saja disahkan.

Walau terlambat, sebenarnya tak salah menyadari kerusakan demokrasi setelah pemilu kali ini. Ketimbang tetap ngotot berjuang dan berkorban untuk demokrasi.

Karena yang terlambat masih jauh lebih baik ketimbang yang tak sampai pada kesadaran. Yang lebih buruk, berulang kali ditipu demokrasi tapi masih qona’ah berjuang di dalamnya. Ini sama saja melecehkan akal dan meruntuhkan harga diri sendiri.

Selanjutnya setelah sadar, segera kembali pada Islam. Segera berjuang dalam dakwah, menyadarkan umat untuk memperjuangkan syariah Islam dalam naungan khilafah.

Sebab, hanya khilafah sistem yang menerapkan syariah Islam. Bukan republik, bukan kerajaan, bukan kekaisaran.

Model khilafah juga sudah pernah dipraktikkan, eksis 13 abad. Sesuatu yang pernah ada, sangat logis bisa hadir kembali dan ditegakkan.

Dalam khilafah, kedaulatan dikembalikan kepada syara’. Hukum Allah subḥānahu wataʿālā kelak akan kembali mengatur manusia. []

Sumber: Ahmad Khozinudin

About Author

Categories