Deretan Serangan Perancis Membalas ISIS
Deretan Serangan Perancis Membalas ISIS
Mustanir.com – Pemerintah Prancis terguncang oleh serangan di Ibu Kota Paris akhir pekan lalu yang menewaskan 129 orang. Setelah Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengaku bertanggung jawab, sikap Negeri Anggur berbalik murka.
Presiden Francois Hollande menyatakan tidak ada belas kasih bagi kelompok manapun yang berani menyerang Tanah Airnya. Dalam sidang Majelis Parlemen di Istana Versailles dua hari lalu, Hollande mengumumkan perang besar terhadap ISIS. Dia mengatakan setiap negara kini bertanggung jawab menghapuskan militan khilafah dari muka bumi agar kejahatan kemanusiaan tidak terus terjadi.
“Pembunuh-pembunuh itu tidak mewakili satu peradaban. Kita berperang melawan terorisme yang mengancam seluruh dunia,” ujarnya seperti dilansir Telegraph.
Dalam keterangan persnya, ISIS menyerang Paris sebagai balasan atas aksi jet tempur Prancis menyerbu markas mereka sejak September lalu. Serangan udara Prancis pada 8 November diduga kuat menyerang rumah Salim Benghalem, salah satu petinggi ISIS. Markas pelatihan para militan juga hancur akibat serbuan jet Rafale.
“Serangan ini cuma awal dan peringatan bagi kaum kafir untuk menjadi pelajaran,” demikian kutipan pernyataan ISIS yang disebar Al Hayat Media Centre, sayap propaganda para militan.
Korban selamat penembakan Gedung Bataclan bercerita kepada AFP, salah satu pelaku meneriakkan motif mereka sembari menembak para korban. Pelaku berbicara dalam bahasa Prancis. “Ini semua salah (Presiden) Hollande, dia seharusnya tidak ikut terlibat di Suriah. Ini untuk Suriah,” kata saksi itu menirukan ucapan pelaku sebelum memberondong para penonton konser dengan AK-47.
Hollande mengatakan tidak terintimidasi atas ancaman militan khilafah. Bukan pepesan kosong, militer Prancis segera bergerak menggempur markas ISIS di Suriah. “Saya menegaskan bahwa pemerintah Prancis siap memerangi terorisme tanpa ampun,” kata orang nomor satu Prancis itu.
Polisi Prancis bergerak cepat setelah ISIS mengaku bertanggung jawab atas teror beruntun di Paris. Hingga Senin (16/11/2015) malam, polisi telah menggerebek 168 rumah, menginterogasi 23 orang, dan menyita 31 senjata, termasuk di antaranya senapan serbu dan senjata pelontar granat. Kota yang dijelajahi mencakup Toulouse, Lyon, Grenoble, hingga Calais dekat perbatasan Inggris.
Dalam operasi ini, 115.000 aparat keamanan Negeri Anggur dilibatkan. Buronan utama yang kini dicari adalah Ibrahim Abdesalam. Dia disebut-sebut pemasok bom bunuh diri yang dipakai beberapa pelaku teror Paris.
Tersangka kunci dalam penyerangan di Paris ini sempat dihentikan oleh polisi di perbatasan Belgia, akhir pekan lalu, tapi kemudian dilepaskan karena namanya belum tercantum dalam daftar pencarian orang saat itu.
Abesalam dikabarkan tertangkap di Kota Brussels, Belgia. Namun informasi ini belum bisa terverifikasi.
Belasan jet tempur Prancis, jenis Rafale, langsung menggempur kota-kota diduga basis militan ISIS di utara Suriah. Salah satu kota digempur habis-habisan adalah Raqqa. Serangan udara ini cuma berselang dua hari setelah Paris banjir darah oleh aksi 8 militan ISIS.
Jet Rafale itu diterbangkan dari pangkalan tersembunyi di salah satu negara Teluk. “Penyerangan kita lakukan di pusat komando ISIS. Di sana merupakan pusat perekrutan, basis penyimpanan amunisi, dan kemah pelatihan untuk kelompok teror itu,” kata penasihat menteri pertahanan Prancis, Mickael Soria.
Selain Rafale, Prancis mengerahkan unit jet tempur Mirage 2000 mereka. Serangan itu konstan berlangsung sejak Minggu (15/11) hingga Selasa (17/11). Dalam gempuran 24 jam terakhir militer Prancis telah menjatuhkan bom di 20 titik sasaran.
“Koordinat serangan ini kami dapatkan dari pemantauan dari misi tempur sebelumnya bersama pasukan Koalisi Barat,” kata pejabat Kementerian Pertahanan Prancis.
Di Pangkalan Udara Charles de Gaulle, Prancis masih punya stok pesawat tempur bejibun. Pangkalan ini lebih efektif menjadi basis penyerangan ke Suriah. Dalam hitungan jam, pesawat tempur dari pinggiran Paris sudah dapat mencapai Raqqa.
Metode serangan utama Prancis menggempur ISIS adalah serbuan bom dari udara. Sumber di Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan 12 jet Rafale, sembilan Super Etendard. Itu masih didukung pesawat pengintai Atlantique 2 spy planes and KC-135 untuk mengisi bahan bakar di udara. Jika semua diaktifkan, maka serbuan udara benar-benar bisa tidak berhenti.
“Dalam operasi bersama Koalisi Barat sebelumnya, Prancis tidak merasa sedang berperang di Suriah. Kini keadaan berbeda setelah serangan paris,” kata salah satu pejabat Pentagon, Amerika Serikat.
Prancis juga telah mengaktifkan markas pemantau rahasia di salah satu negara Teluk. Dari ruangan ini militer Prancis terus memantau aktivitas militan Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah.
Komentar Mustanir.com
Setelah sebelumnya terjadi serangan bom di Paris, yang akhirnya seolah melegitimasi negara-negara Barat untuk semakin menggencarkan serangan-serangannya ke bumi Suriah demi memerangi ISIS dan terorisme. Meskipun demikian, serangan tersebut sebenarnya ditujukan untuk mengabolisi revolusi mujahidin Suriah yang berjuang untuk menggulingkan Bashar Assad dan mendirikan Khilafah bukan dalam rangka memerangi ISIS dan Terorisme. ISIS berguna bagi Barat untuk memecah koalisi mujahidin di bumi Syam.